Sebuah tim astronom internasional baru-baru ini menyelidiki tenggat meledak supernova besar di galaksi Bima Sakti yang bernama G278.94+1.35. Dengan demikian, penelitian ini diterbitkan perdana pada tanggal 30 Desember melalui server pra-cetak arXiv dan dapat memberikan wawasan baru terhadap sifat sisa supernova yang bersangkutan.
Apa itu Sisa Supernova?
Sisa supernova (SNR) adalah struktur luas yang terbentuk akibat ledakan bintang supernova. Struktur ini terdiri dari material yang terlempar akibat ledakan itu,serta material pengotor antar bintang yang diterbangkan oleh gelombang gemuruh dari bintang yang meledak.
Anehnya, objek G278.94+1.35 ditemukan pada tahun 1988 dan diperkirakan diameternya sekitar 320 tahun cahaya dengan usia sekitar 1 juta tahun. Sebelumnya, diperkirakan objek tersebut berada sekitar 8.800 tahun cahaya dari Bumi.
Penemuan Baru dengan ASKAP-EMU
Tim astronom yang dipimpin oleh Miroslav D. Filipovic dari University Western Sydney di Australia menggunakan Australian Square Kilometer Array Pathfinder (ASKAP) dalam proyek ASKAP-Evolutionary Map of the Universe (EMU). Observasi ini hasil dari akibat bertemu objek besar yang dikenal sebagai G278.94+1.35.
Menurut data dari ASKAP-EMU, G278.94+1.35 memiliki ukuran sudut maksimum 200 x 194 menit busur. Ini setara dengan diameter 512 x 495,5 tahun cahaya. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa jaraknya lebih dekat dari perkiraan sebelumnya, yaitu sekitar 3.300 tahun cahaya. Dengan demikian, ukuran fisiknya menjadi lebih kecil, yaitu sekitar 189 x 182 tahun cahaya.
Nama Baru: Diprotodon
Tim Filipovi? menamakan G278.94+1.35 dengan nama “Diprotodon”. Nama ini diambil dari binatang marsupial purba raksasa Australia yang telah punah, cocok dengan merupakan sejenis wombat raksasa dari masa Pleistosen.
Kami memilih nama ini untuk meningkatkan kesadaran tentang hewan buatan purba Australia yang telah punah dan segera punah beberapa species otentik di Australia saat ini. Sebagai salah satu SNR (Sumber Energi Rendah Tingkat Tinggi) terbesar, G278.94+1.35 sangat sesuai dengan Diprotodon, marsupial terbesar.
Penelitian menunjukkan bahwa Diprotodon berada dalam fase evolusi radiatif. Bentuknya yang hampir melingkar secara luas menunjukkan bahwa sisa supernova ini masih terus menyebar.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, para peneliti memperkirakan massa awal bintang asal asal usul Diprotodon sekitar 15 ganda massa matahari. Energi kinetik dari SNR ini mencapai 500 quindecillion erg. Indeks spektralnya sekitar -0,55, yang merupakan nilai khas bagi radiasi supernova tipe cangkang di galaksi Bima Sakti.
Penemuan ini tidak hanya meningkatkan wawasan ilmiah, tetapi juga membuka kesempatan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati. Diprotodon menjadi simbol antara ilmu pengetahuan dan upaya pelestarian alam.