Surya Sahetapy, putra Dewi Yull dan Ray Sahetapy, baru-baru ini berbagi pengalaman tak enak ketika menjadi pelanggan ojek online.
Ia menyoroti perlakuan diskriminatif dari pengemudi ojol tersebut terhadap penderitaan disabilitas tampaknya.
Bagaimana tidak marah, ia bahkan disebut cacat oleh pengemudi ojek online.
Begini kisahnya!
Surya Sahetapy, anak dari pasangan selebriti Dewi Yull dan Ray Sahetapy, baru-baru ini menulis tentang pengalaman tidak menyenangkannya di Instagram ketika memesan ojek online.
Dia menceritakan pengalaman sendiri ketika akan menggunakan transportasi daring.
Si ini ditolak menjadi seorang kurir karena menggunakan bahasa isyarat.
Sebagai sebuah pindaian isyarat yang biasa pasif, Surya merasa kecewa dengan perlakuan suatu pengemudi makananan pesan online. Ia mengaku Surya bahwa ia marah bukan lagi, melainkan bingung mengapa mereka menolaknya. Ia tidak bisa hapal beberapa alasan yang mereka berikan, seperti tidak bisa membawa orang cacat.
Cerita ini sempat banyak dibicarakan, dan Surya pun memilih menyorotnya saat sebagai tamu acara Brownis TransTV, Senin (7/1/2025).
Surya membicarakan peristiwa tersebut ketika ia merencanakan untuk berjumpa dengan komunitas teman-temannya yang terdengkat tuli di Jakarta.
“Saya pesan ojol di tengah-tengah hujan saat itu. Saya bilang kepada driver saya tidak bisa pergi menggunakan penggerak otot, tapi itu tetap saja harus cancel dan bilang saya dibolehkan adalah orang cacat,” ujar Surya dalam bahasa penerjemah.
Awalnya, Surya mencoba memahami apa yang terjadi. Namun, karena ini bukan kali pertama ia menerima perlakukan seperti itu, ia merasa perlu untuk melakukan sesuatu.
“Saya pikir, ‘Pernyataan ini harus dihentikan.’ Jika saya diam saja, hal ini pasti akan terus terjadi,” kata Surya tegas.
Menurut Surya, pengalaman ini Spears kegunaan perlunya edukasi tentang disabilitas kepada publik.
“Saya mengatakan bahwa orang dengan kekurangan fisik seharusnya dijadikan manusia sejajar. “Saya pun ornaments dengan berbagai kekurangan fisik, bukan sesuatu yang istimewa dan patut dihakimi,” katanya.
Surya harap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi, dan masyarakat dapat lebih memahami dan menerima adanya keberagaman, termasuk yang menggunakan bahasa isyarat atau memiliki disabilitas.
“Graduand Fakultas Hukum, Universitas Tr
Surya Sahetapy adalah seorang dengan masalah pendengaran (kerusakan telinga) yang memiliki ambisi yang kuat untuk belajar. Surya aktif mengikuti pertukaran pelajar dan menjelajahi peluang pendidikanosis masteraccumulate di luar negeri.
Dia dikenal karena memperjuangkan hak tuli dan menjadi penghubung bahasa isyarat dalam beberapa acara.
Surya Sahetapy adalah anak dari pasangan Dewi Yull dan Ray Sahetapy, delapan pasang aktor dan aktris terkenal di Indonesia.
Pria dengan nama lengkap Panji Surya Putra Sahetapy adalah seorang tuna rungu yang aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan.
Dia adalah seorang aktivis tunarungu yang mengikuti program pertukaran mahasiswa dan melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Namanya mulai dikenal publik ketika ia memperjuangkan hak tuli dan menjadi salah satu bahasa isyarat yang digunakan dalam beberapa acara.
Ia pernah dipercaya untuk menjadi dewan guru bahasa isyarat bagai Presiden Jokowi sewaktu Asian Para Games 2018 silam.
Satu hal lainnya, Surya juga menjadi salah satu pembuka Asian Para Games 2018 untuk mendampingi aktor Reza Rahadian di atas panggung.
Surya Sahetapy diketahui tidak bisa mendengar sedari kecil. Oleh karena itu, saat belajar di TK dan SD, Surya bersekolah di sekolah khusus untuk anak penyandang disabilitas pendengaran.
Saat memasuki tingkat menengah pertama, Surya memilih masuk ke SMP Pembangunan Jaya Bintaro.
Setelah lulus, ia diangkat/diterima di SMA PJ Bintaro, Bakti Mulya 400 dan sekolah dirumah selengkapnya.
Surya melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Homeschooling Kak Seto dan menamatkan studinya pada tahun 2014. Ia lalu diterima di Sampoerna University dan Universitas Brawijaya. Pada tahun 2016, Surya mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.
Satu tahun kemudian, pada tahun 2017 ia memutuskan untuk mundur sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dalam program ganda dua di Sampoerna University dan Lone Star College.
Pada tahun 2018, Surya menempuh pendidikan singkat di Universitas Sydney, Australia. Pada tahun yang sama, ia pun diterima di Rochester Institute of Technology (RIT).
Bulan Desember 2019, ia akhirnya berhasil mendapat gelar diploma dalam Jurusan Seni Liberal Aplikatif dengan Predikat Cum Laude.
Dia melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar sarjana Studi Internasional dari RIT.
Sekarang ini, Surya Sahetapy telah menyelesaikan pendidikannya di tingkat magister dan lulus sebagai mahasiswa berprestasi yang meraih tiga penghargaan sekaligus.
Prestasi Surya Sahetapy
Surya Sahetapy memiliki tak kurang berbagai prestasi yang dapat dimbanggakan.
Adapun beberapa prestasinya yang pernah diraih adalah sebagai berikut:
1. Mewakili Indonesia di kompetisi dan kongres internasional
2. Meregangkan diri ke peringkat ketiga dalam pertandingan Global IT for Youth with Disabilities di Bangkok, Thailand pada tahun 2013 lalu.
3. Mengikuti peran sebagai pembicara di Congress Dunia Ke-7 Federasi Dunia Orang Tuli di Istanbul, Turki.
4. Menjadi delegasi Indonesia untuk mengunjungi markas NASA di Amerika Serikat sebagai duta bagi masyarakat peramban dalam.
Cut. Yang Mengundang Ratu Elizabeth II bertepatan di Inggris untuk menghadiri acara The Event Celebrated Our Work Towards a World Where Every Person is Equally Valued pada tahun 2014.
Raih 3 Penghargaan
Pada upacara kelulusannya, Surya Sahetapy berhasil menerima tiga penghargaan sekaligus.
Dewi Yull mengatakan bahwasanya menurut pihak kampus, jarang ada mahasiswa yang berhasil memperoleh penghargaan sebanyak yang diperoleh oleh Surya.
Perempuan yang lahir pada tahun 1961 merasa bersyukur atas keberhasilan anaknya.
Berikut tiga penghargaan yang berhasil diraih Surya Sahetapy:
- Penghargaan Layanan Siswa Internasional yang Sempurna
- Penghargaan Besar bagi Lulusan Sarjana Master.
- NTID Graduate College Delegate.
Bangkapos.com