Hal-hal yang sebaiknya dihindari. Sebuah studi baru tentang risiko keamanan, kesehatan, dan perubahan iklim mengungkap beberapa negara yang paling berbahaya untuk dikunjungi pada tahun 2025.
Sudan, Sudan Selatan, dan Republik Afrika Tengah ditetapkan sebagai negara-negara terberbahaya untuk dikunjungi dari perspektif keamanan ekstrem. Negara lain yang masuk dalam daftar ini adalah Yaman, Libya, Irak, Afghanistan, Suriah, dan Ukraina.
Negara-negara yang memiliki risiko keamanan tinggi, satu tingkat di bawah risiko keamanan ekstrem, termasuklah Mali, Ethiopia, Nigeria, Republik Demokratis Kongo, Pakistan, Myanmar, Papua Nugini, Venezuela, Haiti, dan Honduras.
Menghadapi Risiko: Keamanan, Kesehatan, dan Perubahan Iklim
Peta tahunan tersebut menilai negara-negara tersebut berdasarkan sebagian besar faktor termasuk risiko keamanan, termasuk risiko medis, perubahan iklim, dan kesehatan mental. Data ini memberikan informasi kepada para wisatawan dan pebisnis tentang potensi bahaya di negara-negara di seluruh dunia.
Peta tersebut memberikan tingkat konflik risiko kepada organisasi dan bisnis untuk menunjukkan dampak dari peristiwa negatif seperti konflik, penyakit menular, dan dampak cuaca ekstrem.
Negara-negara dinilai untuk setiap kategori risiko pada skala lima tingkat mulai dari rendah sampai sangat tinggi dalam hal medis. Sedangkan untuk keamanan, tingkatannya mulai dari tidak signifikan hingga ekstrem.
Konflik 2024
dan perang lain seperti yang terjadi di Sudan.
International SOS menyatakan bahwa Sudan, Lebanon, Israel, Irak, dan Myanmar telah menjalani review peringkat risiko dan peningkatan dari zona risiko tinggi atau sangat ekstrem pada tahun 2024 karena adanya konflik.
Peningkatan lain dalam Peringkat Risiko Keamanannya meliputi Kaledonia Baru, yang meningkat dari rendah ke sedang. Peningkatan Risiko ini terjadi sebagai Dampak Jangka Panjang dari Kerusuhan Sosial, Kemerosotan Ekonomi, dan Kejahatan Berhubungan.
Tidak Ada Penurunan Risiko Kemanan
Sally Llewellyn, direktur keamanan global di International SOS, mengatakan bahwa tidak ada peringkat risiko keamanan yang diturunkan di negara mana pun tahun ini.
“Tegangan geopolitik telah menjadi penyebab utama, dengan peningkatan peringkat risiko bagi tempat-tempat seperti Sudan dan Lebanon, di mana intensitas dan penyebaran konflik sekarang telah mempengaruhi lebih banyak pusat penduduk dan secara keseluruhan telah meningkatkan peringkat risiko,” katanya.
Dalam risiko medis, ada dua perubahan penting tahun ini, yakni: Kenaikan risiko Bolivia dari status sedang ke status tinggi serta berlanjut ke Libya yang mengalami penurunan riil dari kondisi ekstrem ke tinggi.
Dr. Katherine O’Reilly, direktur medis regional Internasional SOS, mengatakan bahwa perubahan risiko medis didasarkan pada beberapa faktor, termasuk standar dan akses ke fasilitas perawatan kesehatan, ketersediaan obat-obatan, dan prevalensi infeksi dan penyakit. “Penggunaan perangkat berbasis data sangat penting bagi organisasi untuk mempertahankan tanggung jawab kewajiban perawatan dan melindungi tenaga kerja mereka, baik karyawan yang bepergian maupun bekerja di dalam negeri.”