Setiap orang memiliki standar kebahagiaannya masing-masing. Pada beberapa orang, mereka menganggap bahagia itu sangat sederhana. Seorang contoh adalah orang yang merasa sudah bahagia ketika ia bisa menikmati secangkir kopi hangat dan rokok. Baginya, hidup ini cukup sederhana dan tidak banyak drama.
Maksud kalimat “Jangan menilai buku dari sampulnya” adalah Anda tidak boleh membuat asumsi tentang seseorang atau sebuah hal hanya dari penampilannya. Ini adalah peringatan bahwa penampilan bisa menipu dan values sebenarnya tereletak di dalam.
Penampilan di sini bukan hanya berarti menilai seseorang dari aspek fisiknya, melainkan juga dapat diukur dari perilaku dan kebiasaan yang melekat padanya.
Ya, memang benar bahwa setiap orang bebas untuk berpendapat. Semua orang memiliki hak yang sama untuk menyampaikan opini tentang sesuatu yang mereka anggap penting termasuk sifat orang lain. Saya bisa berpendapat tentang kamu dan kamu bisa juga berpendapat tentang saya.
Tapi, meski kamu berhak berpendapat, kamu tidak berhak menarik kesimpulan hanya dari satu sudut pandang yang sesaat. Kamu juga tidak berhak menghakimi hidup orang lain.
Kamu tidak pernah tahu berapa banyak hal yang ia telah lewati selama perjalanan hidupnya. Kamu juga tidak pernah tahu isi hatinya. Bisa jadi, orang yang kelakuannya lebih buruk dari kamu justru memiliki hati yang seribu kali lebih tulus dari kamu.
Siapa tahu, amalan dan ibadah orang yang kamu anggap jelek itu sebenarnya jauh lebih baik dan mulia di sisi Allah.
Mereka yang sering menatap orang lain dari sudut mata iring dan memikirkan orang lain dari perspektif mereka, biasanya beranggapan bahwa mereka sendiri jauh lebih baik dari orang yang mereka nilai.
Dan terkahirnya, mereka akan berpura-pura merendah diri dengan mengatakan, “Perspektif saya lho, bukan berarti saya lebih baik dari dia.”
Hai…! Jika memang benar merasa kurang dari orang yang kamu nilai tadi, sebaiknya banyaklah koreksi diri dan berdo’a menghadapkan diri pada Yang Maha Kuasa.
Fokuslah pada amalan dan ibadahmu sendiri. Jangan sampai pahala ibadahmu hilang hanya karena kamu asal menarik kesimpulan dari satu kebiasaan buruk yang melekat pada seseorang.
Dan jika Anda mengaku sebagai orang beragama, mungkin Anda sudah ataukah belum pernah mendengar kalimat ini, “Allah lebih mencintai pendosa yang bertaubat, dibandingkan orang soleh yang sombong dan selalu merasa dirinya benar.”
Jadi, jangan mencoba mengurus hidup orang lain! Semua orang punya kebebasan untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan, selama hal itu tidak merugikan kamu dan tidak mengganggu kamu, jangan mencoba berargumen dengan mereka tentang apa yang harus mereka lakukan.
Perlu diingat, setiap orang memiliki kemampuan atau kapasitas hidupnya sendiri-sendiri. Setiap orang diberi cobaan dan ujianhidup sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kamu mungkin tidak akan sanggup menjadi saya, dan begitu pun saya, saya mungkin tidak akan sanggup menjadi kamu.
Sama seperti yang disebutkan di awal, bahwa setiap orang memiliki standar kebahagiaannya masing-masing. Maka saling menghargai dan menghormati pilihan hidup orang lain tanpa banyak memberikan komentar adalah sikap yang sangat patut.
Cobalah untuk bersikap tidak langsung dalam pergaulan. Mungkin kamu bisa mencoba seperti saya yang ketika mendengar teman mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak, saya hanya menjawab “Oh oke!”
Sederhana itulah sikap bodo amat yang saya maksud. Dia mau menjaga kehamilannya, mau apa lagi, tidak perlu menanggapi dengan ucapan yang aneh-aneh, apalagi sampai membuatnya kesal. Tak perlu juga bertanya-tanya apa alasannya. Semua kembali pada haknya masing-masing.