Hujan lebat yang menimbus Arab Saudi dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan banjir besar di beberapa daerah, termasuk kota-kota penting seperti Mekkah, Madinah, dan Jeddah.
Bencana ini menghasilkan kerusakan besar, dengan banyak kendaraan terhanyut oleh arus deras, dan aktivitas masyarakat terganggu.
Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem, khususnya di Mekkah dan Madinah, dengan status peringatan merah pada Selasa (7 Januari 2025).
Peringatan ini menandakan masa bahaya yang paling tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan parah serta ancaman terhadap keamanan jiwa.
Tinjauan terhadap Dampak Bencana di Kota Suci
Mekkah, sebagai pusat ibadah umat Muslim, dan Madinah, kota suci kedua, akan digemparkan oleh dampak besar banjir besar ini.
Aktivitas ibadah umat jemaah terganggu, sementara infrastruktur kota mengalami kerusakan yang cukup signifikan.
Jeddah, sebagai kota besar di pantai barat Arab Saudi, juga mengalami cuaca ekstrem yang memperparah situasi.
Video yang sedang beredar di sosial media menunjukkan bangunan-bangunan besar, termasuk bus yang ternyala api, terbawa arus banjir.
Jalan-jalan utama di Mekkah dan Jeddah tenggelam seluruhnya hingga setinggi atap kendaraan.
Salah satu video menunjukkan sekelompok pria ingin membentuk rantai manusia di Al-Awali, Mekkah, untuk menyelamatkan anak-anak dari arus banjir yang deras.
Di sebuah video lain, seorang pria mencoba menyelamatkan pengantar pos tadi di tangga setelah barang-barang jatuh rusak akibat cuaca hujan yang lebat.
Situasi ini mengingatkan kembali banjir besar di Teluk yang terjadi pada bulan April tahun ini, di mana curah hujan mencapai rekor tertinggi dalam beberapa dekade.
Kota dengan Sistem Drainase Terbatas
Banjir besar ini menunjukkan kekurangan infrastruktur drainase di banyak kota di Arab Saudi.
Sistem yang ada masih belum cukup baik untuk menangani curah hujan ekstrem, fenomena yang kini lebih sering terjadi karena perubahan pola cuaca global. Kota-kota seperti Ryadh, Al-Baha, dan Tabuk juga melaporkan adanya genangan air yang mengganggu kegiatan sehari-hari.
Bahasa Inggris: Emerge Urgent Step and Rescue Efforts
Sebagai respons terhadap bencana ini, pemerintah Arab Saudi melalui otoritas terkait, seperti Badan Pertahanan Sipil dan Palang Merah, mengerahkan tim penyelamat ke belahan daerah yang terdampak.
Layanan ambulans dan penelantaran meninggal diintensifkan, sementara pemerintah kota Jeddah mengaktifkan 11 badan pemerintahan kota dan 15 pusat dukungan untuk memanggil penyelamat untuk sawah dan mengurangi dampak kerusakan.
Pemerintah menasihati masyarakat untuk tetap berhati-hati, menghindari lembah atau daerah rendah, serta mengikuti pedoman keselamatan.
“Masyarakat harus menghindari lokasi yang rentan terhadap kumpulan air hujan dan mendengarkan arahan dari pihak berwenang,” ujar juru bicara Dinas Pertahanan Sipil.
Nasib Ka’bah
Tidak adanya laporan kejadian banjir seaui parah berdampak pada Masjidil Haram, termasuk tempat Ka’bah, hingga hari ini.
Pihak berwenang terus memantau situasi dan berusaha menjaga keamanan area suci tersebut untuk menjaga keberlangsungan konsentrasi ibadah oleh para jamaah.
Bencana banjir ini menunjukkan tantangan besar bagi Arab Saudi dalam menghadapi perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Teban curah hujan yang berlangsung terus-menerus semakin meningkatkan ancaman bencana serupa di masa depan.
Hingga saat ini, jumlah korban dan kerusakan materil yang disebabkan banjir masih dalam proses rekapitulasinya.
Pemerintah Arab Saudi diharapkan dapat menguatkan sistem infrastruktur, termasuk sistem drainase, untuk mengurangi dampak resiko kebakaran hutan di masa depan.
Dalam situasi ini, kerja sama antara pemerintah, tim penyelamat, dan masyarakat menjadi kunci dalam mengurangi kerugian dan memastikan keamanan warga.
Beberapa video yang beredar di media sosial menunjukkan kondisi jalan-jalan utama yang tenggelam, kendaraan terapung, dan bangunan terendam hingga atap karena tingginya permukaan air.
Hanya saja, selain mobil, bus-bus besar pun terlihat terlantar di tengah banjir yang melanda kota suci umat Islam, Mekkah, menurut laporan India Today.
Dalam salah satu video yang tercirikan, musafir ziarah memperlihatkan sekelompok laki-laki membentuk rantai manusia di daerah Al-Awali, di daerah tenggara Mekkah, untuk menolong anak-anak yang terjebak dalam derasnya banjir.
Di video lain, seorang pria nampak berjuang menyelamatkan seorang pengantar pengantar barang yang tersungkur dari sepedanya karena aliran banjir yang kuat.
Ributan hujan ini baru saja terjadi, beberapa bulan setelah negara-negara Teluk mencatat hujan terbanyak pada bulan April 2024.
Kondisi ini semakin ditambah buruk karena banyak kota di Arab Saudi memiliki sistem drainase air dan pembuangan limbah yang kurang memadai.
Para perencana kota menghadapi kesulitan untuk memprediksi frekuensi hujan lebat yang kini semakin sering terjadi.
Sekarang ini, kota-kota besar seperti Riyadh, Al-Baha, dan Tabuk juga menghadapi dampak serius akibat hujan deras.
Laporan dari media lokal menyebutkan bahwa jalan-jalan di beberapa kota tersebut diselimuti air dan aktivitas masyarakat terganggu.
Langkah Darurat
Sebagai tanggapan terhadap bencana ini, pemerintah di Kota Jeddah mengaktifkan 11 wilayah kota dan 15 pusat dukungan untuk mengatasi-genangan air serta ancaman lainnya.
Langkah ini diambil sebagai langkah preventive demi menjaga keamanan masyarakat dan mengurangi dampak bahaya yang terjadi.
Hujan lebat pada bulan April lalu telah menyebabkan korban jiwa di negara-negara Teluk, termasuk 21 orang di Oman dan empat orang di Uni Emirat Arab, yang mengalami curah hujan tertinggi dalam 75 tahun terakhir.
Kali ini, Arab Saudi menghadapi tantangan serupa dengan bencana banjir besar yang mengancam kehidupan banyak orang.
Hingga saat ini, belum diketahui, berapa jumlah total kerugian yang disebabkan oleh bencana ini.
(TribunTrends.com/Dika Pradana)