Desa Rambahan, Kabupaten Kuantan Singingi – Jauh sebelum Indonesia merdeka, jejak-jejak potensi kekayaan alam sudah terukir di berbagai pelosok negeri. Di Kecamatan Logas Tanah Darat (LTD), Kuantan Singingi, misalnya, disinyalir kuat mengandung kekayaan minyak dan gas (migas). Bahkan, pada zaman Belanda, upaya eksplorasi pernah dilakukan di sana, meski terhenti di tengah jalan. Hingga kini, sejumlah bangunan kuno masih menjadi saksi bisu. Seperti yang disampaikan Mantan Kepala Desa Rambahan, Ali Nasri, “Masih ada tungku-tungku bekas eksplorasi. Begitu juga pondasi mess masih ada,” kata Nasri.

Bangunan pondasi alat bor yang kokoh itu, menurut Ali, dulunya digunakan untuk mencari minyak secara manual. Jika saja eksplorasi zaman Belanda itu berhasil, Kuansing mungkin kini menjadi salah satu daerah kaya penghasil migas di Riau. Cerita ini mengisyaratkan bahwa potensi energi Indonesia tersebar luas dan telah menarik perhatian sejak lama.

Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, sangat bergantung pada pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan. Kemandirian energi bukan sekadar slogan, melainkan pilar utama ketahanan nasional dan pembangunan ekonomi.

Di masa lalu, ketergantungan pada impor energi, terutama minyak mentah, sering kali membebani neraca perdagangan dan membuat negara rentan terhadap gejolak harga global. Oleh karena itu, sektor hulu migas memegang peranan penting sebagai tulang punggung pasokan energi nasional.

Di tengah upaya mencapai kemandirian energi, munculnya Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai pengelola Blok Rokan menandai babak baru yang strategis. Blok Rokan, salah satu blok minyak terbesar di Indonesia, sebelumnya dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia selama puluhan tahun.

Pengambilalihan oleh PHR, anak usaha Pertamina, pada Agustus 2021 merupakan langkah berani dan ambisius. Visi PHR jelas: menjaga dan meningkatkan produksi minyak dari blok ikonik ini untuk mendukung ketahanan energi nasional. Tulisan ini akan menganalisis secara mendalam peran strategis PHR dalam meningkatkan produksi minyak nasional, kontribusinya terhadap keberlanjutan pasokan energi domestik, serta mengidentifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi PHR dalam mewujudkan kemandirian energi Indonesia.

Blok Rokan adalah nama yang tidak asing dalam sejarah industri minyak Indonesia. Sejak ditemukan pada awal abad ke-20, blok ini telah menjadi salah satu produsen minyak terbesar di Tanah Air. Dengan cadangan minyak dan gas yang melimpah, Blok Rokan secara konsisten berkontribusi signifikan terhadap produksi minyak nasional selama beberapa dekade.

Puncaknya, Blok Rokan mampu menghasilkan lebih dari 1 juta barel minyak per hari pada tahun 1970-an, menjadikannya tulang punggung utama dalam memenuhi kebutuhan energi domestik dan ekspor. Transisi pengelolaan Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia ke Pertamina Hulu Rokan pada 8 Agustus 2021 adalah momen bersejarah. Pengambilalihan ini bukan sekadar pergantian operator, melainkan manifestasi komitmen Indonesia untuk mengelola sendiri sumber daya alamnya.

Tujuan utamanya adalah menjaga tingkat produksi, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat upaya kemandirian energi. Meski tantangan awal seperti transisi personel dan optimalisasi infrastruktur tidak mudah, PHR berhasil memulai operasionalnya dengan lancar, menandai era baru pengelolaan blok legendaris ini oleh perusahaan nasional.

Sejak mengambil alih Blok Rokan, PHR telah menerapkan strategi agresif untuk menjaga dan meningkatkan produksi. Fokus utamanya adalah program pengeboran yang masif dan efisien. PHR menargetkan pengeboran ratusan sumur baru setiap tahun, baik untuk pengembangan maupun eksplorasi. Teknologi pengeboran modern, seperti pengeboran horizontal dan multilateral, diimplementasikan untuk menjangkau cadangan yang lebih sulit diakses dan mengoptimalkan hasil dari setiap sumur.

Selain pengeboran, penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) menjadi prioritas utama. EOR adalah metode lanjutan untuk meningkatkan perolehan minyak dari sumur yang sudah tua. PHR sedang mengkaji dan menerapkan berbagai teknik EOR, seperti injeksi uap, injeksi kimia, dan injeksi CO2, untuk mengoptimalkan cadangan terbukti yang belum bisa diambil dengan metode konvensional.

Ini adalah kunci untuk memperpanjang usia produktif Blok Rokan dan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada. Dari sisi operasional, PHR juga gencar melakukan optimasi melalui digitalisasi dan otomatisasi. Penggunaan teknologi canggih untuk memantau produksi secara real-time, mengelola aset, dan melakukan pemeliharaan prediktif membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.

Komitmen investasi PHR sangat besar, dengan alokasi anggaran yang signifikan difokuskan pada kegiatan pengeboran dan inisiatif EOR. Tidak hanya itu, PHR juga berinvestasi pada pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan kapabilitas insinyur dan teknisi lokal, serta memastikan transfer pengetahuan yang efektif.

Dampak PHR terhadap kemandirian energi Indonesia sangat nyata. Sejak pengambilalihan, PHR berhasil menjaga dan bahkan meningkatkan produksi minyak nasional. Blok Rokan kini menjadi kontributor terbesar produksi minyak mentah nasional, dengan rata-rata produksi di atas 160.000 barel per hari. Kontribusi signifikan ini secara langsung berdampak pada pengurangan ketergantungan impor minyak, yang pada gilirannya mengurangi tekanan pada neraca pembayaran dan menghemat cadangan devisa negara.