Praktisi pariwisata Surya Wijaya mengatakan bahwa Kota Batam tidak mengalami fenomena pseudotourism seperti yang terjadi di sejumlah destinasi wisata unggulan lain di Indonesia, termasuk Bali. Fenomena pseudotourism sendiri merupakan kondisi di mana tingginya angka kunjungan wisatawan tidak diiringi dengan dampak ekonomi yang signifikan bagi pelaku industri pariwisata lokal. Menurut Surya, hal ini terjadi ketika wisatawan hanya datang sebentar, tanpa menginap dan membelanjakan uang mereka secara optimal di destinasi wisata.

“Fenomena ini terjadi di banyak wilayah, salah satunya di Bali. Wisatawan datang, tapi dampaknya kecil bagi sektor akomodasi, kuliner, transportasi dan lainnya,” ujar Surya pada Selasa (29/4/2025).

Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjukkan bahwa selama libur Lebaran 2025 tercatat lebih dari 123 juta pergerakan wisatawan nusantara. Namun, okupansi hotel berbintang di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Bali, dan Labuan Bajo justru stagnan. Bahkan, Data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menunjukkan bahwa tingkat okupansi hanya berkisar 40-55 persen.

Di sisi lain, Surya melihat bahwa Batam mengalami tren positif yang berbeda. Ia menilai bahwa kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Batam sejalan dengan peningkatan tingkat okupansi hotel.

“Menariknya, Batam tidak mengalami fenomena pseudotourism ini. Wisatawan yang datang ke Batam umumnya menginap dan membelanjakan uang mereka. Ini memberi dampak nyata terhadap ekonomi lokal. Kita ingin kondisi ini bisa terus dipertahankan,” tambahnya.

Surya juga menyatakan kekhawatirannya terkait promosi yang dilakukan oleh industri pariwisata yang tidak saling mendukung, seperti yang terjadi di Bali. Menurutnya, hal ini menyebabkan banyak hotel atau akomodasi ilegal yang tidak terdaftar menjadi alternatif bagi wisatawan.

Dalam konteks ini, Surya berharap agar fenomena pseudotourism tidak terjadi di Kepulauan Riau, khususnya Batam. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam industri pariwisata untuk memastikan keberlanjutan dampak ekonomi dari sektor pariwisata.

“Kuncinya cuma satu, semua pelaku industri pariwisata harus saling dukung, bekerja sama meningkatkan kolaborasi,” tutupnya.