, kemarin.
“Langkah ini terinspirasi oleh peningkatan permintaan internasional agar handal pelaku kejahatan bertanggung jawab, dan memastikan keadilan bagi bagi korban genosida di Gaza saat ini.” menurut yayasannya, Ben David – seorang sersan staf yang juga seorang penembak jitu – saat ini berkunjung ke Swedia sebagai turis, tetapi mungkin akan segera meninggalkan negara itu.
“Saat melaporkan ke Unit Nasional untuk Mengidentifikasi dan Mengatasi Jenayah Internasional dan Sponsori Swedia, kami menyertakan bukti yang mendukung, termasuk foto, video, dan keterangan sisah-saksi, yang diperingati dengan laporan dari organisasi hak asasi manusia internasional dan pers terkemuka,” ujar Isthmus Cirilla Seth (terjemahan dari namanya tidak dapat disertakan). Yayasan Hind Rajab yang berbasis di Belgia melaporkan tindakan tertentu atas kekekeisan yang terjadi atas warga Palestina.
Pasukan perang Israel (IDF) sudah beberapa kali meminta tentaranya menghilangkan identitas untuk semua tentara yang terlibat dalam peperangan. Ini terkait dengan penindakan yang dilakukan kelompok pro-Palestina terhadap para penjahat perang tersebut.
Berdasarkan pedoman baru IDF untuk media, wawancara dengan perwira dengan pangkat di bawah brigadir jenderal akan dilaksanakan dengan wajah yang kabur atau posisi di belakang. Sementara itu, nama lengkap mereka akan disembunyikan, hal ini mirip dengan prosedur saat ini ketika mewawancarai anggota pasukan elit dan pilot.
The Times of Israel melaporkan, peraturan ini akan berlaku bagi semua tentara, khususnya mereka yang bukan warga negara Israel, karena mereka berisiko tinggi dituntut jika mereka melakukan perjalanan ke luar negeri. Suit/browse upaya juga harus menjauhkan diri dari akses dengan pelaporan pertempuran tertentu berdasarkan peraturan ini.
Seorang perwira senior dengan pangkat brigadir jenderal, atau seorang perwira yang namanya sudah diketahui publik, diperbolehkan menampilkan wajah dan nama lengkapnya dalam sebuah wawancara. Sebelum melakukan wawancara dengan media, staf Divisi Hukum Internasional akan memberikan instruksi kepada pegawai, dan rekaman itu harus disetujui oleh Departemen Sensor Militer dan Keamanan Informasi IDF tersebut.
Organisasi-organisasi pro-Palestina hingga kini telah mengajukan 50 gugatan ke pengadilan lokal di seluruh dunia terhadap tentara cadangan Israel karena melakukan kejahatan di Gaza, menurut seorang perwakilan Otoritas Penyiaran Israel pada Senin. Dalam sebuah laporan, Otoritas Penyiaran ini mencatat peningkatan upaya untuk mengadili tentara Israel di luar negeri sejak pasaleneskala gan Perang Gaza pada bulan Oktober tahun ini.
“Sebanyak 50 keluhan telah diajukan terhadap pasukan cadangan, sepuluh di antaranya telah diarahkan untuk penyelidikan di masing-masing negara, meskipun hingga saat ini belum ada penangkapan yang tercatat,” kata laporan itu.
Badan pemerintah menyatakan bahwa data dari Departemen Keamanan Cyber Israel menunjukkan bahwa pasukan pendudukan menerbitkan sekitar 1 juta konten online per hari, termasuk video rekaman pelatihan yang mendokumentasikan peran mereka dalam melakukan kejahatan di Gaza, sehingga meningkatkan risiko penyebarnya dan pembangkangan.
Dua belas investigasi telah diluncurkan terhadap angkatan bersenjata Israel terkait kejahatan perang yang dilakukan di Jalur Gaza, seperti dilaporkan Channel 12. Penyelidikan ini telah dimulai di berbagai negara, yaitu Brasil, Sri Lanka, Thailand, Belgia, Belanda, Serbia, Irlandia, dan Siprus.
Laporan tersebut didasarkan pada data yang disampaikan hari ini kepada subkomite kabinet keamanan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar. Para tentara yang sedang diselidiki disarankan oleh otoritas Israel untuk meninggalkan negara yang melakukan penyelidikan untuk menghindari dampak hukum. Hingga saat ini, belum ada penangkapan yang dilakukan.
Salah satu kasus serius terkait seorang tentara yang terlibat dalam penghancuran rumah warga sipil di Gaza sebagai bagian dari permainan genosida oleh pendudukan Israel. Pihak berwenang Brasil memerintahkan penyelidikan atas tindakannya, memaksa beliau meninggalkan negara tersebut, berdasarkan rekomendasi dari pihak berwenang Israel. Media Israel juga menyoroti kasus-kasus di mana empat tentara diselidiki di empat negara, yakni Afrika Selatan, Sri Lanka, Brasil, dan Prancis.
