banner 728x250

Tanggapi Prabowo soal Sawit, Dosen Kehutanan UB: Jangan FOMO!

banner 120x600
banner 468x60

Allah menjelaskan, “Ya, Abu Qatada. Kelapa sawit termasuk pohon, ada daunnya, dan mengumpulkan karbon dioksida.”

Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Erekso Hadiwijoyo. Dia ia menyebutkan pernyataan Prabowo bahwa kelapa sawit adalah pohon. Berdasarkan teori, Erekso menjelaskan, kelapa sawit bukanlah pohon karena batangnya tidak mempunyai kambium.

banner 325x300

Di hari Senin, tanggal 6 Januari 2025.

Tetapi Erekso membenarkan bahwa kelapa sawit bisa menyerap karbon dioksida karena tanaman ini membutuhkannya untuk proses fotosintesis. Begitu juga mengaitkan sawit dengan industri strategis, Erekso mengatakan serta ada Peraturan Menteri Kehutanan tahun Tahun 2011 yang mengatur pembangunan hutan tanaman industri. Di dalamnya terdapat aturan tentang tanaman sawit yang menjadi komoditas kehutanan.

“Peraturan ini sempat diperdebatkan sebelum akhirnya dicabut karena banyak protes,” kata Erekso dengan menambahkan, tanaman sawit masuk dalam katagori perkebunan, bukan perhutanan.

Jika peristiwa tersebut terjadi, dia menyoroti, terdapat beberapa risiko potensial yang mungkin dihadapi. Mulai dari kualitas lingkungan yang menurun sampai bencana banjir dan tanah longsor.

Risiko lain yang kemungkinan dihadapi adalah gagal harves dari kebun sawit itu sendiri. Menurut alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, tidak ada yang bisa menjamin sawit akan bisa dipanen secara keseluruhan.

“Makhluk hidup di ukuran konversi hutan itu hadiah biaya Rp 500 per kilogram. Itu bisa besar jika dibandingkan dengan bencana lingkungan yang terjadi karena parubahan lahan,” kata Erekso.

Karenanya, Erekso menyarankan pemerintahan Prabowo untuk melakukan kajian mendalam sebelum memutuskan untuk melebarluaskan wilayah perkebunan sawit. Bahkan, dia menambahkan, telah ada rencana membuka hingga 20 juta hektare hutan untuk program ketahanan pangan.

“Jangan terlampau segera. Perlu dihitung betul-betul manfaatnya. Apalagi sawit ini membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun untuk panen,” kata dia.

Ekspansi lebih menyarankan pemerintah meningkatkan potensi kebupaten sawit yang sudah ada. Perhitungan manfaat perlu diatasi seiring dan melibatkan aspek ekonomi dan lingkungan.

(FOMO), istilah baru untuk rasa cemas karena khawatir ketinggalan tren. “Contohnya sekarang sawit sedang menjadi populer, lalu kita harus segera menanam sawit. Perlu dicek terlebih dahulu,” katanya.

Pilihan Editor:

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *