PSSI melucutkan jabatan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Pengumuman itu dituturkan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dalam konferensi pers di Menara Danareksa, Jakarta, Senin (6/1).
Erick Thohir mengatakan, “Pagi ini, Pak Mardji telah bertemu dengan Coach Shin Tae-yong dan coach Shin Tae-yong telah menerima surat pennya. Nanti ada proses yang akan dilakukan mengenai hubungan kita yang sudah berakhir, saya mengucapkan terima kasih sekali lagi,
Erick Thohir juga menjawab tudingan tentang adanya mafia dan tekanan dari anggota Komisi Eksekutif PSSI terkait pengembunan Shin Tae-yong.
Diketahui oleh umum, dalam menentukan hal apapun, PSSI harus melewati rapat tim eksekutif (Exco) yang dihuni 15 anggota termasuk di dalamnya ketua umum dan dua wakil ketua umum.
Erick menyatakan bahwa tuduhan itu tidak ada kebenarannya. Keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan evaluasi prestasi Shin Tae-yong sebelumnya dan masa depan timnas Indonesia.
“Aku pikir semuanya tidak benar karena kalian tahu aku adalah pemimpin yang tidak bisa ditekan-tekan,” ungkap Erick Thohir.
Erick menjelaskan pada era kepemimpinannya, sudah tidak ada lagi mafia-mafia.
Dengan demikian, itu ditunjukkan oleh perbaikan kualitas wasit hingga penerapan VAR di Liga 1.
“Bagaimana PSSI berkontribusi bersama liga untuk memperbaiki permainan taruhan tidak fair, itu tekanan jauh lebih berat,” ujar Erick.
“Saya pikir sekarang Liga 1 berjalan lancar biasa, kekhawatiran masih ada di Liga 2. Kita memperbaiki di Liga 1 itu dengan adanya VAR, pelatih yang diyakini. Liga 2 akan memperbaiki sendiri,” katanya.
Orang itu, yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN, menegaskan lagi bahwa tidak ada hal seperti Mafia dan tekanan dalam menentukan pemecatan Shin Tae-yong.
Ia hanya berharap Timnas Indonesia dapat bermain sebaik-baiknya ketika bersaing dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
“Dengan terangsang oleh tujuan yang jelas, saya rasa, saya bukanlah pemimpin yang bisa ditekan-tekan, saya sangat yakin dengan langkah-langkah yang kita lakukan belonging dalam rangka meningkatkan kebaikan,” kata Erick.
“Intinya kita harus bekerja keras, tidak bisa hanya menerima situasi dan mengharapkan hasilnya baik saja itu,” pungkasnya.
Kepala Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, meminta PSSI untuk memberikan informasi transparan kepada publik tentang penilaian kinerja Shin Tae Yong, pelatih tim nasional Indonesia, yang telah dipecat.
Hetifah menyebut, sebagai mitra pemerintah di bidang olahraga, Komisi X meminta keputusan besar seperti ini harus didasarkan pada evaluasi yang objektif dan terbuka.
“Keputusan ini harus berdasarkan evaluasi kinerja yang transparan, objektif, dan mempertimbangkan dampaknya terhadap program sepak bola Indonesia yang berlangsung dalam jangka panjang,” kata Hetifah.
Menurut Hetifah, Shin Tae Yong telah menjadi figur sosok yang Disukai oleh masyarakat karena kontribusinya dalam meningkatkan kinerja beberapa tim nasional usia muda.
Maka, keputusan tersebut perlu dipaparkan dengan jelas agar tidak menimbulkan polemik panjang.
“Soccer Indonesia (PSSI) harus menyebarluaskan hasil evaluasi kinerja Shin Tae Yong secara terbuka kepada publik. Hal ini penting karena pelatih ini memperoleh wajah angkat atas peningkatan performa beberapa timnas usia anak muda, walaupun hasil-gus terdahulu mungkin belum mencapai tahap yang optimal. Kreasi evaluasi yang terbuka akan menjadikan publik lebih percaya pada PSSI,” kata Hetifah.
Hetifah juga mengingatkan agar keputusan pergantian pelatih tidak hanya berfokus pada hasil sementara, tetapi juga memperhatikan kesinambungan program pembinaan sepak bola nasional.
Menurutnya, PSSI harus menegaskan filosofi dan arah pengembangan sepak bola tetap konsisten meskipun dilakukan perubahan pelatih.
“PSSI harus memastikan bahwa filosofi dan arah pembangunan sepak bola nasional tetap konsisten meskipun ada pergantian pelatih,” kata Hetifah.
Selain itu, Hetifah menyoroti pentingnya peran pemerintah, terutama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dalam mendukung pengembangan bola sepak nasional.
Dia mengusulkan evaluasi terhadap pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Peningkatan Pembangunan Sepak Bola Nasional (PPSN) untuk memastikan program pengembangan lebih efektif.
“Pemerintah, terutama Kemenpora, juga perlu meningkatkan peran dalam memastikan program pengembangan sepak bola berjalan sesuai dengan rencana strategis olahraga nasional. Kolaborasi antara pemerintah, PSSI, dan stakeholder lainnya sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kemajuan sepak bola Indonesia. Evaluasi atas pelaksanaan Surat Keputusan Presiden No 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Sepakbola Nasional segera dilakukan, agar perkembangan sepakbola tumbuh lebih massif di berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya.