Setiap kali gemuruh sorakan membahana di tepian Sungai Kuantan, ada satu suara yang selalu menembus hiruk pikuk, memandu emosi penonton, dan menjadi penanda tak terbantarkan bagi kemeriahan Pacu Jalur: suara Darwis. Bagi penggemar olahraga tradisional kebanggaan Kuantan Singingi ini, nama Darwis adalah sinonim dengan narasi yang mendebarkan, ulasan yang tajam, dan humor yang renyah. Ia bukan hanya sekadar komentator, melainkan sang maestro pencerita yang menghidupkan setiap kayuhan dayung dan setiap detik perlombaan.
Sejak puluhan tahun lalu, Darwis telah menghabiskan dirinya sebagai narator pacu jalur paling fenomenal. Ciri khas suaranya yang parau namun berenergi, intonasi yang dinamis, serta pilihan kata yang kaya metafora, membuatnya menjadi primadona di setiap helatan. Ia punya kemampuan unik merangkai kata-kata menjadi jalinan cerita yang memikat, seolah-olah penonton diajak menyelami langsung drama yang terjadi di atas jalur. Dari ketegangan saat start, persaingan sengit di tengah lintasan, hingga klimaks finis yang mendebarkan, Darwis selalu berhasil menangkap esensi setiap momen dan menyampaikannya dengan penuh gairah.
Keunggulan Darwis tak hanya terletak pada kualitas vokalnya, tetapi juga pada pemahamannya yang mendalam terhadap pacu jalur. Ia hapal seluk-beluk setiap jalur, nama-nama perahu jalur, hingga strategi yang digunakan oleh masing-masing tim. Pengetahuannya yang luas ini dipadukan dengan kemampuan improvisasi yang luar biasa, menjadikan komentarnya selalu relevan, informatif, dan tidak monoton. Ia bisa menyelipkan anekdot lucu, pantun-pantun khas, atau bahkan kritik membangun yang disampaikan dengan gaya khasnya yang santai namun mengena.
Popularitas Darwis tak lekang oleh waktu. Ribuan pasang mata, baik yang berada langsung di arena maupun yang menyimak dari siaran radio, selalu menantikan suaranya. Bagi sebagian orang, datang ke Arena Pacu Jalur terasa kurang lengkap tanpa mendengar komentar Darwis. Ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Pacu Jalur itu sendiri, sebuah warisan budaya yang dihidupkan dan disemarakkan oleh narator legendaris ini.
Di balik mikrofon, Darwis adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Kecintaannya terhadap Pacu Jalur bukan hanya sebatas pekerjaan, melainkan sudah mendarah daging. Dedikasinya untuk melestarikan dan mempromosikan pacu jalur patut diacungi jempol. Suaranya bukan hanya mengisi ruang hampa di tepi sungai, melainkan juga mengisi hati para penonton dengan semangat, kebanggaan, dan kecintaan pada tradisi. Darwis adalah bukti bahwa narasi memiliki kekuatan luar biasa dalam menghidupkan sebuah peristiwa.
Komentator kenamaan yang berasal dari Desa Kari, Kecamatan Kuantan Tengah ini, bukan hanya seorang narator ulung, melainkan juga seorang seniman kata yang mampu menyulap setiap detik perlombaan menjadi tontonan dramatis penuh emosi. Darwis adalah buah didikan dari legenda tersendiri, almarhum Binu Yamin, reporter sepak bola legendaris dari Lirik, Air Molek, Kabupaten Indragiri Hulu. Dari gurunya, Darwis mewarisi kepekaan dalam merangkai kata dan kemampuan menghidupkan suasana.
Namun, Darwis tidak hanya meniru; ia mengukir gayanya sendiri, menjadikannya ikon yang tak tergantikan dalam dunia Pacu Jalur. Berbagai istilah unik dan metafora puitis sering terlontar dari bibir Darwis saat ia memandu jalannya perlombaan dari tribun dewan hakim. Salah satu kalimat yang paling fenomenal dan sukses menancap di benak penonton, bahkan hingga ke mancanegara, adalah, “Setipis Kulit Bawang.” Frasa ini, sederhana namun sarat makna, menggambarkan betapa tipisnya selisih kemenangan atau kekalahan dalam perlombaan Pacu Jalur yang sering kali diwarnai persaingan sengit hingga detik terakhir.
“Setipis Kulit Bawang” menjadi gambaran sempurna akan ketegangan, kejar-kejaran antara jalur-jalur yang melaju kencang, dan adakalanya, keputusan tipis yang harus diambil oleh dewan hakim. Kalimat ini bukan hanya deskripsi, melainkan juga sebuah bumbu penyedap yang membuat adrenalin penonton terpacu, menantikan siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam jarak yang nyaris tak terlihat. Ia adalah suara emas yang akan selalu dikenang dalam sejarah Pacu Jalur, seorang legenda yang kisahnya terus mengalir, seiring derasnya arus Sungai Kuantan.