Bulan Syaban memiliki makna penting bagi umat Islam sebagai momen persiapan menyambut Ramadan. Pada bulan ini, umat Islam meningkatkan ibadah, seperti berpuasa sunnah dan memperbanyak amal saleh. Salah satu peristiwa penting yang diyakini terjadi di bulan Syaban adalah diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT pada malam Nisfu Syaban, menandakan bahwa buku catatan amal manusia selama satu tahun telah ditutup.
Peristiwa ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid RA, yang mengungkapkan pertanyaan Usamah kepada Rasulullah SAW tentang puasanya di bulan Syaban. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa bulan Syaban adalah bulan di mana berbagai amalan dinaikkan kepada Allah SWT, sehingga beliau suka berpuasa di bulan tersebut.
Selain peristiwa ditutupnya buku amal manusia, terdapat beberapa peristiwa penting lainnya yang terjadi di bulan Syaban. Pertama, perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di Masjidil Haram merupakan peristiwa bersejarah yang dinanti-nantikan oleh Nabi Muhammad SAW. Allah SWT menurunkan wahyu sebagai perintah untuk mengubah arah kiblat, menegaskan identitas umat Islam dalam beribadah.
Kemudian, perintah puasa Ramadan turun pada bulan Syaban melalui Surah Al-Baqarah ayat 183. Bulan ini menjadi waktu di mana Rasulullah SAW paling sering berpuasa setelah Ramadan. Di bulan Syaban juga ditetapkan perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai bentuk penghormatan dan harapan memperoleh syafaat di hari akhir.
Pada malam Nisfu Syaban, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa sebagai wujud permohonan ampun kepada Allah SWT. Malam ini juga dikenal sebagai malam pengabulan doa, di mana doa-doa yang dipanjatkan tidak akan tertolak. Keutamaan malam Nisfu Syaban termasuk dalam lima malam istimewa yang menjadi waktu mustajab untuk berdoa bagi umat Islam. Hadits-hadits tersebut menjadi dalil bahwa malam Nisfu Syaban memiliki keutamaan besar bagi umat Islam untuk memperbanyak doa, memohon ampunan, serta berharap keberkahan dalam kehidupan.