banner 728x250

Peraih Adhi Makayasa Sulaiman Suryanagara Pensiun Dini Pangkat Letkol Kini Setara Jenderal

banner 120x600
banner 468x60

Marsekal (Purn) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara memilih pensiun dini.

Lulusan Akademi Militer Adhi Makayasa (Akmil) 1999 ini menjabat hingga pensiun dengan pangkat letnan kolonel.

banner 325x300

Lalu ia menjadi seorang pengusaha.

Politisi dari Partai Demokrat ini pensiun pada tahun 2019 setelah 20 tahun bertugas.

Sekarang, Presiden Prabowo Subianto menunjuknya sebagai Menteri Transmigrasi di Kabinet Kabinet Merah Putih sejak 21 Oktober 2024.

Jabatannya setara dengan gajah.

Sebab, mengelola satu kementerian yang memiliki wewenang di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Reforma TNI menegaskan bahwa militer tidak boleh terlibat dalam kegiatan politik dan bisnis.

Oleh sebab itu, sebagai konsekuensi dari aktivitasnya di bidang bisnis, politik negara, dan pengembangan jaringan internasional, Suryanagara memutuskan untuk mengundurkan diri dengan lebihæ—© dari usia pensiun normal, setelah berpengalaman selama 20 tahun di militer.

Sesudah pensiun, Suryanagara membeli beberapa perusahaan investasi dan konsultan, yang ia memikirkan dan mengembangkan bersama para mitranya.

Pada saat ini, ia mengembangkan beberapa perusahaan yang berkegiatan dalam bidang investasi, energi dan usaha lainnya.

Suryanagara adalah seorang pengusaha, penulis, dan juga pengajar di beberapa lembaga pendidikan.

Pengalamannya dalam investasi, bersama pengetahuannya akan strategi dan geopolitik, pertahanan dan intelijen, keamanan nasional dan regional, serta perdamaian internasional.


Karier Militer

Suryanagara memulai karirnya sebagai Komandan Peleton di Batalyon Artileri Medan (Yonkav) 8/Yudha Karya di Kopassus hingga menjadi Perwira Seksi Operasi.

Lalu, ia dipindahkan ke Aceh untuk membentuk satuan baru, Yonkav 11 Kesatuan Wilayah Militer Iskandar Muda.

Pada saat itu, ia lebih banyak bertugas di medan tempur, selama tiga tahun; Operasi Rencong pada tahun 2003 dan Operasi Pemulihan Keamanan pada tahun 2004.

Setelah tsunami yang membawa bencana banjir besar di Aceh, tugas berubah menjadi Operasi Bantuan Kemanusiaan pada tahun 2005.

Tahun 2006, Komandan Suryana terpilih sebagai penjaga perdamaian di Lebanon, melalui Kontingen Garuda-XXIII Angkatan Ke-21 UNIFIL.

Ia juga dipilih untuk menjadi perwakilan UNIFIL (bersama perwira India dan Polandia) sebagai pembawa bendera PBB dalam Hari Nasional Italia pada tahun 2007, di Roma Italia.

Setelah kembali dari Lebanon, Suryanagara memerankan dan membangun Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI di Sentul, Bogor.

Pada tahun 2010, Satuan Tugas Pusat (Mabes) Angkatan Darat menunjuk Suryanagara sebagai instruktur internasional pertama TNI di bidang Misi Pemeliharaan Perdamaian.

Dia berlatih bersama instruktur dari Jerman dan Australia, dan melatih 35 perwira dari 11 negara di New Castle, Australia.

Saat mengembangkan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Perang (TNI), Suryanagara juga ditugaskan sebagai staf pimpinan di Markas Besar TNI. Baik sebagai Staf Pribadi Kepala Staf TNI, maupun sebagai Panglima TNI. Sebelumnya, ia dipanggil ke Istana Negara untuk membantu tugas-tugas kepresidenan.

Pada waktu itu, Suryanagara juga diberi kesempatan menjadi perwakilan TNI dalam Program “The Young Future Leader” yang diselenggarakan oleh Pemerintah Australia pada tahun 2012, serta dari Pemerintah Korea Selatan di tahun 2013.

Selain bertugas sebagai perwira lapangan melalui tugas operasi dalam dan di luar negeri, menulis menjadi hobi yang ditekuni Suryanagara, seperti tulisan yang berjudul “TNI AD menjadi tentara kelas dunia, mungkinkah?” yang dipublikasikan di majalah Jurnal Yudhagama Vol 33 No.I, Edisi Maret 2013.

Beberapa buku sebelumnya antara lain; Membangun Sikap Kewaspadaan Generasi Muda (2002).

Penggunaan hubungan masyarakat TNI untuk mengembalikan citra TNI di masa depan (2002), Konsep pembagian wilayah bagi satuan Kostrad (2003), Konsep menyelesaikan konflik Aceh secara damai (2004), Strategi hubungan masyarakat TNI di daerah operasi tempur (2005), dan TNI dan bencana alam: Upaya mitigasi untuk mengurangi risiko bencana (2006).

Melalui tulisan-tulisan tersebut, Suryanagara mendapatkan penghargaan sebagai penulis terbaik pada tingkat Kostrad, TNI Angkatan Darat dan TNI.

Hampir sepanjang karirnya, Suryanagara tidak hanya mengisi ruang pemikiran di internal TNI, tetapi ia juga menampikkan pemikiran dan gagasannya di surat kabar nasional, sejak menjabat sebagai Kapten.

Tulisan pertamanya muncul di surat kabar nasional adalah “”Negosiasi Secangkir Kava di Sirec”” (2010, Kompas), dan “”Australia, Indonesia formalizing military diplomacy”” (2012, Jakarta Post).

Seperti yang disebutkan dalam artikel “Kenapa Saya menulis?”, ia mengakui, hobi menulisnya didorong oleh pemikiran bahwa dua kualitas terutama dalam dunia militer profesional adalah “pengetahuan yang luas” dan “kepemimpinan yang terbuka.”

Menurutnya, hal tersebut dibuktikan oleh Mayor Jenderal Clausewitz (Prusia), Kapten Liddell Hart (Inggris), Jenderal Besar AH. Nasution (Indonesia) dan Gajah Berani Kuno Sun Tzu (Cina).

Nama-nama tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar melalui karya tulisnya, dan menjadi rujukan untuk institusi militer di seluruh dunia.

Berbeda dengan profesi lainnya, ia setuju dengan Samuel P. Huntington, bahwa profesionalisme militer bukan hanya soal kemampuan dan kecakapan, melainkan juga soal “Loyalitas, Jiwa Korps, dan Tanggung Jawab kepada Negara”.

Oleh karena itu, Suryanagara mengatakan bahwa prajurit profesional harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibentuk melalui pendidikan dan dunia baca, selain penugasan di lapangan.

Pada 2015-2016, Emmaenterisi pendidikan di US Army Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat, Suryanagara bergabung dalam organisasi Senat Mahasiswa bersama 8 anggota lainnya, mewakili 109 peserta pendidikan dari 90 negara.

Berbicara tentang prestasinya di bidang akademik, ia telah diberi tanggung jawab sebagai Asisten Operasi dalam “Eagle-Owl”: Latihan Militer Gabungan antara militer Amerika Serikat dan Inggris.

Pada akhir pendidikan, ia mendapatkan penghargaan “General Dwight D. Eisenhower Award” (Lulusan Terbaik).

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *