Sorenya sobat bodoh mmg driktur..sama2,,blum kutelpon veya </sambungan :</sambungan>eh browse mandi ki sabung ada waian,ktlibg ini<aei chili bul ain untuk orang resonxing:The Operation Office nemalp lam diala.
Periplus mengumumkan akan menutup gerainya di Plaza Senayan, mulai hari ini, Selasa (7/1/2025). Namun, toko buku ini tidak mengeluarkan keterangan apapun mengapa menutup gerai di pusat perbelanjaan itu.
Blokir Penutupan toko buku Periplus bukan kali pertama. Menurut catatan Bisnis, Periplus juga menutup toko bukunya di Malioboro Plaza, Yogyakarta tahun lalu, setelah berkoperasi selama 26 tahun.
Toko Buku Periplus Plaza Senayan Tutup Sejak 7 Januari 2025
Namun, di samping tutup gerainya di Plaza Senayan, Perrplus juga mengumumkan akan “kembali” dengan membuka kembali gerainya di Summarecon Mall Serpong setelah tidak ada kembali selama 13 tahun.
“Pada akhirnya, setelah 13 tahun menutup catatan terakhirnya dalam jumlah jual-beli, sebuah babak baru telah kembali dibuka bagi kami. Ya, Periplus – toko buku yang dulu pernah menjadi surgawi bagi para pecinta membaca – sekarang resmi kembali beroperasi dengan wajah baru, yang dulu berlalu, sekarang telah lebih cerah,” tulis akun resmi Periplus dalam postingan di Instagram.
:
Lantas siapa pemilik Periplus?
Mengutip berbagai sumber, Periplus milik Judo Suwidji, seorang pengusaha yang memiliki latar belakang pendidikan teknik. Sebelum memulai karirnya sebagai pengusaha toko buku, ia juga pernah bekerja di bidang teknik.
Dalam wawancaranya dengan Gita Wijawan di channel siarmya, Judo mengungkapkan bahwa ia selalu suka membaca buku sejak usia kecil.
“Meski belum bisa membaca, aku sudah tertarik melihat buku ayahku, terutama karena foto peta Indonesia. Dalam peta itu terlihat bagaimana peta letak gunung, pulau, semenanjung, maupun rawa. Itu yang pertama kali membuat aku tertarik dengan buku, dan dari peta itu aku jatuh cinta dengan buku, dan jatuh cinta dengan Indonesia,” ujarnya.
Selama berkuliah di Boston, Amerika Serikat, dia seringkali terkesan dengan toko buku yang ada di dekat kampus, lengkap bahkan dilengkapi dengan kafe. Ini membuatnya bergairah untuk suatu hari ingin membuka toko buku sendiri.
“Tapi kemudian mimpi itu kembali polos karena sementara waktu saya menanam, karena belajarnya saya tentang teknik, saya juga sempat bekerja di bidang teknik. Hingga akhirnya saya belajar marketing dan finance, di sini keinginan saya kembali lagi,” lanjutnya.
Bisnis toko bukunya dimulai pada tahun 1985, dia bersama rekan Amerikanya, seorang penulis yang juga membuat panduan perjalanan, memulai menjual buku panduan dan peta Indonesia untuk wisatawan mancanegara. Dia menyimpan buku dan petanya di toko buku yang sudah ada, seperti Gramedia dan Toko Gunung Agung.
Namun, mendapati bisnisnya tidak berkembang, Judo kemudian memutuskan untuk mendatangkan buku-buku yang lain.
“Jadi mau enggak mau, saya harus memulai sebuah toko buku yang asli sebagai toko buku, dengan buku-buku yang kita pilih sendiri untuk dipamerkan di rak depan,” ungkapnya.
Bukankah Judo mengungkapkan bahwa membuka toko buku di Indonesia ternyata tidaklah mudah setelah melihat tingkat minat membaca yang rendah.
“Namun setelah melihat minat membaca di sini, kita harus menghitung, bisa beroperasi atau tidak menggunakan ruang yang luas,” katanya.
Saat ini, pada Januari 2025, Periplus memiliki total 56 toko di seluruh Indonesia, termasuk 21 toko di Jakarta.