Pada tahun 2002, sebuah inisiatif besar pemerintah Thailand diluncurkan. Program tersebut bernama Global Thai, yang bertujuan untuk meningkatkan sigapnya restoran-restoran Thailand di seluruh dunia.
Dimulai dari 2001, mereka mendirikan Global Thai Restaurant Company, Ltd., yang punya target mendirikan 3.000 restoran Thai di luar negara mereka. Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, yang dikutip oleh Vice, Wakil Menteri Perdagangan Thai kala itu, Goanpot Asvinvichit bilang bahwa mereka ingin jaringan restoran Thai ini bisa, “…seperti McDonald yang berisi makanan Thailand.”
Apa langkah-langkah yang diambil pemerintah Thailand untuk mencapai targetnya?
Bagi warga ingin membuka restoran Thailand di luar negeri, pembiayaan ini juga ikut disertai dengan bekal lainnya, dari standar kebersihan hingga pedih rasa masyarakat internasional.
Kedua, mereka sepakat memilih pad thai sebagai ikon. Di antara puluhan hidangan ikon ikonik dari negeri gajah putih, pad thai dipilih sebagai hidangan nasional untuk diperkenalkan ke pentas gastronomi internasional. Untuk mendekatkan hidangan panjang mie yang terbuat dari tepung beras ini, pemerintah Thailand menyiapkan dana promosi seberapa puluh juta rupiah dolar AS.
Pentingnya tidak kalah bersamaan dengan kerja sama antara segala komponen yang berkepentingan.
Departemen Ekspor dan Impor di Kementerian Perdaganagan, contohnya, mengembangkan tiga contoh skala restoran Thailand bagi para investor. Panduan ini membuat investor bisa membayangkan berapa biaya yang harus mereka keluarkan, dan apa saja yang akan mereka dapat. Selain itu, mereka juga akan membantu memfasilitasi pertemuan dengan investor, melakukan riset pasar di seluruh dunia, hingga mengirimkan para juru masak Thailand untuk melatih dan mengajar juru masak di berbagai restoran Thai di seluruh dunia.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Thailand mengeluarkan buku dengan judul A Manual for Thai Chefs Going Abroad (2002) yang berisi berbagai informasi tentang seleksi, pelatihan, hingga tata kelonggaran lidah orang asing.
Jumlah terbesarnya adalah di Amerika Serikat, yaitu 6.850 restoran.
Untuk meningkatkan industriasi dan perdagangan kimchi.
Malaysia juga punya kampanye serupa. Saudara muda kita ini melancarkan program Malaysia Kitchen for the World pada tahun 2010. Tujuan program ini, tentu saja untuk mempromosikan masakan negeri jiran ini ke berbagai pelosok dunia.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Bukan hanya mempromosikan kuliner dengan target membuka 4.000 restoran di luar negeri hingga 2024, program ini juga mengharapkan penjualan rempah Indonesia mencapai USD2 miliar.
Meski kemungkinan disebut terlambat dibandingkan banyak negara lain, kampanye ini layak untuk disokong oleh berbagai pihak. Pasalnya, sebagai kampanye yang baru saja dimulai, ditambah dengan banyak perubahan nama-nama pilihan Hlav sampai Pilpres 2024, kampanye ini masih perlu mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI adalah salah satu pihak yang selalu menunjukkan komitmen bagi para pelaku usaha Indonesia untuk mengembangkan bisnis mereka di luar negeri.
Dengan program Pinjaman Diaspora, para diaspora Indonesia dapat mengajukan pinjaman untuk mengembangkan bisnis mereka. Nasabah Pinjaman Diaspora yang pertama adalah Dapur Van Java (DVJ). Restoran yang terletak di Perth, Australia, ini digarap oleh Kantor Perwakilan BNI Sydney yang berkolaborasi dengan BNI Singapura.
Dapur Van Java telah menjadi restoran Indonesia terkenal di Perth. Berdiri sejak tahun 2017, restoran Indonesia di Victoria Park ini menawarkan rasa asli Nusantara dan menjadi tempat berkunjung banyak orang yang sendu atau ingin mencoba hidangan khas Indonesia dalam bentuk terbaiknya. Setelah menempuh berbagai fase, mereka kini ingin memperluas sayap dan membuka cabang baru.
BNI melalui kantor cabang luar negeri di Singapura bekerja sama dengan Kantor Perwakilan di Sydney memberikan fasilitas kredit hingga maksimum sekitar AUD200 ribu atau setara dengan Rp2,1 miliar. Pengajuan kredit ini dilaksanakan pada 6 Desember 2024 untuk mendukung ekspansi bisnis baru milik pasangan Anna Christina dan Yusuf Nurhakim.
Dapur Van Java rencananya akan membuka cabang baru di daerah bisnis utama Perth dengan membeli ruang restoran yang berlokasi di 1/132 Jalan Terrace, Perth WA 6000. Restoran baru yang memiliki pemandangan sungai ini akan menyajikan hidangan klasik Indonesia untuk pengunjung dan pekerja lokal penduduk daerah CBD. Restoran tersebut dijadwalkan dibuka pada kuartal pertama tahun 2025.
“Peran BNI dalam mengembangkan bisnis diaspora ini dapat meningkatkan promosi kuliner dan budaya Indonesia di dunia, serta meningkatkan perekonomian warga Indonesia di luar negeri, yang diharapkan akan meningkatkan transaksi keuangan ke Indonesia,” kata Wakil Presidium BNI Okki Rushartomo dalam keterangannya.
Bukan hanya di Australia, Diaspora Loan ini juga bisa dilihat di Korea Selatan. Di negara kimchi ini, BNI menjadi satu-satunya bank Indonesia yang memiliki izin cabang penuh sehingga bisa memberikan kredit modal usaha bagi warga Indonesia.
Feriansyah,displayName asal Indonesia yang menjadi di antara mereka, menerima bantuan ini karena ia sudah menjalankan usaha restoran Bakso Rindu Kampung di daerah Itaewon, Seoul yang merupakan lokasi populer.
Feriansyah yang tinggal di Korea Selatan sejak 2011, mendirikan Bakso Rindu Kampung pada tanggal 17 November 2020. Dengan pengalaman dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan usaha, Feriansyah memperluas perusahaannya dengan mendirikan Restoran Halo Indonesia di daerah Hongdae pada tahun 2024 bersama dukungan BNI Seoul.
Pada bulan Desember yang lalu, BNI menyediakan program pinjaman Diaspora Loan untuk Bakso Rindu Kampung untuk mendukung kebutuhan kebutuhan modal kerja mereka. Penyediaan fasil Beanaid tambahan ini adalah lanjutan dari dukungan yang telah diberikan oleh BNI pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2022.
Diaspora Loan juga menjangkau ke restoran Indonesia legendaris di Hong Kong, Lucky Indonesia. Pada restoran yang sudah berdiri sejak 1987 ini, Diaspora Loan yang mereka dapat sejak 2021 digunakan untuk merenovasi gedung sekaligus meningkatkan tema agar bisa menarik lebih banyak pengunjung.
Kepada Ketua : Pendiri Lucky Indonesia Restaurant, Chan Hwie Chang dan Chan Lin Ying, adalah sepasang suami istri, yang sekarang mewariskan tampuk usahanya ke putri kedua mereka, Jenny Chen bersama suaminya. Dengan merancang desain baru, restoran itu berhasil menarik lebih banyak konsumen muda dan warga lokal untuk menjajal masakan makanan Indonesia.
“Kami merancang desain baru dengan sentuhan khas Jawa, lengkap dengan musik tradisional Indonesia. Menu yang ada beragam, ada sate, sayur lodeh, bahkan cendol, sehingga tamu yang datang akan merasakan suasana seperti di Indonesia,” ucap Jenny.
Sejak didirikan pada tahun 1963, BNI Hong Kong menjadi satu-satunya bank Indonesia yang memiliki izin penuh sehingga dapat menyediakan berbagai layanan perbankan. Direktur Utama BNI Hong Kong Farid Faraitody mengatakan, Diaspora Loan merupakan upaya BNI dalam menggali potensi usaha warga Indonesia di Hong Kong.
“Lucky Indonesia Restaurant menjadi diaspora ketiga yang didanai BNI di Hong Kong dan diharapkan ada banyak lagi diaspora Indonesia yang bisa menikmati fasilitas ini,” ujar Farid dalam siaran pers, Jumat (3/1/2025).
Saat ini, BNI udah memiliki 9 kantor cabang di luar negeri, yaitu di Singapura, Hong Kong, Tokyo, Osaka, Seoul, New York, London, Amsterdam, dan Sydney. Mereka tidak hanya meminjamkan kredit bagi para diaspora yang membangun usaha sendiri, melainkan juga memberikan Kredit Usaha Rakyat bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Menurut Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI, bank pihaknya sudah mulai mengalokasikan Dana Kredit Usaha Kecil (Kur) sejak 2015.
“Sebagai bank dengan jaringan global terbesar di Indonesia, dukungan BNI bagi Pekerja Migran Indonesia akan terus melanjutkan program pemerintah untuk meningkatkan akses kelembaban pembiayaannya,” ujar dia.
Hingga akhir 2024, BNI mencatat bahwa pinjaman modal usaha rakyat (KUR) PMI telah mencapai Rp900 miliar dengan lebih dari 48 ribu debitur. Di antaranya adalah laporan dari koran Taiwan, diikuti oleh Jepang, Hong Kong, dan Singapura.
Akhirnya, memperkenalkan makanan Indonesia ke luar negeri adalah sebuah pekerjaan panjang. Ia adalah maraton, bukan lari sprint. Perlu ada lebih banyak koordinasi, arahan, dan tentu saja dukungan.
BNI, sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan global yang sudah dibangun secara luas, memiliki potensi besar untuk berperan penting sebagai pendukung perkembangan bisnis warga Indonesia di luar negeri.