Raffi Ahmad saat ini menjadi sorotan karena mobilnya yang immoral parkir dengan plat RI 36.
Kali ini giliran psikolog forensik Reza Indragiri Amriel yang ikut memberikan komentarnya tentang Raffi Ahmad.
Reza Indragiri Amriel juga menganggap jabatan Raffi Ahmad tidak berpengaruh/tidak penting.
Dan berita terkait itu menyebabkan viralnya mobil dinas berpelat RI-36 yang melintasi jalan Ibu Kota, didampingi oleh petugas patroli dan pengawalan (patwal)
Ternyata mobil itu milik Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad.
Dalam sebuah video yang beredar, terlihat mobil patrol dengan lampu jalanan berkedip-kedip “membelah” kemacetan jalan tersebut agar Toyota Alphard dengan nomor polisi Nomer 36 dapat melewati mata rantai kemacetan tersebut.
Namun aksi ini mendatangkan perhatian karena petugas patroli tidak hanya menghentikan mobil lain, melainkan juga menunjuk-nunjuk pengemudi taksi.
“Aku tidak menganggap Jabatan Utusan Khusus yang disandang oleh Rafi Ahmad tidaklah penting,” kata Reza Indragiri seperti dikutip dari akun Youtube Diskursus.net, Kamis 16 Januari 2025.
Tentu saja tidak dalam situasi tertentu, Reza mengatakan sudah ada menteri yang menangani masalah generasi muda, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Maka ada Kementerian yang menangani masalah seni, yaitu Kementerian Kebudayaan. Ditambah, para menteri saat ini diasosiasi dengan para wakil menteri.
“Jadi memang memang tidak ada prioritas dalam jabatan ini, dan tiap-tiap jabatan diberi yang kedua dapat sanggup diisi, Mungkin saya bertanya-jawab, apakah kedua jabatan itu pas untuk Raffi Ahmad,” tanya Reza Indragiri.
Raffi Ahmad bintang selebriti No. 1, ya. Banyak penggemar Iya Raffi Ahmad digila-gila oleh beberapa netizen banyak Iya tapi sekarang menjadi pejabat negarainya lagi,” tambahnya.
Terlebih, kata Reza, Raffi Ahmad sebagai pejabat negara memperoleh gaji dari rakyat. Oleh karena itu, Reza memandang jabatan yang disandangi Raffi Ahmad tidak penting.
Reza pun menyarankan untuk menghapus jabatan Raff Ahmad.
“Bila itu dihapus maka tidak akan ada lagi mobil dinas yang berpamer penting berkebun berlalu lintas di Jalan Sudirman,” katanya.
“Jika jabatan ini dihapus, maka tidak akan ada lagi Petugas Brigadir DK yang kini dikenakan sanksi,” tambahkan Reza.
Reza berkata Brigadir DK sebagai anggota patroli dan pengawal memiliki tugas untuk memastikan tidak ada hambatan bagi orang yang dikawalnya.
Birgadir DK, kata Reza, marah di jalanan karena dianggap adanya sebuah kendaraan yang menghalangi perjalanan pasangannya.
“Bisa dilihat dari tingkat yang dihubungi, yang di-replay, dan siapa yang tersedingin (pemenang), saya pikir segi waktu dan target yang sudah ditetapkan kunjungi melebihi tujuannya, namun point target tidak menyentuh. Dari dialog ini, saya melihat, apda suatu point ini masih belum diyakini sepenuhnya dl oleh Tim Korlantas, mungkin masih perlu bimbingan. Keduanya bakti,” tavisisisten sepakat.
Apa lagi, bila juru kuda destroys DK ternyata tidak bisa membawa pihaknya yang dia jaga sampai ke tempat tujuan dengan aman dan tepat waktu
“Dia punya hak untuk marah karena dia menganggap secara manusia ada orang yang menghalang-halangi saya untuk bekerja. Tapi di sisi lain, hal ini juga tidak bisa dijadikan sebagai alasan bagi polisi kita, termasuk Brigadir DK, untuk melakukan perilaku arogan sewenang-wenang di jalan,” katanya.
“Brigadir DK mendapat teguran, dan mendapat sedikit puas di hati karena harus mengawal seseorang yang menjabat jabatan yang, menurut saya, tidak terlalu penting ya,” lanjutnya.
Menurut Reza, seseorang yang sudah sangat berjasa dalam komunitas tidak selalu harus mendapatkan jabatan resmi.
Kecuali, kata Reza, bila Raffi Ahmad tidak mengakses gaji maupun fasilitas negara dalam bentuk apapun.
“Justru saya akan menginfakkan persen dari penghasilan saya untuk kepentingan negara dan bangsa ini ada tidak ada orang yang pernah melakukannya? Ada Dahlan Iskan ketika menjadi menteri negara, BUMN tidak mengambil gaji, tapi malah mencabut uangnya sendiri untuk membiayai tugas-tugas negara yaitu keren,” serunya.
Klarifikasi Raffi Ahmad
Raffi Ahmad mengkonfirmasi bahwa mobil berpelat RI-36 adalah mobil dinas miliknya.
“Mengenai mobil itu, benar adanya itu kendaraan yang saya gunakan,” kata Raffi Ahmad, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (11/1/2025).
Tapi Raffi mengaku sedang tidak berada di dalam mobil ketika insiden itu terjadi.
Mereka menjelaskan, mobil pelat RI 36 sedang dalam perjalanan mengambilnya setelah sebelumnya mengambil beberapa dokumen penting sebelum melanjutkan ke rapat berikutnya.
“Namun pada saat kejadian, saya sedang tidak berada di dalam mobil karena pada saat itu mobil berpelat RI-36 sedang dalam posisi menjemput saya untuk menuju agenda rapat selanjutnya,” ujar Raffi.
Ungkap Penyebabnya
Menurut Raffi Ahmad, insiden itu berawal ketika petugas lalu lintas menjaga agar permukaan jalan tidak macet akibat dugaan sengketa di antara kondektur taksi dan pengemudi kendaraan lain yang hampir benturut.
“Di depan taksi itu ada sebuah truk berhenti, sehingga taksi mengambil arah ke jalan kanan dan hampir terjebak di belakang mobil di jalur yang sama,” kata Raffi dalam keterangannya pada Sabtu (11/1/2025).
“Pengemudi taksi dan mobil tersebut kemudian membuka jendela dan saling berargumen,” sesuai dengan Raffi.
Raffi Ahmad menjelaskan klarifikasi dilevaskan setelah ia berbicara dengan tim pengawal mobilnya waktu itu.
Petugas patroli, lanjut Raffi Ahmad, khawatir bahwa perselisihan antara pengemudi taksi dan pengemudi mobil lain akan memperburuk kondisi lalu lintas yang sudah sangat sibuk.
Oleh karena itu, petugas mencoba menyelesaikan situasi dengan menyadarkan sopir taksi.
“Petugas patuh laju yang melihat hal tersebut, khawatir akan menimbulkan kemacetan karena lalu lintas yang sedang lumayan padat, langsung menegur pengemudi taksi dengan mengatakan ‘Sudah, Maju pak’ dengan gestur yang terlihat di video,” ungkap Raffi menjelaskan.
Sementara itu, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri telah menyampaikan permohonan maaf atas tindakan anggota patroli mobil dengan no plate RI 36 yang terkesan arogan di jalan raya.
“Mohon maaf kepada seluruh masyarakat yang merasa terganggu atas tindakan mereka,” kata Kepala Penegakan Hukum (Kakorlama) Korlantas Polri Brigjen Raden Slamet Santoso.
Menurut hasil klarifikasi, AKBP Argo Wiyono yang adalah Kadivtralantas Polda Metro Jaya mengatakan bahwa pada saat itu ada sebuah truk pengangkut preservasi memblokir jalur tengah Jalan Jenderal Sudirman, yang menyebabkan kemacetan itu.
Oleh sebab itu, taksi Silver Bird Alphard yang berada tepat di belakang truk penambal berusaha menghindari ke arah kanan atau berpindah lajur.
Akan tetapi, di saat bersamaan, ada kendaraan dari sisi kanan, Suzuki Ertiga putih, yang juga sama-sama mempersiapkan diri untuk maju, sehingga hampir menyebabkan terjadi kemacetan
Akibatnya, taksi Silver Bird Alphard hitam berhenti beberapa saat, lalu muncul perdebatan antara kedua mobil tersebut, sehingga informan itu menjadi saksi penting.
Pada saat itu, Brigadir DK bertindak cermat dan meminta taksi maju terlebih dahulu agar tidak menimbulkan kemacetan.
“Saya melihat tabiāan Brigadir DK saat itu, gesticulasi anggota yang menunjuk ke arahnya seperti arogan,” katanya.
Argo menekankan bahwa Brigadir DK hanya menerima teguran resmi untuk menjadi lebih humanis dalam menjalankan tugas pengawalan.
“They will then find the taxi driver of Alphard to ask for explanation, whether there is a behavior or word that is considered impolite or arrogant from the personnel of Ditlantas,” kata Argo.
Kendati demikian, Polisi Lalu Lintas Metro Jaya meminta maaf apabila sikap dan gerakan yang dilakukan Brigadir DK dianggap tidak pantas atau arogan.
)