Jawa Barat, Senin (6 Januari).
“Susu ada, tapi tidak setiap hari, ada yang sekali seminggu, ada yang dua kali seminggu. Ketersediaan susu kami mengandalkan persediaannya,” ujar Hasan Hasbi setelah meninjau pelaksanaan perdana MBG di SDN Kedungbadak 1 Kota Bogor.
Dia menjelaskan program MBG menyajikan menu yang berbeda setiap hari melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di masing-masing wilayah. Baik, khusus untuk susu, akan disediakan setidaknya satu menu dalam seminggu.
“Hari ini di SD Pendidikan Profesi Guru (SPPG) Cimahi saya melihat ada menu susu. Di sini juga tersedia susu, tetapi sepertinya moment ini tidak ada. Setiap hari menu kami berbeda-beda, jadi dalam satu bulan itu paling tidak sekali atau dua kali seminggu ada menu susu,” katanya.
Menu makanan di SDN Kedungbadak 1 Kota Bogor disediakan oleh SPPG Tanahsareal, yang mencakup menu utama nasi putih, telur dadar, sayur wortel dan brokoli, serta buah pisang.
Hasan Nasbi menyebutkan bahwa MBG menjadi momentum untuk mengedukasi anak-anak agar belajar untuk rajin mengkonsumsi sayuran. Menurutnya, ia terkesan oleh para siswa SDN Kedungbadak 1 Kota Bogor yang tidak alergi terhadap makanan sayuran.
“Saya sangat senang tahu anak-anak kelas 1 sudah bisa makan sayuran, jadi sudah ada edukasi untuk mereka mengonsumsi sayur, tidak hanya protein saja. Padahal, yang selama ini kami takutkan adalah anak-anak tidak mampu menambah banyak sayuran,” ujar Hasan Nasbi.
Sebelum melihat pelaksanaan MBG, ia juga berkunjung ke dapur umum Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat di Lapangan Denpasar III/Bogor.
Menurut dia, Sistem Pengelolaan Pangan Sekolah (SPPG) ini telah menerapkan standar yang baik mulai dari pengelolaan makanan, pembagian makanan, hingga pemeliharaan limbah yang dihasilkan dari pengelolaan makanan.
“Tidak ada sampah, sampai pengelolaannya dipikirkan oleh mereka. Sampah pun di SPPG sudah dipisahkan, teman-teman, seperti sampah plastik, sisa makanan, di dapur sudah dipisahkan. Yang keluar tidak akan menjadi masalah,” ucapnya.
MBG merupakan program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang siap diluncurkan di 190 titik yang terspread di 26 provinsi.
Hasan mengatakan bahwa yang tersebut merupakan suatu momen bersejarah bagi bangsa Indonesia, yang mana untuk pertama kali melakukan program penuh nutrisi seluruh rakyat, termasuk anak-anak balita, pelajar sekolah, siswa pondok, ibu sebelum melahirkan dan ibu menyusui.
Dia mengungkapkan bahwa telah tercatat 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Rumah Makan Bersubsidi Gizi (RMBG) telah beroperasinya.
Dapur-dapur tersebut tersebar di 26 provinsi, mulai dari Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dengan DI Yogyakarta, dan Gorontalo.
Teruslah ke Pulau Sulawesi Barat, segera diikuti oleh Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, wilayah Kalimantan, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, kemudian Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga ke Papua Barat, dan Papua Selatan.
Setiap dapur MBG dipimpin oleh seorang kepala SPPG yang ditunjuk langsung oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Kepala SPPG ini bekerja sama dengan ahli gizi serta auditor untuk memastikan pengawasan ketat terhadap kualitas gizi dan kelancaran distribusi makanan.
Selain memastikan kecukupan gizi dalam setiap porsi menu Bantuan Makanan Gizi (MBG), Sistem Pengadaan Pupuk dan Benih (SPPB) juga bertugas mengawasi standar kebersihan, pengelolaan gizi, dan pengolahan limbah di setiap dapur MBG dengan ketat.