– Gita Suwondo, seorang pengamat sepak bola nasional, menilai Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia yang ideal, tetapi ia juga memiliki kekhawatiran.
Penunjukan Patrick Kluivert seperti dua-dua pedang bagi timnas Indonesia.
Banyak pemain yang sempat memperkuat tim nasional Indonesia melalui luar negeri.
Tapi, di sisi lain, kehadiran Kluivert menurut Gita Suwondo bisa membuat perkembangan timnas Indonesia sedikit tertahan karena kebutuhan adaptasi.
Faktor bahasa menjadi aset yang dimiliki Patrick Kluivert. Selain berbahasa Belanda, Kluivert juga berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Aspek itu tidak dapat dipenuhi oleh Shin Tae-yong selama dia menjabat, sehingga pelatih asal Korea perlu menggunakan penerjemah untuk bekerja.
Kemampuan berbahasa yang baik memungkinkan komunikasi yang efektif antara pelatih dan pemain. Hal ini, sehingga pemain mampu melaksanakan strategi yang diharapkan.
Selain itu, latar belakang Kluivert sebagai bek sepak bola top Belanda memungkinkannya mendapatkan perhatian besar dari personil skuad Garuda.
“Ya ideal, pasti bisa berbicara dengan bahasa Belanda bisa bercanda dengan bahasa Belanda,” desas-desuskan Gita Suwondo kepada
“Sekarang dia diajari oleh para pemain yang sekarang ini bermain di timnas, saat dia masih kecil memperhatikan sepak bola di TV, dan bercita-cita untuk menjadi pemain sepak bola,” kata dia menambahkan.
Gita Suwondo kemudian menyatakan bahwa modal kecakapan komunikasi dan latar belakang sebagai seorang pemain bola niaga pada dasarnya tidak cukup untuk membentuk sebuah tim yang berkualitas.
Kredibilitas pelatih dalam menjalankan peran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri.
“Namun, selama mereka menjadi seorang pemain sepak bola, mereka pasti harus melihat terhadap pelatih yang memiliki catatan impresif,” katanya.
Patrick Kluivert dianggap belum mempunyai prestasi yang menggembirakan dalam karirnya sebagai pelatih.
Prestasi terbaiknya hanya membawa FC Twente U21 menjadi juara pada tahun 2011-2012 silam.
Di level tim nasional, ia pernah menjadi asisten pelatih Louis Van Gaal ketika Belanda berada di tingkat ketiga Piala Dunia 2014.
Ia lalu dipercaya menjadi pelatih kepala tim nasional Curacao antara tahun 2015-2016 dan 2021.
Catatan kentang kapur juga dengan Kepulauan Curacao tidak terlalu mencolok, hanya empat kemenangan, empat kali imbang, dan enam kekalahan.
“Masing-masing orang berkata tentang kesempatan kedua, ketiga, dan lainnya. Mungkin kita memberikan kesempatan pada Patrick Kluivert, tapi kalau melihat rekornya agak susah dipercaya bahwa dia bisa beradaptasi dengan cepat,” ujar Gita Suwondo, pengamat yang juga mantan jurnalis senior.
Di samping itu, Patrick Kluivert dan Shin Tae-yong digambarkan memiliki dua premise sepak bola yang berbeda oleh Gita Suwondo.
Faktor ini juga berpotensi menjadi masalah sebab membuat tim nasional Indonesia kembali ke awal lagi (titik nol).
Perlu proses adaptasi dan penyesuaian kembali. Sementara itu, Tim Garuda juga sedang dibebani waktu untuk segera siap menghadapi pertandingan krusial di putaran ketiga Kelayakan Piala Dunia 2026 zona Asia.
Pada bulan Maret 2025 mendatang, skuad Nasional Indonesia akan menjamu Australia dan Bahrain.
“Apakah dia akan meninggalkan gaya 3-4-3 yang sudah diterapkan oleh STY. Mungkin biasalah, karena Pelatih Belanda ini ternyata banyak menggunakan gaya 4-3-3, itulah yang membuat saya khawatir,” kata Gita Suwardi.