Hutan Dijaga, Harapan Ditanam: Merajut Masa Depan Hijau Berkelanjutan
Di tengah ancaman krisis iklim, degradasi lingkungan, dan ketimpangan sosial, pertanyaan besar muncul: bisakah sektor industri bertransformasi menjadi bagian dari solusi? Sebab tak bisa dipungkiri, sebagian besar orang menganggap sektor industri sebagai bagian dari masalah. Namun di Riau, APRIL Group melalui anak usahanya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), justru berupaya membalik narasi itu. Mereka menghadirkan solusi berbasis alam yang tak hanya menjaga hutan, tapi juga menumbuhkan harapan dengan serangkaian inisiatif berbasis data, kolaborasi, dan pendekatan jangka panjang.
Sejak meluncurkan program keberlanjutan jangka panjang bertajuk APRIL2030 pada tahun 2020, perusahaan ini berkomitmen untuk menjalankan bisnis yang selaras dengan tujuan lingkungan dan sosial. Program ini memiliki empat pilar utama yaitu iklim positif, lanskap yang berkembang, kemajuan inklusif, dan pertumbuhan berkelanjutan, dengan 18 target spesifik yang dirancang untuk dicapai hingga tahun 2030.
Salah satu pendekatan andalan APRIL adalah Production-Protection Model, yaitu strategi yang menyeimbangkan antara produksi berbasis hutan tanaman industri dan perlindungan kawasan hutan alam. Melalui skema ini, APRIL mengalokasikan dana konservasi dari setiap ton kayu yang diproses. Hingga tahun 2024, tercatat lebih dari US$60 juta telah dikumpulkan untuk program pelestarian.
Dana ini mendukung berbagai inisiatif, termasuk Restorasi Ekosistem Riau (RER), sebuah proyek kolaboratif yang merehabilitasi dan menjaga 150.000 hektare hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Pada tahun 2024, alokasi anggaran konservasi APRIL meningkat menjadi US$14,8 juta. Sementara itu, APRIL juga meningkatkan produktivitas hutan tanaman sebesar 12% sejak 2019.
Selain pemulihan vegetasi dan pemantauan satwa, RER juga menekankan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dalam konservasi. Tim peneliti yang bekerja di wilayah RER secara rutin melakukan survei biodiversitas, yang sejauh ini telah mencatat lebih dari 830 spesies flora dan fauna, termasuk spesies langka seperti harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) dan burung rangkong. Data ilmiah ini tidak hanya menjadi dasar perencanaan konservasi yang lebih presisi, tetapi juga menjadi sumber pembelajaran terbuka bagi peneliti dan mahasiswa dari berbagai institusi.
Untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), APRIL juga mengimplementasikan program Fire Free Village Program (FFVP) sejak 2015. Program ini melibatkan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran melalui edukasi, pelatihan, serta pemberian insentif berbasis kinerja bebas api. Hasilnya, terjadi penurunan signifikan dalam jumlah titik api dan luas area terbakar di wilayah mitra FFVP. Pendekatan ini menunjukkan bahwa perlindungan hutan hanya akan berhasil jika dilakukan bersama masyarakat sekitar sebagai penjaga pertama ekosistem.
Tak ada keberlanjutan tanpa melibatkan masyarakat. Pilar Inclusive Progress dalam APRIL2030 menjadikan masyarakat sekitar sebagai mitra utama dalam pelestarian hutan dan pembangunan ekonomi. APRIL melakukan survei terhadap 7.700 rumah tangga dan mengidentifikasi 1.913 keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem. Intervensi langsung pun dilakukan, termasuk pelatihan agribisnis, pengembangan UMKM, dan pendampingan ekonomi berbasis komunitas.
APRIL melangkah dengan visi menjadi perusahaan yang Climate Positive. Instalasi panel surya perusahaan telah mencapai kapasitas 26,3 megawatt (MW), dan ditargetkan mencapai 50 MW pada 2030. Lebih dari 33,1% energi operasional hutan berasal dari sumber terbarukan.
APRIL juga menekan intensitas emisi karbon produknya sebesar 20%, serta memangkas limbah padat per ton produk dari 71 kg pada 2021 menjadi 32,3 kg pada 2024. Inovasi lainnya adalah pengembangan teknologi tekstil ramah lingkungan dari 50% tekstil daur ulang, yang telah dipatenkan dan siap menyambut perubahan pasar.
Meskipun pencapaian APRIL terlihat nyata, perjalanan menuju 2030 tidak mudah. Beberapa target seperti keterwakilan perempuan dalam kepemimpinan dan pemanfaatan bahan baku daur ulang secara penuh masih menghadapi hambatan struktural dan pasar. Namun, dengan kolaborasi lintas sektor yaitu pemerintah, akademisi, LSM, dan komunitas lokal, APRIL yakin bahwa hambatan ini bisa diatasi secara bertahap dan sistematis.
Hutan bukan sekadar kumpulan pohon. Ia adalah rumah bagi keanekaragaman hayati, penyimpan karbon, penjaga air tanah, dan sumber penghidupan bagi jutaan manusia. Menjaga hutan bukan pekerjaan musiman, melainkan komitmen lintas generasi. Karena menjaga hutan, sejatinya, adalah menjaga kehidupan itu sendiri. Dan dalam tiap daun yang bergoyang di hutan Riau, tersimpan harapan bahwa dunia yang hijau, adil, dan berkelanjutan bukanlah utopia melainkan tujuan yang bisa dicapai, jika kita bergerak bersama.