” yang paling penting dari ahli gizi adalah memenuhi standar gizinya. Belum tentu anak-anak senang, misalnya saat pagi di rumah mereka suka makan mie tapi standar gizi itu harus ada karbohidrat, protein dan sayur-sayuran,” ujarnya saat meninjau percobaan MBG di PAUD Asoka Makassar, Jumat yang lalu.
Dia menjelaskannya, jika fokus pada menu favorit anak-anak tanpa memprioritaskan akses nutrisi sesuai standar gizi, maka khawatir kemungkinan besar hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Seperti pertumbuhan dan kecerdasan anak lainnya yang tidak maksimal.
“Oleh karena itu, kata padanya, menu makan yang tersedia melalui program makanan bergizi gratis di seluruh daerah telah disesuaikan oleh ahli gizi. Apalagi, anak-anak memang harus sudah terbiasa mengkonsumsi makanan bergizi.”
“Maka ahli gizi itu menyatakan ada standar yang harus dipenuhi untuk kebutuhan minimum,” ujar dia bersama Pj Gubernur Sulsel Fadjry Djufry.
Dalam kesempatan ini pula, dia mengakui bahwa menu yang disiapkan dalam Program MBG (Belanja Online Gratis) dari berbagai daerah cukup beragam, seperti ayam, tempe orak arik dan lain-lain.
Dia pun menemukan waktu untuk bersosialisasi dengan anak-anak dan bertanya tentang menu yang ditawarkan pada pengujian MBG di menurut lokasi tersebut.
Pakai dana zakat
Selain soal menu makanan yang juga ramai diperbincangkan adalah wacana program makan bergizi gratis dibiayai salah satunya oleh dana zakat. Ini pertama kali dicetuskan oleh Ketua DPD RI Sultan B Najamudin di Jakarta, pada Selasa (14/1/2025) pekan ini.
Sultan menyarankan bagi pemerintah untuk membuka kesempatan bagi Program Makan Bergizi Gratis yang juga dibantu oleh dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Presiden RI Prabowo Subianto mengomentari gagasan pembiayaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) salah satunya dengan menggunakan sumber dari dana zakat tersebut.
“Pengurus zakat saya pikir ada, tetapi dengan jelas Pemerintah telah menyiapkan untuk memberi makan semua anak-anak Indonesia tahun 2025 ini,” kata Presiden saat menanggapi pertanyaan wartawan, setelah menghadiri pertemuan Musyawarah Nasional (Munas) Integrasi Kadin Indonesia, di Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Dia menyatakan bahwa secara prinsip semua pihak terbuka untuk ikut serta berpartisipasi dalam menyukseskan program prioritas pemerintah tersebut. Menurutnya, semua pihak dapat berkontribusi dalam membiayai program makan bergizi gratis jika dana tersebut digunakan tepat sasaran dan efisien.
“Kami buka untuk siapa pun yang mau bergabung, yang penting apabila efisien, tepat sasaran, dan tidak ada kebocoran,” lanjut Presiden.
Keracunan MBG
Di Sukoharjo, sejumlah siswa di SDN Dukuh 03 Sukoharjo mengalami keracunan setelah makan menu program makan ber_BGR (gratis) . Kepala SDN Dukuh 03 Lilik Kurniasih di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis mengatakan peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 09.30 WIB.
Ia mengatakan bahwa saat itu, makanan tersebut tiba di sekolah pada jam 09.00 WIB. Makanan tersebut kemudian disantap oleh para siswa. Setelah makan, beberapa siswa merasa lelah dan pusing. “Beberapa anak merasa mual, pusing, dan ada salah satu anak yang muntah,” kata dia.
Dari 200 siswa di sekolah tersebut, sekitar sepuluh anak merasa mual setelah makan. Anak-anak tersebut adalah siswa kelas 1-6. Mereka mengaku mencium bau yang amis dari ayam tepung yang menjadi sambal dari menu hari ini.
Selain ayam tepung, menu hari ini adalah nasi putih, sayur cah wortel tahu, buah naga, dan susu yang disajikan. Setelah insiden tersebut, makanan yang masih tersisa langsung diambil oleh para guru.
Sementara itu, setelah mengalami gejala tersebut, pihak sekolah segera menghubungi tim Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait dan petugas kesehatan dari Puskesmas Sukoharjo Kota. “Tadi langsung ditangani oleh petugas, dan langsung diberi obat. Alhamdulillah langsung tertangani,” katanya.
Dalam hal ini, Kepala Puskesmas Sukoharjo Kota, Kunari Mahanani, mengatakan bahwa Kodim 0726 Sukoharjo yang mengelola SPPG telah mengakui bahwa proses memasak ayam tidak matang. “Ayamnya tidak matang, sudah diakui dari Kodim,” katanya.
Pada siswa yang mengalami gejala tersebut, mereka langsung diberi obat oleh puskesmas. “ Dia yang terkena hanya mual dan muntah, tidak sampai dirujuk ke rumah sakit. Sudah kita atasi, setelah kita mengecek hasilnya ada tidak ada yang perlu khawatirkan. ”