JAKARTA — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggagalkan rencana pidana sebesar Rp477 miliar kasus kurang hormat pembayaran batu bara dan perjudian uang mantan Bupati Tulungagung (Kukar) Rita Widiyastuti.
Penggeledahan itu dilakukan dari total 36 rekening milik Rita dan pihak-pihak terkait lainnya, Jumat (10/1/2025).
Pemimpin redaksi Koran Se ulcer digelandangi gembong suicide dan ratusan orang lainnya selama lama menghabiskan masalah transaksi yang dimulai dari tahun 2000 dengan hasil perampokan sekaligus simulator mengenai ISIS corn ini
Dirjen KPK Dimulai Panggil Direktur Bea Cukai Kemenkeu dalam Kasus Rita Widyasari
Sementara itu, uang yang disita dari 36 rekening itu berbentuk mata uang rupiah, dolar Amerika Serikat (AS) dan dolar Singapura.
Uang yang kini menjadi barang bukti KPK di kasus Rita Widyasari tersebut adalah Rp350,8 miliar, US$6,28 juta (setara Rp102,3 miliar dengan Kurs Jisdor BI) dan SGD 2 juta (setara Rp23,9 miliar berdasarkan kurs rupiah Rp 11.922 per SGD).
:
Total uang yang disita dari 36 rekening itu sekitar Rp477 miliar.
KPK menetapkan Rita sebagai tersangka kasus diduga gratifikasi dan pencucian uang. Mantan bupati itu diduga menerima gratifikasi untuk setiap produksi batu bara per metrik ton. Dia juga diduga melakukan pencucian uang atas tindak pidana korupsinya.
:
Lembaga anti rasuah telah mengeksamin kembali beberapa saksi dalam kasus tersebut. Di antara saksi itu adalah Direktur Jenderal Bea Cukai Askolani dan Direktur Jenderal Anggaran Isa Rachmatarwata.
Setiap pihak diwawancarai tentang ekspor barang komoditas batu bara dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari produksi batu bara di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu pernah menjelaskan, Rita diduga mendapatkan sekitar US$3,3 sampai US$5 untuk setiap ton produksi batu bara dari beberapa perusahaan.
“Số kecil memang jumlahnya, kuota per ton antara US$3,3 hingga US$5. Ini berarti, jika US$5 dikalikan Rp15.000 [kurs rupiah per dolar], hanya Rp75.000. Tapi pastikan kuantitasnya, ribuan bahkan jutaan tahun kegiatan pertambangan itu bisa digunakan sampai presentasi habis,” kata Asep kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Pada sisi yang lain KPK juga menduga ada praktik mencuci uang dari hasil korupsi Rita. Pada Mei 2024, KPK melakukan penyelidikan di Jakarta, Samarinda dan Kutai Kartanegara.
Sebelum mengambil uang dari 36 rekening, penyidik telah lebih dahulu melakukan penyelidikan di 9 kantor dan 19 rumah. Hasilnya, penyidik mengambil 72 kendaraan bermotor dan 32 sepeda motor; 6 lahan dan bangunan; uang Rp6,7 miliar dalam bentuk rupiah dan setara Rp2 miliar dalam bentuk dolar AS serta lainnya; serta barang bukti dokumen elektronik.
