Pemerintah pusat langsung merespons cepat potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau usai pelaksanaan apel kesiapsiagaan yang digelar Selasa (29/4/2025). Apel yang turut dihadiri oleh Menkopolhukam, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kepala BNPB menegaskan keseriusan pemerintah dalam menghadapi ancaman karhutla di wilayah rawan seperti Riau. Sebagai tindak lanjut konkret, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memulai Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) pada Jumat (2/5/2025), yang ditujukan untuk mengurangi risiko kebakaran saat musim kemarau.

Satu unit pesawat Cessna dikerahkan untuk melakukan penyemaian garam ke awan potensial, dengan fokus utama di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), yang setiap tahun menghadapi risiko karhutla tinggi karena keberadaan lahan gambut yang mudah terbakar. Rohil dipilih karena memiliki areal gambut luas dan minim curah hujan dalam beberapa waktu terakhir. Selain itu, lokasi ini dinilai ideal karena tersedianya awan yang bisa dimodifikasi untuk menghasilkan hujan buatan.

Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau, Jim Ghafur, menjelaskan bahwa operasi ini merupakan hasil kerja sama antara BPBD, BMKG, dan BNPB untuk mengurangi potensi titik api di wilayah rawan. “Dengan penyemaian garam ini, kami berharap bisa menurunkan hujan di area-area gambut yang mulai mengering. Ini langkah preventif agar kebakaran tidak meluas,” jelas Jim pada Sabtu (3/5/2025).

BMKG memperkirakan bahwa Riau akan memasuki fase kering sejak awal Mei hingga September mendatang, meningkatkan potensi terjadinya kebakaran, khususnya di daerah pesisir seperti Rohil, Dumai, dan Bengkalis. “Riau punya sejarah panjang dengan karhutla. Kita harus bertindak sejak dini agar bencana ini tidak terulang,” tegas Jim. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membakar lahan dan menyatakan bahwa patroli akan diperketat.

Operasi ini diperkirakan berlangsung selama beberapa pekan dan akan disesuaikan dengan kondisi cuaca. BNPB menyatakan siap memperpanjang operasi jika diperlukan. “Selain OMC, kami terus memantau potensi hotspot melalui patroli bersama TNI, Polri, dan Manggala Agni. Pencegahan dan penegakan hukum tetap jadi kunci utama,” pungkas Jim. Hingga saat ini, lebih dari 80 hektare lahan di Riau sudah terbakar. Dari total 12 kabupaten/kota, 10 daerah telah menetapkan status siaga darurat karhutla, kecuali Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rohil.