Menurut keponakan Oskar, Salha Kaluku, rumah mereka pernah dikunjungi oleh anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL).
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) bertanya tentang penemuan ikan purba kepada Salha. Namun Oskar masih belum kembali ke rumah.
Oskar sering turun ke laut selama berhari-hari lamanya.
Pria berusia 52 tahun itu biasanya menghabiskan malam di pulau terdekat setelah capek mencari ikan.
“Biasanya Oskar, ketika berlayar tidak, dia akan pulang. Dia akan menginap di pulau yang paling dekat agar bisa beristirahatlah gara-gara malam,” kata Salha.
Oskar temukan ikan purba
Menurut Salha, ayahnya, Oskar Kaluku, menangkap ikan pukul 15.00 WITA, Rabu (15/1/2025).
Oskar kemudian menusuk ikan itu menggunakan ganco. Namun bobot ikan terlalu berat.
Setelah berusaha sekuat tenaga, ikan Coelacanth berhasil diangkat ke atas perahu.
Awalnya Oskar berpikir ia sudah mendapatkan batu.
Ia kemudian kembali ke rumah pukul 16.00 WITA.
Oskar buru-buru memberi tahu keluarganya di rumah bahwa dia baru saja menemukan ikan besar.
Ketika diangkut di sepeda motor, ikan itu masih berada dalam keadaan hidup.
Sementara itu, banyak orang di rumah penasaran melihat ikan tangkapan Oskar.
Oskar terkejut karena dia bertanya kepada warga berusia 80 tahun, tapi ikan itu dia tidak kenal.
“Dulu, sebelum punya informasi ini, kami sempat ber/ws untuk mebuangnya,” kata Salha.
Beberapa warga langsung mengabadikan gambar ikan itu, termasuk beberapa orang yang mendistribusikan gambar tersebut secara langsung melalui media sosial.
“Saudara tiri saya yang ada di Manado menyaksikan postingan orang-orang dan dia meminta foto dan videonya, dan kemudian dibagikan melalui Portal Manado,” kata Salha.
Mereka meninjau petunjuk tersebut dari Universitas Samratulangi di Manado.
Mereka tiba di rumah Oskar tepat jam 06.00 WITA, Jumat (17 Januari 2025).
Tim peneliti yang jumlahnya tiga orang langsung memeriksa keadaan ikan tersebut.
Mereka mengatakan yang ditangkap oleh Oskar tidak bisa dijual karena termasuk hewan konservasi penuh yang dilindungi pemerintah.
“Tiga orang berbicara seperti menggunakan bahasa Inggris,” jelas Salha.
Para peneliti itu lalu membawa ikan milik Oskar.
Apa itu Coelacanth?
Dikutip dari Wired, coelacanth adalah spesies ikan yang namanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelia (berongga) dan acanthos (duri), yang artinya adalah ikan dengan duri berongga.
Ikan purba tersebut dapat mencapai panjang lebih dari enam kaki dan berat sekitar 90 kilogram.
Selain itu, coelacanth juga terdiri dari dua spesies, di mana keduanya merupakan ikan langka.
Kedua spesies tersebut adalah coelacanth Samudra Hindia Barat (Latimeria chalumnae) yang menghuni laut terbuka sepanjang pantai timur Afrika, dan coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis) yang dijumpai di perairan Sulawesi, Indonesia.
Bentuk Ikan coelacanth
Dilansir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (RI), coelacanth memiliki bentuk yang unik dan dapat didifenisikan dengan mudah dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.
Ikan purba tersebut memiliki sisik yang berbeda secara signifikan di beberapa bagian tubuh.
Dari sisi depan ke sisi belakang, ukuran sisik cenderung menurun atau kurang.
Melanofor (sel pigmentasi warna) lebih banyak berkonsentrasi pada bagian atas tubuh ikan daripada bagian perutnya.
Sebaliknya, sirip lobus punggung, lubang dubur, dan sirip lobus dubur memiliki berbagai bentuk pada masing-masing spesies, walaupun pada bagian tubuh yang sama.
Termasuk ikan yang Dilindungi
Secara internasional, coelacanth Indonesia atau Latimeria menadoensis masuk dalam spesies Bern SORTIR atau CITES subclass 1, yang berarti tidak diperbolehkan diperdagangkan.
Bersamaan dengan keputusan internasional, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Jenis Ikan yang Dilindungi.