Putri bangsawan dari Hindia Belanda, Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani, dipajang dalam majalah legendaris Amerika Serikat, Life, pada 25 Januari 1937. Pada usia 15 tahun, Gusti Nurul menari di Belanda di hadapan Ratu Belanda Wilhelmina dan para raja serta ratu dari berbagai negara.
Gusti Nurul tampil dalam pementasan tari di Belanda sebagai kado untuk pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Benhard. Dia dan ayahnya diundang khusus oleh Ratu Wilhelmina untuk acara kenegaraan tersebut. Musik gamelan yang dimainkan langsung dari Istana Mangkunegaran disiarkan melalui radio Solosce Radio Verenigin.
Tarian yang dibawakan oleh Gusti Nurul sangat memukau orang Eropa dan menjadi sorotan suratkabar Belanda. Kepandaiannya dalam menari dan kecantikannya membuat banyak pria terpesona, termasuk beberapa pemimpin negeri seperti Panglima Tentara, Sultan, Perdana Menteri, dan bahkan Presiden.
Gusti Nurul menolak pinangan beberapa tokoh besar, seperti Kolonel Gusti Pangeran Haryo Djatikusumo dan Sultan Hamengkubuwono IX, karena prinsip anti-poligami. Bahkan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Republik Indonesia pertama, mengirimkan hadiah kepadanya namun tidak pernah menyatakan perasaannya secara langsung.
Setelah menolak sejumlah pinangan, Gusti Nurul akhirnya menikah dengan Letnan Kolonel Suryo pada 24 Maret 1954. Dia meninggalkan kehidupan istana untuk mendampingi suaminya yang sering berpindah dinas. Mereka tinggal di berbagai tempat, termasuk Amerika Serikat dan Bandung.
Gusti Nurul wafat pada 10 November 2015 di usia 94 tahun, meninggalkan 7 orang anak, 14 cucu, dan 1 cicit. Kepergiannya menandai akhir dari perjalanan hidupnya yang penuh dengan kecantikan, bakat, dan kisah cinta yang memikat banyak orang.