Bahasa Indonesia: Menurut survei World Economic Forum (WEF), sebanyak 41 persen perusahaan diproyeksikan untuk mengurangi jumlah pekerja pada tahun 2030 karena AI.
menjadi salah satu profesi yang sangat dibutuhkan.
, Sabtu (11/1).
Juga turut penting. Meski begitu, Arif menyayangkan banyak instruktur AI yang memanfaatkan upah yang rendah.
“Mereka digunakan untuk menginformasikan data, melatih kecerdasan buatan, dan lain-lain tapi biarkan sangat-sangat murah,” lanjutnya.
Perangkat lunak tersebut digunakan untuk membangun AI canggih di sebuah perusahaan, namun akhirnya mengancam keberlangsungan pekerjaan manusia dalam perusahaan tersebut.
“Ngomong-ngomong, setelah AI begitu canggih, menjadikan AI ini digunakan oleh perusahaan dan lainnya malah membuat mengumpulkan orang-orang menjadi tidak bekerja,” kata Arif.
Karena itu, Ia menilai bahwa perkembangan teknologi sebenarnya tidak menjadi ancaman jika ada perlindungan dari negara dan pemerintah. Oleh karena itu, seharusnya negara memberi kebijakan secara lebih komprehensif tentang AI dan pekerjaan.
“Seharusnya ada kebijakan sosial, kebijakan ketenagakerjaan misalnya pengurangan waktu kerja atas contoh dan sebagainya yang memungkinkan kehadiran teknologi canggih AI ini tidak menjadi ancaman atau pesaing pekerjaan tapi justru membantu,” kata Arif.
Silakan: Sesuai dengan poin itu, analis tenaga kerja Timboel Siregar mengatakan bahwa saat ini pelatihan tenaga kerja yang dilakukan oleh pemerintah haruslah berorientasi agar sumber daya manusia (SDM) dapat kompatibel dengan perkembangan AI.
“Jadi AI itu harus direspons dengan bagaimana SDM kita harus tersedia untuk bisa mengetahui tentang AI di berbagai sektor layanan, produk, dan sejenisnya,” jelas Timboel.
Hal lainnya, Timboel menjelaskan bahwa semua sektor pasti akan dirasakan oleh dampak dari perkembangan AI. Oleh karena itu, perlu kualitas SDM yang kompatibel dengan AI di sektor-sektor yang menjadi sektor andalan seperti pertanian perkebunan, kehutanan, perikanan hingga pariwisata.
Sebelumnya, dalam survei dengan judul “Future of Job Report 2025” yang dikerjakan selama beberapa bulan ini, dirilis pada Rabu (8/1), sebanyak 77 persen perusahaan berencana untuk melatih kembali dan meningkatkan kemampuan pekerja mereka yang ada antara tahun 2025-2030 agar dapat bekerja dengan AI.