banner 728x250

Melihat Perbedaan Giant Sea Wall dengan NCICD, Cegah Jakarta Tenggelam

banner 120x600
banner 468x60

” JAKARTA — Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi ancaman tenggelamnya wilayah pesisir Utara Jawa termasuk Jakarta.

(NCICD).

banner 325x300

Perubahan iklim yang meningkatkan curah hujan, dan kenaikan permukaan air laut.


Perbatasan Pantai di Tangerang, Proyek Kini Giant Wall Dibebankan?

Penurunan permukaan tanah di Jakarta sebagian besar disebabkan oleh penggalian air tanah yang berlebihan, sehingga tanah menjadi rapuh dan mencekung. Selain itu, perubahan iklim global telah menyebabkan kenaikan permukaan laut, yang memperparah resiko banjir di daerah pantai Jakarta. Pada saat yang sama, sistem drainase kota yang kurang memadai dan kurangnya lahan resapan air juga turut berkontribusi pada masalah ini.

Dikutip dari laman Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta, pemerintah mempunyai proyek besar bernama NCICD. Proyek ini dirancang untuk melindungi Jakarta dari ancaman banjir dan dampak kenaikan air laut. NCICD merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan kota yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan untuk melindungi jutaan penduduk Jakarta dari bencana banjir rob.

:

Melibatkan dalam fase B dan fase C.

Terletak menjorok ke laut. Sementara garis pantainya di wilayah Jakarta memiliki jarak total 46 kilometer, dimana 13 kilometer dari 46 kilometer tersebut telah dibangun.

:

Kemudian, sisa sepanjang 33 kilometer akan dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pemprov Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan membangun tanggul pantai sepanjang 22 kilometer, sedangkan Kementerian PU sepanjang 11 kilometer.

Tanggul laut raksasa adalah struktur yang terbuat dari beton atau bata yang dibangun sejajar dengan pantai pada peralihan antara pantai dan daratan. Tanggul di sepanjang bagian pantai ini memisahkan lahan dan air, terutama untuk mencegah erosi dan kerusakan lain karena gelombang atau ombak. Tanggul laut raksasa ini mengatasi dampak dari degradasi Pantai Utara (Pantura).

BRu anderegrekegan ini pada umumnya adalah struktur besar yang dirancang untuk menahan kekuatan badai. Tinggi sebeum air ini setidaknya akan menutupi perbedaan antara permukaan pantai dan daratan, meskipun umumnya sdague laut dibangun lebih tinggi untuk melindungi daratan dari kelempasan badai.

Digunakan untuk menstabilkan tebing yang telah aus dan melindungi jalan pesisir dan kelurahan yang berbatasan dengan pantai. Puncak tembok sering kali memanjang hingga menjadi batuan tertutup yang dapat digunakan sebagai jalan, area pejalan kaki, dan tempat parkir.


PROJECT BANGUN Dinding Laut Lautan Raksasa

Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja menyatakan pembangunan tekanan laut raksasa termasuk dalam daftar program strategis nasional era Presiden Prabowo Subianto.

Kementerian PU telah menetapkan rencana untuk proyek pembangunan gabungan dinding pesisir yang dimulai beberapa tahun akan datang. Direncanakan tahap awal adalah melakukan tinjauan desain dan persiapan untuk konstruksi proyek ini. Inisiasi proyek ini bertujuan untuk menangani dampak pengurangan garis pantai, khususnya di wilayah Pesisir Utara Jawa.

“Pada saat ini proses peninjauan desain masih berlangsung terus, sementara untuk desain akhirnya sendiri saat ini sekarang ada di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,” ujar dia dikutip Selasa (14/1/2025).

Menurutnya, rencana pengembangan dinding laut ini akan sejalan dengan pembangunan dinding pantai atau NCICD, yaitu Tebing untuk menghadapi penurunan permukaan laut di daerah pesisir utara pulau Jawa.

“Saya bicara tentang keamanan jangka panjang ini. Kayaknya buat harian sangat-kurang-biasa, sekarang mereka pusatkan gapik jangka pendek, sehingga mereka tidak merintis sumur sumur air. Jadi kalau dulu harus ada solusinya, ini harusnya fokus dulu, atau kita bilang masih fokus dulu,” kata Endra.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Zainal Fatah mengatakan, proyek saat ini telah memasuki tahap perancangan. Ia telah mengadakan rapat koordinasi (rakor) bersama Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kawasan (isch) untuk membahas proyek tersebut.

“kita sudah menghadapi rapat malah di Kemenko Infra. Maka kita harus merespons, itu ya tugas kementerian masing-masing,” ucapnnya.

Kepala Bendahara Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Dwi Purwantoro, menyatakan bahwa peningkatan tanggul pantai dan pembangunan giant sea wall di Pantai Utara Pulau Jawa direncakan dilakukan secara bertahap. Tahapan tersebut akan dikerjakan seiring dengan kebutuhan biaya yang sangat besar, sehingga dilakukan dalam wilayah-prioritas yang membutuhkan pembangunan tanggul dan giant sea wall.

“Di Jakarta yang juga mengalami tingkat kemerosotan tanah yang cukup signifikan, kami membangun tanjakan pantai dan tembok laut raksasa untuk tahap A terlebih dahulu, kemudian tahap B, lalu tahap C,” katanya.

Pembangunan tanggul pantai tahap A dan B akan dimulai dari Pantura Provinsi Banten hingga Pantai Ancol, Jakarta Utara. Lalu, pembangunan Tanggul Pantai tahap C akan dilakukan dari Pantai Ancol, Jakarta Utara hingga Kabupaten Bekasi Utara. Setelah itu, akan dilakukan langkah berikutnya yaitu pembangunan tanggul pantai hingga Pantura di Kota Surabaya, Jawa Timur.

“Apa itu adalah dari Banten hingga Ancol, lalu rencana tahap B yaitu dari Banten hingga Ancol. Dan tahap C akan dari Ancol hingga Bekasi tadi,” ungkapnya.

Untuk kawasan Jakarta, perlindungan banjir melalui pembangunan tanggul pantai dan muara sungai yang adaptif dan terintegrasi dengan sistem polder. Pembangunan tanggul tahap pertama, yaitu pantai dan muara sungai, dilakukan sepanjang 46 kilometer dari total 120 kilometer.

“Sudah dikerjakan sepanjang 12,66 kilometer hingga tahun 2019. Pada tahun 2020 dibuat MoU tentang pembagian tugas antara Kementerian PUPR dan DKI sepanjang 33,54 kilometer. Kemajuan secara keseluruhan untuk pekerjaan yang dikerjakan oleh Kementerian PU sudah mencapai 91%, katanya.”

Tahap kedua ini akan melibatkan pembangunan tanggul laut tahap B sepanjang 20,1 kilometer dari Teluk Naga Banten hingga Ancol Barat DKI Jakarta. Selanjutnya, pembangunan tanggul laut tahap C sepanjang 12 kilometer dari Ancol Barat DKI hingga Bekasi Jawa Barat.

Dia menuturkan bahwa program NCICD akan berhenti jika penurunan muka tanah terus terjadi secara tetap-continy. Misalnya, jika Muara Baru (Waduk Pluit) turun 10 cm per tahun, maka air laut akan setinggi tanggul pantai tahap A pada tahun 2033.

Hal ini diperlukan pembangunan tanggul laut terbuka tahap B yang akan memperpanjang umur tanggul pantai tahap A hingga 2045. Jika penurunan muka tanah terus terjadi, maka tanggul tahap B perlu ditutup dengan memasang pintu air serta stasiun pompa yang ditempatkan pada celah yang terbuka pada tanggul laut terbuka tahap B untuk mengendalikan banjir secara permanen.

Rencana pembangunan tanggul laut terbuka tahap B direncanakan akan dilakukan pada tahun 2030 hingga 2050. Pembangunan ini dapat mengurangi ketinggian gelombang hingga 1,3 meter pada tanggul pantai tahap A dan mencapai lebih dari 80% realise

“Memberikan akses nelayan ke laut dan zona penangkapan ikan. Membentuk potensi hutan bakau baru seluas 130 hektar. Tanpa leukosit pompa, Potensi pengembangan kawasan baru seluas 1.311 hektar,” kata Dwi.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *