Makam Joko Tingkir diyakini terletak di Dusun Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, yang kemudian dikenal dengan nama Makam Butuh.
Tapi, di Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta, ada juga tempat mausoleum Raja Pajang. Bagaimana bisa begitu?
Menurut Pemerhati Sejarah/Budayawan asal Solo, Jawa Tengah, Kanjeng Nuky memiliki sejarah panjang dibelakangnya.
Kanjeng Nuku pun meyakini makam asli Joko Tingkir berada di Dusun Butuh, Sragen yang dikenal dengan nama Makam Butuh itu.
Desa Butuh di Sragen merupakan kampung halaman ibu Joko Tingkir.
Ternyata ada penjelasan tentang lokasi Makam Joko Tingkir di Kotagede Jogja.
Keberadaan makam Joko Tingkir yang ada di dua tempat, itu dikarenakan memang ada persepsi dari pemahaman, tentang keberadaan makam Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya itu sendiri itu.
Menurut cerita atau legenda yang aku ketahui, ketika Sultan Hadiwijaya meninggal,_effects sesungguhnya beliau meninggal di istana. Dan beliau dimakamkan di Butuh, Sragen, di tempat ibunya asal.
“Tapi ada sebuah kisah, dimana ketika Danang Sutawijaya yang bertahta menjadi Panembahan Senopati menjadi penguasa atau raja di Kotagede atau di Mataram Islam, beliau ingin memuliakan ayah angkatnya itu memindahkan tempat peristirahatan akhir yang ada di Butuh,” ujar Kanjeng Nuky.
Tapi ada sebuah cerita yang unik, beliau memindahkan bukan dari atas, tapi samping makam. Beliau membuat celah dan mengambil dari samping,
Dan itu mungkin bisa diartikan sebagai sebuah metafora pengambilan tanah dari sini, dan tanah ini, yang kemudian dipindahkan ke Kotagede, di atas kuburan atau nanti kuburan dari Pangeran Sujiwo Hadi, juga dikenal dengan nama Sang Girimoyo.
Lantas apa alasan anak angkat Joko Tingkir ingin kuburan Ayah angkatnya diakui dan dikenal ada di Kotagede Yogyakarta?
Di harapkan, siapa pun yang mengunjungi makamnya (makam Danang Sutawijaya) juga mengunjungi ayahnya, walaupun hanya ayah angkatnya, tapi orang yang memberinya penghargaan seperti itu karena dia yang meningkatkan dia dari masyarakat biasa ke lingkungan Keraton Pajang.”
Lebih lanjut tentang keberadaan Makam Joko Tingkir ada di 2 lokasi ini menurut Kanjeng Nuky hanya tentang persepsi saja.
Terjadinya pengakuan ada dua makam Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, karena sebuah di Butuh dan yang satu lagi di tempat lain, karena sebuah di Butuh sendiri pada masa lampau tidak begitu terkenal di mata masyarakat.
Sementara, makam yang kedua terletak di kota besar dan makam di Kotagede itu selalu mendapat banyak kunjungan dari peziarah yang mengunjungi leluhur kerajaan Mataram dan penguasa Mataram di Kotagede,
“Jadi, persepsi mengapa ada 2, karena ada makam lain di luar Kotagede, padahal sesuai pendapat saya pribadi, saya percaya bahwa makam aslinya memang ada di Butuh Sragen,” kata Kanjeng Nuky.
Apakah ziarah ke makam Joko Tingkir di Kotagede Jogja dapat dikatakan masih dianggap “berziarah” jika dilihat dari segi maknanya?
Kanjeng Nuky menyebutkan, menziarahi makam itu sebenarnya lebih pada hal kita mendoakan siapa saja yang berada di dalam makam itu.
Namun mengucapkan mendoakan bisa dilakukan dari mana saja tanpa harus ke lokasi makam.
“Sebenarnya, inti dari ziarah itu adalah kita mendoakan untuk kebaikan, yang bisa kita sampaikan untuk orang yang dimakamkan di sana. Jadi, sekali pun di mana pun tempatnya ya, saya pikir itu sama saja,” kata Kanjeng Nuky.
(*)