Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan ada sekitar 10 juta orangtarget kecil membeli di luar negeri berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS).
Airlangga menyebutkan, akibat fenomena itu, perekonomian Indonesia kehilangan potensi sekitar 3.200 triliun rupiah dari transaksi uang Electronics cashback (uang(clock) mansion).
Kita hitung kalau belanja itu belum termasuk, katakanlah yang paling konservatif, dua ribu dolar Amerika Serikat. Jadi itulah sekitar tiga ratus dua puluh empat triliun,rupiah dalam mata uang ini.
Menurutnya, salah satu penyebab utama orang lebih memilih membeli ke luar negeri adalah harga barang lebih kompetitif dibandingkan di Indonesia.
Airlangga menjelaskan bahwa biaya tambahan seperti bea masuk dan pajak menjadikan harga barang impor di Indonesia lebih mahal daripada di luar negeri.
Hal ini salah satu alasan mengapa banyak orang Indonesia dengan daya beli yang tinggi memilih mengunjungi Singapura untuk berbelanja.
Sementara itu, negara tetangga seperti Singapura menawarkan barang yang sama tanpa pajak tambahan, membuat belanja di luar negeri menjadi jauh lebih menarik.
“Sebutkan benda-benda yang masuk ke pusat perbelanjaan tolak ruang harus membayar pajak pendapatan 25%, lalu PAJAK (impor), lalu Pajak Pertambahan Nilai. Jadi di kompleks ini, sesuai dengan misalnya Singapura, itu tidak ada. Jadi secara otomatis barang di kita itu lebih mahal daripada di tempat lain,” katanya.