Menjadi orang pertama di dunia dengan kekayaan sebesar Rp 6.800 triliun menurut majalah Forbes.
Elon Musk, seorang miliarder, juga terjun ke dunia politik dengan bergabung dalam kabinet presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump.
Sebelumnya, Trump menyatakan bahwa Elon Musk akan memimpin departemen efisiensi pemerintah yang baru terbentuk untuk merunjukkan birokrasi pemerintah.
Selanjutnya, setelah mengalahkan dalam pemilihan Presiden AS pada 5 November yang lalu, Trump akan kembali ke Gedung Putih kali ini untuk masa jabatan kedua. Ia akan dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025.
“Elon Musk, bersama dengan mantan kandidat presiden dari Partai Republik Vivek Ramaswamy, akan membuka jalan bagi pemerintahan saya untuk membongkar birokrasi pemerintah, mengurangi regulasi yang berlebihan, mengurangi pengeluaran yang boros, dan merestrukturisasi Badan-Badan Federal,” kata Donald Trump dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari
Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Elon Musk dan Ramaswamy akan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE). Departemen tersebut adalah rujukan pada meme internet dan mata uang kripto. DOGE akan memberikan saran dan panduan dari luar pemerintahan.
Musk adalah pendukung utama Trump. Selama Donald Trump mencalonkan diri sebagai presiden, Musk disebut menghabiskan lebih dari US$ 100 juta untuk membantu Partai Republik menang. Ia juga beberapa kali menyebutkan pencalonan Trump di X, platform yang dimilikinya.
Kedekatan antara Donald Trump dan Elon Musk memang tidaklah baru. Salah satu bentuk dukungannya terhadap Trump adalah dengan mengunggah gambar AI yang menampilkan dirinya berdiri di podium dengan bendera Amerika Serikat, dan menulis caption, “Saya bersedia untuk melayani.”
Pada beberapa bulan terakhir ini, Musk memang tampak semakin cenderung ke arah pandangan politik konservatif. Dukungan Musk terhadap Trump juga terlihat dari keterlibatannya dalam kampanye Trump dan upayanya untuk mengembalikan Trump ke X, platform media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Sedangkan itu, Trump mungkin melihat Musk sebagai mitra strategis di bidang kebijakan-kebijakan industri otomotif dan teknologi, karena selama masa kepresidenannya ia berusaha untuk mencabut insentif pajak untuk kendaraan listrik yang kemudian diperluas oleh Presiden Joe Biden pada 2022. Namun, hubungannya ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana pengaruh politik dapat berdampak pada reputasi dan operasional perusahaan.
Meskipun Musk memiliki minat politik dan dukungan kuat terhadap Trump, dia harus berhati-hati agar keterlibatannya dalam politik tidak merugikan bisnisnya. Keterlibatan politik yang terlalu kuat dapat membawa dampak negatif.
Sebagai CEO dan figur publik, Elon Musk harus menyesuaikan keterlibatannya dalam politik dengan kepentingan bisnisnya. Pendukung dan pelanggan dari berbagai arah politik mungkin merasa tidak nyaman jika Musk terlalu dekat dengan Trump, yang mungkin melekat pada produk-produk Tesla dan kesempatan kontrak pemerintah.
Di sisi lain, hubungan yang erat dengan Donald Trump juga dapat bermanfaat, asalkan kebijakan pemerintah mendukung industri teknologi dan otomotif.
Sosok Elon Musk
Elon Musk lahir di Pretoria, Afrika Selatan, pada 28 Juni 1971. Ia adalah salah satu pengusaha paling sukses dalam sejarah. Ia terkenal secara global sebagai CEO dari Tesla, produsen mobil listrik, dan SpaceX, perusahaan antariksa swasta.
Elon Musk adalah investor awal pada beberapa perusahaan teknologi, di antaranya ia berhasil menyelesaikan kesepakatan untuk membeli sepenuhnya X (sebelumnya Twitter) pada bulan Oktober 2022 dan mengubahnya menjadi perusahaan swasta.
Elon Musk mengenyam pendidikan di Waterkloof House Preparatory School, sebuah sekolah yang menggunakan bahasa Inggris, dan melanjutkan pendidikannya setahun lebih awal. Ia kemudian lulus dari Pretoria Boys High School. Sebagai seorang anak yang suka membaca, ia memiliki sedikit teman di sekolah-sekolah tersebut.
Ini adalah transistor radio yang setara dengan hadiah Ron Herbert untuk dirinya pada liburan Natal.
Karier Bisnis Elon Musk
Elon Musk memulai karir bisnisnya di Silicon Valley pada tahun 1995 setelah meninggalkan program Doktor Filsafat (PhD) di Universitas Stanford. Bersama saudaranya, Kimbal Musk, ia mendirikan Zip2, sebuah direktori bisnis berbasis peta, yang sukses dan akhirnya dijual ke Compaq pada tahun 1999 seharga $307 juta.
Musk kemudian mendirikan X.com, yang bergabung dengan Confinity dan menjadi PayPal. PayPal dijual ke eBay pertengahan 2002 seharga $1,5 miliar, memberi Musk $165 juta dalam bentuk saham eBay.
Setelah pergi dari PayPal, Musk fokus pada mengurangi risiko keberadaan manusia melalui SpaceX, Tesla Motors, dan SolarCity. Sebagai CEO Tesla, ia mengembangkan mobil listrik dan teknologi energi surya, seperti produk Powerwall dan Powerpack untuk menyimpan energi.
Di SpaceX, Musk bekerja sama dengan NASA dan Angkatan Udara AS, serta berencana mengirim astronot ke Mars pada tahun 2025. Di bawah kepemimpinannya, Tesla dan SpaceX berkembang pesat, menjadikannya tokoh penting dalam teknologi kendaraan listrik dan ekspedisi antariksa.
Menyatakan dirinya sebagai “demokrat moderat”, namun pandangannya berubah menjadi lebih konservatif setelah akuisisi X. Pada bulan Juli 2023, ia secara terbuka memberikan dukungannya kepada Donald Trump setelah terjadinya usaha pembunuhan terhadap Trump. Melalui America Political Action Committee (PAC), Musk menjadi salah satu donatur terbesar untuk kampanye Trump.
Dewi Rina Cahyani, Sukma Kanthi Nurani, dan Putri Safira Pitaloka juga turut menulis artikel ini.
Pilihan editor: