Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu menyatakan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir akan hubungan dengan Amerika Serikat (AS), setelah Indonesia secara resmi diakui sebagai anggota penuh organisasi kerja sama ekonomi BRICS.
Pernyataan ini terkait dengan ancaman Presiden AS Donald Trump yang menyebutkan akan menaikkan tarif hingga 100 persen terhadap negara-negara anggota BRICS.
Pun netral, cukup baik, kita bisa bekerja sama.
Mengenai ancaman Trump, Kami ingin menegaskan bahwa itu adalah hak negara masing-masing.
“Kita bukan mendengar apa pun atau melihat ancaman tersebut, namun jika koq ada, itu hak negara untuk melakukannya. Kita saja, sudah ada sistem ini untuk berdagang langsung dengan Tiongkok, tanpa harus melewati dolar itu,” tambahnya.
Sistem yang dimaksud Mari adalah transaksi menggunakan mata uang lokal, disebut Local Currency Settlement (LCS), yang memungkinkan perdagangan langsung dari rupiah ke yuan antara Indonesia dan Tiongkok.
Mari menjelaskan bahwa meskipun dolar masih dominan dalam transaksi dan penyimpanan aset, Indonesia sudah melakukan proses diversifikasi mata uang dalam perdagangan internasional.
“Proses ini berlangsung, dan BRICS mungkin akan membantu mempercepatnya, meski akan memakan waktu,” tukasnya.
Dia menyatakan pula bahwa hingga saat ini tidak ada pihak yang mengadakan keberatan atas penggunaan sistem LCS, yang dianggap sebagai inovasi baru dalam dunia keuangan internasional.
Sisi Positif Bergabung BRICS
Mari juga menjelaskan beberapa keuntungan yang dapat diraih Indonesia setelah bergabung dengan BRICS, seperti menjadi penyeimbang dalam forum-forum kerja sama ekonomi yang telah disetujui Indonesia.
“BRICS dapat menjadi kelompok yang menyeimbangkan negara berkembang. Indonesia juga menjadi anggota kelompok yang melibatkan negara maju, sehingga kita bisa memperjuangkan kepentingan negara berkembang,” kata Mari.
Kemudian, Indonesia diharapkan dapat berperan sebagai penengah antara negara berkembang dan negara maju, serta memajukan isu-isu multilateral yang berkembang dalam komunikasi antarnegara.
Walaupun demikian, Mari mengakui baik sisi positif maupun negatif dari masuknya Indonesia ke BRICS perlu terus dipelajari.
“Kami harus mempelajari lebih lanjut apakah itu bermanfaat atau tidak, termasuk mengenai New Development Bank BRICS yang bisa memberi dana untuk pembangunan,” ujar dia.
Sebelum itu, Indonesia secara resmi diterima sebagai anggota penuh BRICS pada Senin (6/1/2025) menurut waktu Brasil. Pemerintah Brasil menyambut baik perkenalan Indonesia sebagai anggota penuh BRICS.
“Pemerintah Brasil mengatakan bahwa Indonesia, dengan populasi dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, memiliki komitmen yang sama dengan anggota BRICS lainnya untuk mereformasi lembaga-lembaga tata kelola global dan memperdalam kerja sama Selatan-Selatan,” kata Kementrian Pemerintah Brasil, seperti diwartakannya Agen Pertrapost.
Pencalonan Indonesia didukung oleh para pemimpin BRICS pada Agustus 2023. Namun, Indonesia baru resmi bergabung setelah terbentuknya pemerintahan baru hasil Pemilu 2024.
Forum BRICS dibentuk pada tahun 2009 oleh Brasil, Rusia, India, dan China, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010.
Tahun lalu, BRICS mengundang Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab untuk bergabung. Beberapa negara seperti Turki, Azerbaijan, dan Malaysia juga telah mengajukan permohonan keanggotaan.