KURSI Sekretaris Daerah (Sekda) Kuantan Singingi (Kuansing) bukan sekadar jabatan administratif biasa. Lebih dari itu, posisi ini adalah jantung birokrasi, penentu irama gerak roda pemerintahan, dan yang paling krusial, jembatan antara visi kepala daerah dengan realitas di lapangan.

Di tengah dinamika pemerintahan daerah yang kian kompleks, pertanyaan mendasar muncul, kriteria Sekda macam apa yang sesungguhnya dibutuhkan Kuansing saat ini?

Jika merujuk kaidah umum, sosok Sekda ideal mestinya memiliki integritas, kompetensi manajerial kelas wahid, dan rekam jejak birokrasi yang mumpuni. Namun, tantangan yang dihadapi pemerintahan daerah hari ini jauh melampaui kriteria tradisional itu.

Kuansing, seperti banyak daerah lain di Indonesia, sedang bergulat dengan beragam isu: dari optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD) yang masih lesu, pemerataan pembangunan infrastruktur, hingga kualitas layanan publik yang kerap dikeluhkan masyarakat. Belum lagi, isu klasik seperti birokrasi yang lamban, korupsi, dan rendahnya inovasi.

Dalam konteks ini, calon Sekda Kuansing bukan hanya dituntut memahami seluk-beluk regulasi dan anggaran. Ia harus menjadi arsitek perubahan. Ini berarti kemampuan untuk melakukan reformasi birokrasi yang bukan sekadar di atas kertas, melainkan benar-benar mampu memangkas praktik KKN, mempercepat perizinan, dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Sosok Sekda ideal juga harus adaptif terhadap era digital, mampu mendorong transformasi pelayanan publik berbasis teknologi, dan membuka ruang partisipasi masyarakat.

Lebih lanjut, tantangan besar yang kerap luput dari perhatian adalah manajemen krisis dan responsifitas. Dengan ancaman bencana alam, fluktuasi ekonomi, hingga potensi konflik sosial, Sekda harus menjadi sosok yang sigap dalam mengambil keputusan, mampu mengkoordinasikan lintas sektor, dan berkomunikasi efektif dengan publik.

Ini menuntut kemampuan kepemimpinan yang kuat, bukan sekadar "pemimpin meja", melainkan pemimpin yang mampu turun ke lapangan dan merasakan langsung denyut nadi masyarakat.

Oleh karena itu, siapapun yang kelak duduk di kursi Sekda Kuansing, ia tidak hanya diuji loyalitasnya kepada kepala daerah, namun juga loyalitasnya kepada sumpah jabatan dan kepentingan masyarakat Kuansing secara keseluruhan.

Pilihan Sekda yang tepat akan menentukan apakah roda pemerintahan daerah bergerak stagnan dalam tradisi lama, atau berani melaju kencang menghadapi tantangan zaman, demi Kuansing yang lebih maju dan sejahtera. Tantangan telah terhampar, kini saatnya memilih nakhoda yang tepat.

Sebelumnya, lima orang pejabat diinformasikan telah mengikuti asesmen calon Sekda Kuansing. Mereka adalah Ade Fahrer, Zulkarnaen, Andriyama, Masnur, dan Plt Sekda Kuansing saat ini Dr. Fahdiansyah. Kelima kandidat ini memiliki latar belakang pendidikan dan karakter yang berbeda-beda, membawa potensi dan tantangan tersendiri dalam memenuhi kriteria Sekda ideal yang dibutuhkan Kuansing saat ini. (***)