banner 728x250

Quiet Quitting: Sikap Kerja atau Penghambat Karir?

banner 120x600
banner 468x60

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, muncul perilaku yang dikenal sebagai “berhenti bersuara” atau “quiet quitting”. Istilah ini merujuk pada karyawan yang hanya melakukan pekerjaannya sesuai deskripsi kerja tanpa memberikan usaha tambahan atau melampaui ekspektasi minimum. Secara sederhana, mereka hanya menjalankan tugas “sebatas yang diminta.”

Mengapa Quiet Quitting Terjadi?

banner 325x300

Mengundurkan diri secara diam-diam sering kali muncul sebagai tanggapan terhadap tekanan pekerjaan, ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, atau kurangnya penghargaan dari perusahaan.

Biasanya seseorang itu mengalami sentiment “bertahan” ketika merasa pekerjaannya tidak diberi perhatian xamples dari hal ini diberikan dari hasil survei antarpemain dari beberapa monopoli.

1. Burnout: Tekanan kerja yang berlebihan tanpa istirahat yang cukup.

2. Kekurangan insentif: Pelayan tidak mendapatkan penghargaan materi maupun pengakuan.

3. Kehilangan motivasi: Lingkungan kerja yang racun atau monoton.

Pelepasan Tidak Sombong: Apakah Selalu Buruk?

Sebelum mengOmega quiet quitting sebagai sesuatu yang negatif, perlu dipahami bahwa menjaga batasan diri bukanlah hal yang salah. Beberapa orang mempraktikkannya untuk menghindari stres atau menjaga keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Tapi, ada sisi lain yang perlu dipertimbangkan, apalagi jika menyangkut kemajuan karir.

Dampak Quiet Quitting untuk Karir

Meskipun bosan secara diam (quiet quitting) bisa memberikan kesempatan untuk keseimbanganmental, ada konsekuensi yang tidak bisa dikesampingkan, yaitu:

1. Sulit Berkembang

Mengambil pekerjaan tidak lebih dari ketentuan minimum dapat mengurangi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan. Akibatnya, para pekerja mungkin dianggap sebagai orang yang terlambat maju atau tidak berinovasi.

2. Citra Profesional yang Negatif

Seorang manajer atau rekan kerja mungkin melihatnya sebagai kurangnya dedikasi. Ini dapat mempengaruhi saran atau peluang untuk promosi.

3. Kurang Kontribusi pada Tim

Menggunakan minimal tenagainterest atau melakukan pekerjaan di level minimum dapat membuat rekanrekan kerja merasa harus menanggung beban lebih berat, seperti itu dapat menciptakan kekakuan dalam tim.

Mengintegrasikan Extra Miles: Apakah Pilihan yang Tepat?

Namun, bekerja dengan usaha ekstra atau “extra miles” juga bisa menjadi dua sisi dari sisi. Di satu sisi, menunjukkan inisiatif tambahan dapat meningkatkan reputasi profesional dan membuka peluang karir yang lebih baik.

Tetapi perlu diingatkan bahwa hal ini tidak boleh sampai berdampak pada kesehatan fisik atau mental.

Menemukan Keseimbangan

Tidak harus memilih antara Quiet quitting atau extra miles. Yang paling penting adalah menemukan keseimbangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pribadi dan karir. Berikut beberapa tahap yang bisa membantu:

-Tetapkan Prioritas: Pahami Kapan Harus Berusaha Lebih keras dan Kapan Sudah Cukup.

-Konsultasikan Harapan dengan Atasan: Pastikan deskripsi kerja dan ekspektasi kla HDFocus dan jelas sejak awal.

-Menjaga Kesehatan Mental: Jangan biarkan ambisi karir mengorbankan kebahagiaan dan keseimbangan hidupmu.

-Tingkatkan Kemampuan Secara Berkelanjutan: Ambil inisiatif untuk belajar di luar tanggung jawab pekerjaan, tanpa harus berlebihan.

Pernyataan “quiet quitting” bisa menjadi indikasi perlunya perubahan baik dari sisi pekerja maupun perusahaan. Pekerja perlu menjaga keseimbangan antara kerja dengan memiliki kebutuhan wajar dan mempertahankan kesehatan mental.

Sedangkan perusahaan juga harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan penghargaan atas kontribusi setiap individu.

Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah istirahat diam adalah cara terbaik untuk menjaga diri, atau langkah yang justru membatasi potensi karirmu?

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *