banner 728x250

Pameran Yusuf Susilo Hartono,dan Budhi Brassco: Kasih Di Dua Mata Perupa

banner 120x600
banner 468x60

saat  hiruk pikuk dunia yang dilanda perang, bencana alam, konflik politik dimana-mana, yang menyengsarakan umat manusia dan bumi seisinya, perupa/jurnalis Yusuf Susilo Hartono dan penekun kriya logam Budhi Brassco menggelar pameran seni rupa bertajuk

Seorang pelukis/jurnalis Yusuf Susilo Hartono dalam siaran pers mengumumkan, bahwa “Kasih”, dijadwalkan untuk diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia (RI), Fadli Zon.

banner 325x300

Menampilkan berbagai karya lukisan, sketsa, dan kriya yang menggunakan berbagai medium seperti akrilik, tinta, dan oil pastel di atas kanvas, kertas, dan kuningan dengan berbagai ukuran, hasil karya tahun 2000-an hingga 2024.

Selain untuk penghargaan, pameran ini bertujuan mengundang kita untuk kembali memikirkan tentang kasih sebagai sebuah tindakan, di tengah kehidupan manusia sebagai Khalifah di bumi ini.

Diselenggarakan oleh Yayasan Duta Indonesia Maju, bersama Manajemen Hotel Neo+ Kebayoran, didukung oleh Media Nawacita Indonesia. Berlangsung di Hotel Neo+ Kebayoran, pada tanggal 16-18 Januari 2025 yang akan datang.


Pada dasarnya, eksplorasi kasih adalah pencarian reflektif dan mutakhir akan aspek yang mendalam dari suasana batin yang bersifat positif dan melimpah.

Lukisan dan sketsa, Yusuf Susilo Hartono, mengeksplorasi kasih dalam konteks perempuan (Kasih Ibu), loyalitas (Pandawa Kurawa Tanding), lingkungan (Bukit-bukit Pengharapan), ketaatan kepada semua yang suci (Balada Penyaliban), kasih sayang (Gelombang Kehidupan), dan tradisi (Kehangatan Borobudur).

Selama itu, terdapat gejolak Mei 1998 (Kebangkitan), peristiwa kebangsaan (Prabowo Menunggang Kuda dan Bapak Raja), seni/tarian (Gerak Hidup) Selain itu dalam konteks pewarisan tradisi (Aroma Jarik Kawung Ibu, yang pernah menjadi ilustrasi Cerpen Kompas Minggu).

Budhi Brassco (Cirebon) menampilkan karya-karya kriya logam kuningan, seperti relief, yang menghubungkan tema cinta dengan hewan dan lingkungan hidup sebagai simbol (ikan, burung merak, macan, naga), kebudayaan (Borobudur, batik, dan kereta api).

“Seni seringkali menjadi saranan untuk mencari atau menciptakan makna dalam kehidupan manusia. Dalam menghadapi ketidakpastian, seni membantu manusia menemukan cara untuk memahami dunia di sekitar mereka,” kata Anna Sungkar dalam catatan kuratorial pameran.

Sebagai pecinta seni budaya, Anthony Putih Rai, Lisa Ayodhia, dan Indira Soediro, dalam podcast masing-masing mereka, mengundang kalangan pengusaha Tanah Air untuk mendukung seniman-seniman yang aktif di bidang seni rupa, tari, musik, teater, dan sastra, agar karya mereka sebagai sarana ekspresi dan keindahan dapat dinikmati oleh masyarakat luas.


Berbeda Latar Belakang

Yusuf Susilo Hartono (66), aktif berkarya sejak tahun 1980, ketika masih tinggal di Bojonegoro, Jawa Timur, bertahun-tahun sebelum hijrah ke Jakarta pada tahun 1987 sampai sekarang.

Berikut adalah pameran karya seniman ini sering ditampilkan sendiri maupun bersama, baik di Galeri Nasional, Museum Nasional, Taman Ismail Marzuki, Balai Budaya, Pusat Kebudayaan Jepang, maupun di Bentara Budaya.

Penerima Kartu Pers 2017, Dewan Pers, mengadakan pameran retrospeksi 40 tahun karya seni : “Among Jiwo” di Museum Nasional, 2022.

Pernah pameran bersama dengan para tokoh perupa Indonesia, Basin Abdullah, Oesman Effendi, Daoed Joesoef, Hardi, dsb.

Lebih dari 200 sketsa favorit dari tahun 1982-2012, dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul “Momok dan Gagasan”, dengan dukungan Direktorat Seni Rupiah Kemdikbud, 2013.

Setelah mendampingi Majalah Seni Rupa Visual Art (2007-2012) dan Majalah Galeri (2012-2022) sebagai Pemimpin Redaksi, ia menghabiskan waktu 15 tahun sebagai aktif di Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI).

Buku-bukunya yang telah diterbitkan termasuk antara lain kumpulan tulisan jurnalistik, kumpulan puisi (berbahasa Indonesia, Jawa), biografi tokoh (antara lain diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama).

Budhi Brassco (48), adalah seorang seniman yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Sejak tahun 2000, ia mulai mengembangkan karier dan meneruskan warisan khas Seni Lukis Relief Logam yang telah ditinggalkan oleh keluarganya sejak tahun 1980-an. Pada tahun 2007, ia mendirikan dan menjadi pemilik Brassco Gallery di Cirebon.

Selain terus mengembangkan motif-motif leluhur, ia bersama timnya terus berusaha mengembangkan motif-motif baru dengan tetap mempertahankan relief logam yang telah menjadi ciri khasnya.

Dalam timnya, ia merekrut anak-anak putus sekolah dan pemuda dengan terlebih dahulu melalui pelatihan khusus. Selama ini banyak berpameran dengan fasilitas Kementerian Koperasi dan Kementerian Perdagangan, seperti Inakraf, Indokraf, Trade Expo Indonesia, dan acara lainnya.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *