KABUT tipis masih enggan beranjak dari ufuk timur, memeluk lembut hutan hijau di Kabupaten Kuansing. Di antara hamparan perkebunan karet dan kelapa sawit yang mendominasi, menjulang gagah pohon-pohon raksasa, saksi bisu keharmonisan alam dan kearifan lokal. Inilah rumah bagi sang lebah hutan, Apis dorsata, dan dari ketinggian dahan-dahan kokohnya, tetesan demi tetesan, mengalir “emas cair” yang dikenal dengan sebutan madu sialang.
Bagi masyarakat Kuansing, pohon sialang bukan sekadar vegetasi biasa. Ia adalah simbol kemakmuran, penanda kekayaan alam yang diwariskan turun-temurun. Di batang-batang kayunya yang menjulang puluhan meter, koloni-koloni lebah madu hutan membangun sarang-sarang megah, menghasilkan madu dengan cita rasa khas, perpaduan manis alami dan aroma hutan yang memikat.
Memanen madu sialang bukanlah pekerjaan sembarangan. Ia melibatkan ritual dan kearifan lokal yang telah teruji oleh waktu. Para pemanen, yang seringkali merupakan tokoh-tokoh berpengalaman dalam komunitas, memiliki pengetahuan mendalam tentang perilaku lebah, musim panen yang tepat, dan teknik memanjat pohon sialang yang aman.
Sebelum pemanjatan dimulai, serangkaian persiapan dilakukan. Masyarakat setempat biasanya menggelar doa bersama, memohon keselamatan dan hasil panen yang melimpah. Pantangan dan aturan tak tertulis dijunjung tinggi, sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan para penghuni pohon sialang.
Dengan peralatan sederhana seperti tali dan obor dari daun kelapa kering, para pemanjat dengan cekatan menaklukkan ketinggian pohon. Asap dari obor digunakan untuk menenangkan lebah, sebelum sarang-sarang madu yang menggantung bak permata cokelat itu diturunkan dengan hati-hati. Prosesi ini bukan hanya sekadar mengumpulkan madu, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan keberlanjutan produksi di masa depan.
Lebah madu hutan (Apis dorsata) adalah spesies lebah yang unik dan memiliki peran penting dalam ekosistem hutan. Ukurannya yang lebih besar dari lebah ternak biasa, serta kemampuannya membangun sarang terbuka berukuran raksasa di pohon-pohon tinggi, menjadikannya penghasil madu dalam skala besar.
Madu yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda dengan madu dari lebah ternak. Rasanya lebih kompleks, dengan sentuhan rasa pahit atau getir yang berasal dari berbagai jenis nektar bunga hutan yang dikumpulkan oleh lebah. Kandungan nutrisinya pun diyakini lebih kaya, menyimpan khasiat alami yang bermanfaat bagi kesehatan.
Potensi ekonomi madu sialang bagi masyarakat Kuansing sangatlah besar. Permintaan pasar akan madu hutan yang alami dan berkualitas terus meningkat, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Madu sialang bukan hanya sekadar pemanis alami, tetapi juga memiliki nilai tambah sebagai produk kesehatan dan oleh-oleh khas daerah.
Pengembangan produksi madu sialang secara berkelanjutan dapat membuka peluang usaha baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memberdayakan ekonomi lokal. Kelompok-kelompok tani atau koperasi dapat dibentuk untuk mengelola produksi, pengemasan, dan pemasaran madu sialang dengan lebih profesional.