Fasilitas ini menjadi capaian langsung Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Kabinet Amatir Merah Putih.
Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk menempatkan Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi secara resmi diumumkan pada Senin (21/10/2024).
Perlu diperhatikan, di Kabinet Prabowo, Kemendikbudristek dibagi menjadi empat nomenklatur kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan, Kementerian Kebudayaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Sains, dan Empat meninggalkan Kementerian Pariwisata.
Tiga menteri tersebut adalah Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi; Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen); dan Menteri Kebudayaan.
Berikut adalah catatan mengenai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Rekening Pusat Pembangunan Nasional, Inovasi dan Sains
Mengutip laman Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Satryo Soemantri Brodjonegoro dilahirkan di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956.
Ia adalah lulusan Doktor Ilmu (Ph.D) di bidang Teknik Mesin dari University of California, Berkeley di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1985.
Setelah itu, Satryo Soemantri Brodjonegoro menjadi dosen Jurusan Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pada tahun 1992, Satryo dipilih sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB saat mengawali eksekusi proses evaluasi diri di dalam jurusan tersebut.
Kemudian, proses ini diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya, reformasi pendidikan tinggi di Indonesia dimulai pada Desember 2000 ketika lembaga pendidikan tinggi besar diubah menjadi Lembaga Pemerintah Milik Negara (LPMN).
Di dunia pendidikan Indonesia, nama Satryo Soemantri Brodjonegoro merupakan nama yang tidak asing lagi.
Sepanjang pengabdiannya di kancah pendidikan Indonesia, Satryo telah menghadapi berbagai hambatan dan permasalahan dalam usahanya melebarkan cacatan pendidikan di Indonesia.
Dalam kapasitasnya sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Satryo Soemantri Brodjonegoro telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan di Indonesia.
Selama kepemimpinannya, Satryo Soemantri Brodjonegoro menghadapi banyak tantangan di bidang pendidikan.
Beberapa masalah pendidikan di Indonesia terus menguji kesabaran Satryo dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia.
Satryo menghadapi ujian berat dari tingkat kualitas lulusan perguruan tinggi di dunia kerja. Lulusan perguruan tinggi Indonesia dinilai tidak kompeten cukup.
Hal ini dipicu oleh kenyataan bahwa banyak para putra-putri Indonesia yang belajar di luar negeri dan tidak sedikit dari mereka yang mewakilinya ke luar negeri pula.
Kondisi ini membuat kualitas sumber daya manusia dalam pandangan internasional pun tidak begitu baik pula.
Banyak negara berpendapat bahwa kualitas pekerja Indonesia masih di bawah rata-rata.
Bahkan kalangan remaja Indonesia memandang negaranya dengan pandangan menor.
Mereka lebih memilih bekerja untuk negara lain karena mereka menilai negara lain lebih menghargai kemampuan mereka dengan upah yang lebih tinggi.
Inilah yang coba diperbaiki oleh Satryo sebagai Kepala Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia.
Di sisi lain dari semua kompleksitas yang dibendungnya selama masa jabatannya sebagai Dirjen Dikti, Satryo tidak berhenti berkarya.
Ia bergabung dengan Tim JICA (Japan International Cooperation Agency) untuk merancang bangunan Fakultas Teknik Universitas Hasanudin di Gowa.
Pada saat ini, beliau menjabat sebagai Ketua AIPI pada periode 2018-2023 dan juga sebagai Anggota Komisi Ilmu Teknologi pada Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Penghargaan
- Dianugerahi Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama oleh ITB (Maret 2010)
- Bintang Tanda Jasa The Order of the Rising Sun dengan Jangkaian Ribbon Emas dari Perwakilan Besar Jepang di Indonesia (3 November 2016)