Masjid Jamik Koto Tinggi Pangean, yang berdiri kokoh di Desa Koto Tinggi, Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi, masjid ini adalah artefak sejarah hidup yang menyimpan jejak penyebaran agama Islam sejak abad ke-17 dan menjadi simbol harmoni antara nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal. Keberadaannya yang sentral dalam kehidupan masyarakat Pangean menjadikannya destinasi penting bagi para pencinta sejarah masjid dan wisata religi. Sejarah panjang masjid ini bermula pada sekitar abad ke-17, diinisiasi oleh tokoh terkemuka bernama Datuk Keramat Laik.

Bangunan awal masjid kala itu sangatlah sederhana, mencerminkan kondisi dan material yang tersedia pada masanya. Kayu menjadi bahan utama konstruksi, dengan atap berlapis ijuk, membentuk bangunan panggung yang umum pada arsitektur tradisional Melayu. Kesederhanaan fisik ini tidak mengurangi peran vitalnya sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat Pangean. Perjalanan sejarah Masjid Jamik Koto Tinggi tidak selalu mulus. Pada tahun 1888, musibah kebakaran melanda dan menghanguskan bangunan pertama.

Semangat gotong royong dan keimanan masyarakat Pangean kemudian mendorong pembangunan kembali masjid kedua, yang juga masih mengandalkan material kayu sebagai bahan utama. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi masjid kedua mulai lapuk dimakan usia. Tekad untuk memiliki rumah ibadah yang lebih kokoh dan representatif mendorong pembangunan masjid ketiga pada tahun 1932. Tahun ini seringkali dianggap sebagai tahun berdirinya masjid oleh masyarakat setempat, merujuk pada inskripsi yang ditemukan pada atap masjid saat renovasi keempat.

Masjid ketiga ini pun masih setia dengan konstruksi kayu, melanjutkan tradisi bangunan sebelumnya. Perubahan signifikan terjadi pada tahun 1998. Dengan semangat kebersamaan dan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan sejarah, masyarakat Pangean melakukan rehabilitasi besar-besaran. Bangunan kayu masjid digantikan dengan struktur tembok bata yang lebih permanen dan kuat. Kendati demikian, komitmen untuk mempertahankan arsitektur tradisional masjid tetap menjadi prioritas utama. Hasilnya adalah sebuah bangunan kokoh yang memadukan kekuatan material modern dengan keindahan desain masa lalu.

Masjid Jamik Koto Tinggi Pangean memiliki peran yang sangat istimewa bagi masyarakat setempat. Masjid ini merupakan masjid jami’ bagi empat suku utama yang mendiami Pangean, yaitu Suku Melayu, Mandihiliang, Paliang, dan Camin. Sejak awal berdirinya, masjid ini telah menjadi pusat syiar Islam, tempat berkumpul untuk melaksanakan ibadah, mempelajari ajaran agama, dan mempererat tali persaudaraan. Keberadaannya bukan hanya memenuhi kebutuhan spiritual, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan identitas masyarakat Pangean. Masjid ini menjadi kebanggaan kolektif, dianggap sebagai representasi visual dari nilai-nilai Islam dan adat istiadat yang dipegang teguh.

Keunikan Masjid Jamik Koto Tinggi Pangean juga terpancar dari arsitekturnya yang khas. Meskipun telah direnovasi menjadi bangunan tembok, elemen-elemen tradisional tetap dipertahankan dengan cermat. Salah satu ciri yang paling menonjol adalah bentuk atap limas tumpang tiga. Bentuk atap ini bukan sekadar estetika, melainkan memiliki makna filosofis yang mendalam, melambangkan tiga dari lima rukun Islam yang menjadi fondasi utama agama yakni Sahadat, Salat, dan Zakat.

Pintu-pintu ini tidak hanya berfungsi sebagai akses keluar masuk, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya berzikir dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Memasuki ruang utama masjid, pengunjung akan disambut oleh lima tiang utama yang kokoh. Tiang yang paling besar dan terletak di tengah disebut “tiang mocu.” Tiang ini memiliki makna simbolis yang kuat, melambangkan tokoh adat penting yang dihormati dalam masyarakat Pangean. Sementara itu, empat tiang lain yang mengelilingi tiang mocu dipercaya merepresentasikan empat suku yang ada di Pangean, ini menegaskan kembali semangat persatuan dan kebersamaan yang dijunjung tinggi.

Menariknya, meskipun telah mengalami beberapa kali pembangunan dan renovasi, beberapa elemen lama masjid diyakini masih dipertahankan dan terus digunakan hingga kini. Salah satunya adalah mimbar, tempat khatib menyampaikan khutbah. Konon, mimbar yang ada saat ini merupakan peninggalan dari abad ke-17, yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang syiar Islam di Pangean. Keberadaan elemen-elemen bersejarah ini menambah nilai spiritual dan historis masjid. Saat ini, Masjid Jamik Koto Tinggi Pangean masih berdiri megah di tengah permukiman masyarakat. Suara azan yang berkumandang lima kali sehari menjadi penanda waktu ibadah dan denyut kehidupan religius di desa ini.

Meskipun beberapa bagian masjid telah mengalami modernisasi untuk memenuhi kebutuhan zaman, upaya pelestarian arsitektur tradisional tetap menjadi perhatian utama. Masyarakat setempat memiliki kesadaran yang tinggi akan nilai sejarah dan budaya masjid ini, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menjaga keaslian dan keindahannya. Masjid ini adalah simbol perpaduan harmonis antara agama dan adat, warisan budaya yang tak ternilai harganya, serta saksi bisu perkembangan Islam di Kabupaten Kuantan Singingi. Masjid Jamik Koto Tinggi Pangean menawarkan pengalaman spiritual dan intelektual yang mendalam, membuka jendela ke masa lalu dan memperkaya pemahaman tentang akar budaya dan agama masyarakat Riau.