Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Riau pada Jumat (31/5/2025) berdampak positif terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan tidak terpantau adanya hotspot di provinsi tersebut. Petugas BMKG, Bella R Adelia, menyampaikan bahwa hanya dua titik panas terdeteksi di Pulau Sumatera, masing-masing berada di Aceh dan Sumatera Selatan. “Pantauan hari ini menunjukkan ada dua hotspot, masing-masing satu di Provinsi Aceh dan satu di Sumatera Selatan. Untuk wilayah Riau, tidak ada titik panas yang terdeteksi,” ujar Bella seperti dikutip dari halloriau pada Sabtu sore (31/5/2025).

Hotspot atau titik panas biasanya digunakan sebagai penanda awal potensi terjadinya karhutla, terutama saat musim kemarau. Oleh karena itu, BMKG rutin memonitor pergerakan dan kemunculan hotspot guna mengurangi risiko dampak lingkungan dan kesehatan.

Sejak pagi hari, Kota Pekanbaru dan sekitarnya diguyur hujan deras, yang diperkirakan akan berlanjut hingga malam hari. Kondisi cuaca ini turut membantu menekan potensi kemunculan titik panas di wilayah tersebut.

Menurut Bella R Adelia dari BMKG, hujan deras yang terjadi di sebagian besar wilayah Riau merupakan faktor utama yang membantu menekan potensi kebakaran hutan dan lahan. Hal ini terbukti dengan tidak terdeteksinya titik panas di wilayah Riau.

BMKG terus memantau pergerakan hotspot di berbagai wilayah, termasuk Pulau Sumatera, untuk mengantisipasi potensi karhutla. Dengan adanya hujan deras, risiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan dapat diminimalisir.

Kondisi cuaca yang mengguyur sebagian besar wilayah Riau telah memberikan dampak positif dalam menekan potensi kebakaran hutan dan lahan. BMKG terus melakukan pemantauan secara rutin guna mengurangi risiko dampak lingkungan dan kesehatan akibat karhutla.