Polda Riau, bersama seluruh unsur TNI, Pemda, swasta, dan relawan masyarakat, terus memperkuat sinergi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Hal ini ditunjukkan dalam apel kesiapsiagaan penanganan Karhutla yang digelar pagi tadi di Kota Dumai. Ratusan personel lintas instansi dan relawan dikerahkan untuk memastikan respons cepat terhadap potensi titik api.
Kabid Humas Polda Riau, Kombes Anom Karibianto menjelaskan pentingnya membedakan antara hotspot dan firespot dalam proses pemantauan Karhutla. Menurutnya, tidak semua hotspot berarti terjadi kebakaran, sehingga dilakukan verifikasi di lapangan oleh petugas gabungan untuk memastikan kebenarannya.
Dalam apel di Dumai, TNI turut serta dengan 145 personel, Sat Brimobda dengan 162 personel, Gabungan Polres Rohil dan Polsek dengan 200 personel, Damkar Pemkot Dumai dengan 8 personel, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan 10 personel, DLHK dengan 22 personel, Satpol PP dengan 25 personel, MPA dengan 20 personel, dan PT RUJ dengan 10 personel. Kolaborasi ini menegaskan bahwa penanganan Karhutla bukan hanya tanggung jawab satu pihak, namun merupakan kerja sama antara berbagai pihak.
Kombes Anom juga menyampaikan bahwa penegakan hukum terhadap pelaku pembakar lahan terus diperkuat. Polda Riau telah menangani 21 kasus Karhutla dengan 26 tersangka selama Januari hingga Juli 2025. Ia menegaskan bahwa penindakan dilakukan secara tegas, dan ke depan akan ada pemberatan hukuman apabila pembakaran dilakukan dalam situasi status darurat bencana yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Anom juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembakaran secara sengaja, serta memperkuat literasi lingkungan untuk memahami risiko, dampak kesehatan, serta kerugian ekonomi dan ekologi akibat Karhutla. Ia menekankan bahwa Marwah dan citra daerah akan tercoreng jika Karhutla dibiarkan.
Kombes Anom juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta melapor jika melihat asap atau tanda-tanda kebakaran melalui layanan darurat 110, call center BPBD, maupun kanal pelaporan publik Polda Riau. Pada hari ini, Polda Riau bersama seluruh pemangku kepentingan berhasil menurunkan jumlah hotspot dari 1.403 menjadi 790 titik, dan jumlah firespot dari 614 menjadi hanya 27 titik di seluruh wilayah Provinsi Riau.
Berdasarkan data Satellite Monitoring Sipongi KLHK dan NASA FIRMS serta Dashboard Lancang Kuning, hingga pertengahan Juli 2025, Riau kembali memasuki periode rawan kebakaran. Cuaca panas dan curah hujan yang minim membuat vegetasi mudah terbakar, terutama di lahan gambut yang kering. Kabupaten/kota yang menjadi perhatian khusus antara lain Rokan Hilir, Siak, Bengkalis, dan Dumai.