Pekanbaru, Serantau Media – Skizofrenia adalah salah satu gangguan mental serius yang memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku seseorang. Gangguan ini ditandai oleh gejala, seperti, halusinasi, delusi, dan kekacauan dalam berpikir serta bertindak, yang membuat penderitanya kesulitan membedakan antara kenyataan dan pikiran mereka sendiri.
Menurut ahli, skizofrenia bukan sekadar “gila”, seperti anggapan keliru yang masih banyak beredar di masyarakat. Ini adalah kondisi medis yang kompleks dan membutuhkan penanganan profesional serta dukungan yang tepat dari keluarga dan lingkungan sekitar.
Penderitanya sering kali mengalami gangguan persepsi yang membuat mereka mendengar suara-suara yang tidak nyata, percaya pada hal-hal yang tidak benar, hingga bertindak di luar kebiasaan normal. Beberapa gejala umum skizofrenia yang paling sering ditemui, antara lain, mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
“Halusinasi paling umum adalah suara-suara yang ‘berbicara’ pada penderita. Keyakinan yang tidak sesuai kenyataan, seperti, merasa dibuntuti, dikendalikan, atau memiliki kekuatan khusus,” ujar seorang pakar kesehatan.
Hingga kini, penyebab pasti skizofrenia belum diketahui. Namun, para ahli percaya bahwa gangguan ini muncul akibat kombinasi beberapa faktor, seperti memiliki riwayat keluarga dengan skizofrenia, ketidakseimbangan kimia otak, terutama melibatkan neurotransmitter, seperti, dopamin dan glutamat. Stres berat dan trauma juga bisa menjadi pemicu awal gejala.
Meski skizofrenia adalah penyakit jangka panjang, bukan berarti tidak bisa dikendalikan. Dengan penanganan yang tepat, penderita skizofrenia bisa menjalani hidup yang produktif dan bermakna. Pengobatan skizofrenia biasanya melibatkan kombinasi dari terapi obat-obatan dan terapi psikososial.
“Beberapa jenis pengobatan yang dapat digunakan adalah obat antipsikotik untuk mengurangi gejala halusinasi dan delusi, terapi kognitif untuk membantu penderita skizofrenia mengelola gejala dan meningkatkan fungsi kognitif, terapi keluarga untuk membantu keluarga memahami dan mendukung penderita skizofrenia, serta terapi sosial untuk membantu penderita skizofrenia meningkatkan keterampilan sosial dan berinteraksi dengan orang lain,” ungkap seorang ahli medis.
Mengelola skizofrenia memerlukan kerja sama antara penderita, keluarga, dan tim medis. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan yang kuat, penderita skizofrenia dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengelola gejala-gejala yang dialami. Masyarakat juga berperan penting dalam proses pemulihan.
“Menghindari stigma dan diskriminasi terhadap penyintas skizofrenia adalah langkah awal menciptakan lingkungan yang ramah kesehatan jiwa,” pungkas seorang aktivis kesehatan mental.