menuai sejumlah kontroversi. Dia mengatakan tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan militer atau ekonomi untuk mewajibkan Denmark menyerahkan pulau yang kaya mineral dan penting secara strategis itu.
.
“Ini adalah kesepakatan yang harus terjadi,” katanya dari Trump. Minggu lalu putranya, Donald Trump Jr., melakukan kunjungan pribadi ke Greenland.
Presiden AS pertama kali mengungkapkan ketertarikannya untuk membeli pulau tersebut dari Denmark pada tahun 2019. Namun permohonan Amerika Serikat untuk membeli pulau yang sebagian besar tertutup es dengan penduduk tidak lebih dari 57.000 orang itu ditolak Denmark.
Greenland adalah Pulau Strategis
Prioritas strategis untuk Greenland karena beberapa alasan. Pertama, memiliki kekayaan mineral, gas alam, dan minyak. Menurut Komisi Eropa, 25 dari 34 bahan baku penting bagi masa depan Eropa ditemukan di Greenland, termasuk yang digunakan untuk membuat baterai, turbin angin, dan kendaraan listrik.
Greenland telah melarang ekstraksi minyak dan gas alam karena alasan lingkungan. Pengembangan sektor pertambangannya telah terhambat oleh birokrasi dan mendapat tentangan dari penduduk asli.
Hal ini membuat perekonomian Greenland bergantung pada perikanan, yang mencakup lebih dari 95 persen ekspor dan bantuan tahunan dari Denmark, yang mencakup sekitar setengah dari anggaran pemerintah. Secara total, Denmark menghabiskan sekitar Dolar AS 1 miliar setiap tahun di Greenland.
Lokasinya yang strategis membuat Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mempertahankan kehadiran permanen di pangkalan udara Pituffik di barat laut Greenland. Amerika Serikat telah menyatakan tekadnya untuk memperluas kehadiran militernya, termasuk menempatkan radar di sana untuk mengawasi perairan antara pulau tersebut, Islandia, dan Inggris, yang merupakan pembuka jalan bagi kapal Angkatan Laut Rusia dan kapal selam nuklir.
Bagian dari benua Amerika Utara, Namun Masuk Wilayah Denmark
Greenland secara geografis merupakan bagian dari benua Amerika Utara. Pulau ini sangat penting bagi Amerika Serikat untuk mencegah kekuatan besar lainnya membangun pangkalan di pulau tersebut, menurut Ulrik Pram Gad, peneliti senior dan pakar Greenland di Institut Studi Internasional Denmark.
Pulau ini dengan ibu kota Nuuk lebih dekat ke New York daripada ibu kota Denmark, Kopenhagen. Greenland telah menjadi bagian dari Denmark lebih dari 600 tahun. Kini Greenland mengendalikan sebagian besar urusannya sendiri sebagai wilayah semi-berdaulat di bawah kerajaan Denmark.
Wilayah ini menjadi wilayah resmi Denmark pada tahun 1953 dan tunduk pada konstitusi Denmark, yang berarti setiap perubahan pada status hukumnya akan memerlukan amendemen konstitusional. Pada 2009, pulau itu diberikan otonomi pemerintahan sendiri yang luas, termasuk hak untuk mendeklarasikan kemerdekaan dari Denmark melalui referendum.
Perdana Menteri Greenland Mute Egede telah berkutip satu kali lagi bahwa pulau itu tidak untuk dijual, dan nasib keberadaan pulau tersebut sekarang ditentukan oleh rakyatnya sendiri. Egede melakukan pertemuan dengan Raja Frederik di Kopenhagen pada Rabu, ketika pertemuan ini kemungkinan akan menjadi dominat dengan komen terbaru dari Presiden Trump.
Pada tahun 2019, Greenland dan Denmark menolak panggilan jual beli dari Trump untuk membeli pulau tersebut. Ketika Greenland masih berstatus jajahan, AS di bawah Presiden Harry Truman berusaha membeli pulau itu sebagai asset strategis selama Perang Dingin dengan harga US$ 100 juta dalam bentuk emas, tapi Kopenhagen menolak menjualnya.
Denmark Tidak Lagi ‘Bibit Doktrin Pemisahan’
Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengatakan Greenland mungkin akan merdeka jika penduduknya menginginkannya. Akan tetapi, Greenland tidak mungkin menjadi bagian dari AS.
“We fully understand that Greenland itu mempunyai tujuannya sendiri. Jika ambisinya terwujud, Greenland akan merdeka, meskipun tidak berambisi untuk menjadi sebuah negara bagian AS,” kata Rasmussen.
Ia mengatakan kepada wartawan bahwa meningkatnya kekhawatiran keamanan Amerika Serikat di Kutub Utara adalah sah adanya, disebabkan oleh meningkatnya aktivitas Rusia dan Cina di wilayah tersebut. “Saya tidak berpikir bahwa kita terlibat dalam krisis kebijakan luar negeri,” katanya. “Kami terbuka untuk berdialog dengan Amerika tentang bagaimana kita dapat bekerja sama lebih erat daripada yang telah kita lakukan untuk memastikan bahwa aspirasi Amerika terpenuhi.”
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, mengatakan Eropa tidak akan memberi blanket protection pada negara lain, menjaga kedaulatan perbatasan mereka, meskipun dia tidak yakin Amerika Serikat akan menginvasi. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengungkapkan keterkejutan atas komentar Presiden Trump tentang Greenland dan Kanada. Ia menekankan bahwa mitra Eropa dengan imbauan bulat mendukung keutuhan perbatasan Greenland yang tidak bisa diganggu gugat.
Jika Greenland merdeka, ia dapat memilih untuk bergabung dengan Amerika Serikat. Namun, Aaja Chemnitz, anggota parlemen Denmark dari Greenland, mengatakan gagasan pengambilalihan AS harus ditolak dengan tegas. “Saya tidak ingin menjadi pion dalam mimpi Trump untuk memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup negara kita,” tulisnya seperti dikutip dari Reuters.