Penerimaan Indonesia oleh forum ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) memberikan peluang baru dalam hubungan dagang dan politik, yang termasuk potensi impor minyak dari Rusia. Namun, langkah ini tampaknya tidak memberikan dampak signifikan pada kepastian proyek Kilang Tuban, yang telah lama mendapatkan kendala dalam penyelesaian investasi.
Menurut Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, keanggotaan Indonesia di BRICS tidak secara otomatis menyelesaikan tantangan pada proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Proyek dengan nilai total Rp238,5 triliun ini ditujukan untuk memurnikan 300.000 barel minyak mentah setiap hari tetap dalam keadaan tertunda karena atas ketidakpastian Final Investment Decision (FID) dari anak usaha Rosneft yang disebut Rosneft Singapore Pte Ltd, calon mitra PT Pertamina (Persero).
Moshe mengatakan, masalah proyek ini juga memburuk karena dampak sanksi ekonomi yang diterapkan negara-negara Barat terhadap Rusia sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina sejak awal 2022. Sanksi ini membatasi akses ke pendanaan, teknologi, dan jasa konstruksi yang dibutuhkan Rosneft untuk melanjutkan proyek Kilang Tuban.
Menurut Moshe, meskipun bergabungnya BRICS memungkinkan negosiasi yang lebih fleksibel dengan Rusia, hal tersebut belum serta merta meningkatkan investasi dari perusahaan-perusahaan Rusia seperti Rosneft.
“Apa-apaan yang mendorong [Rosneft] investasi [di Indonesia] bukan hanya karena masuk ke dalam BRICS. Lagipula, BRICS ini lebih terkait dengan isu-isu perdagangan. Dan sekarang, banyak negara yang khawatir dengan kebijakan tarif Presiden Trump yang akan berdampak pada perdagangan global,” ujarnya.
Status Proyek Kilang Tuban
(PID) yaitu proses pengadaan yang mencakup desain, pengadaan, dan konstruksi.
Dengan tantangan yang ada, keberlanjutan proyek GRR Tuban sangat bergantung pada keputusan strategis kedua pihak. Meskipun keanggotaan BRICS memberikan peluang diplomasi dan perdagangan bagi Indonesia, penyelesaian Kilang Tuban masih memerlukan langkah konkret dan kepastian dari mitra Rusia, termasuk solusi atas hambatan investasi yang dihadapi.