banner 728x250

Kisah Kakek Amad Veteran Perang RI,Nangis Temukan Makam Istri usai 70 Tahun Pencarian ,Kayak Mimpi,

banner 120x600
banner 468x60

Ia menemukan makam istrinya setelah 70 tahun mencari.

Paman Amad mencari istrinya, Supiah selama 70 tahun, namun kini hanya bisa melihat makamnya.

banner 325x300

Tetapi cinta kakek Amad untuk istrinya bertahan selamanya meski mereka telah dipisahkan oleh kematian.

Bahkan, jauh sebelum Amad dan Supiah dipisahkan oleh kematian, keduanya telah terpisah lebih dulu karena konflik perang melawan penjajah.

Amad merupakan seorang tentara yang berada dalam keadaan siap kapan pun saja untuk menempuh tugas.

Ketika itu, Indonesia berada di tengah menghadapi perebutan kemerdekaan yang baru saja diumumkan oleh Soekarno.

Kondisi tersebut menyebabkan Amad dan Supiah perlu berpisah meski daur perkawinannya baru saja terjadi.

Diketahui, Amad dan Supihan bertemu untuk pertama kalinya di Kabupaten Pasuruan.

Pada saat itu, Amad sedang dalam pengasingan setelah ia dan para pejuang lainnya berhasil menghilangkan bendera Belanda di Hotel Yamato pada tanggal 19 September 1945.

Sementara itu, Supiah bekerja untuk seorang tionghoa di Desa Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Pada saat itu juga, Amad langsung tertarik pada Supiah saat pertama kali bertemu.

Tidak berlengah-lengah, mantan tentara Heiho (tentara berasal dari Jepang) ini meminta izin kepada majikannya, Supiah, untuk menikahkan diri dengan seorang perempuan dari Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Saya bertemu dengan Cim di Tretes, lalu saya menyatakan kepadanya, saya ingin menikahinya dan membawanya pulang ke Lumajang, malahan Cim memberikan saya uang, jumlahnya tidak saya tahu, menyerupai uang Gatotkaca, ingatlah Amad dari Lumajang, Minggu (19/1/2025), sebagaimana diutip dari Kompas.com.

Amad dan Supiah lalu kembali ke Lumajang. Keduanya berjalan kaki dari Pasuruan menuju ke Lumajang, melewati hutan yang berada di lereng Gunung Semeru.

Tanpa membawa apa-apa bekal, pasangan muda itu berjalan satu langkah demi satu langkah hingga akhirnya mencapai rumah Supiah setelah menjelajah selama dua hari.

“Jalan kaki, gak memakai apa-apa, lewat hutan, tidak ada jalan, ada banyak harimau, kalau lapar bertanya kepada orang, saya hanya membawa tas milik Supiah,” katanya.

Mereka berpisah, Amad pernah dibuatkan rumah oleh mertuanya di Lumajang untuk tinggal bersama Supiah.

Dia ingat dengan jelas tempat tinggalnya berada di Dusun Kemamang, Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Amad masih ingat lokasi rumahnya yang lalu.

Ia menjelaskan, di depan rumahnya ada dua buah pohon durian dan di belakangnya terdapat sungai kecil yang merupakan tempat favorit untuk mandinya.

Saudara dekat Amad dan istri sukarnya di Lumajang tidak bertahan lama, hanya sekitar tiga bulan saja. Lebih parah lagi, Supiah tak kunjung dapat kabur dari karpet yang dimandikan keduanya.

Seorang pria yang melahirkan di Surabaya harus pergi sejak tanggal berikutnya ke Sulawesi Utara untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Manado.

Peristiwa itu kini dikenal sebagai Pertempuran Merah Putih pada 14 Februari 1946.

“Recente pas nikah, saya pergi ke Sulawesi untuk bekerja keras, Saya meninggalkan istrinya di rumah,” ujarnya.

Tapi, siapa sangka, perpisahan yang awalnya hanya sementara, berubah menjadi pertemuan terakhir bagi pasangan muda ini untuk seumur hidup.

Amad tak kunjung kembali dari pertempuran sampai akhirnya Supiah dimangsa oleh maut pada tahun 1954.


70 tahun pencarian

Setelah bertugas di Sulawesi, Amad kembali mencari istrinya dan keluarganya di Lumajang.

Tapi, karena kurangnya teknologi komunikasi pada saat itu, pencarian tersebut tidaklah berhasil.

Setelah melaksanakan tugas, kondisi Amad juga tidak berubah seperti saat meninggalkan Supiah di desa. Bahkan, Amad pernah mengalami kematian manja saat menjalankan pekerjaannya.

Dia ingat hanya nama sang istri dan ayah mertuanya, yaitu Supangat.

Billy Parvin berkata, “Pengalaman sedih ABD menjelang hari pertama koster berasal dari masa 10 tahun yang lampau.

Déwan Amad untuk segera bertemu dengan keluarga Supiah semakin kuat saat ia mendengar kabar bahwa istri terkasihnya sudah tidak lagi di dunia.

Tahun 1955, saya mulai mencari, memang betul saya mencari tapi tidak ketemu. Sempat dahulu mencari di Candipuro tapi tidak sampai ke Penanggal, kondisinya tidak memungkinkan waktu itu,” kata Amad.

Pencarian Amad akhirnya memberikan hasil selama beberapa dekade.

Dia menemukan makam Supiah beserta keluarganya yang masih hidup di Desa yang bernama Penanggal di Kecamatan Candipuro.

Tangis haru Amad bercuak saat pertama kali melihat adik kandung Supiah, Sunimah dan Khotijah.

Mereka saling memeluk, membawa juga rasa rindu yang disembunyikan puluhan tahun. Pertemuan terakhir antara mereka terjadi ketika Sunimah dan Khotijah masih kecil.


Dikira gugur

Adik-adik Supiah, Sunimah dan Khotijah, tidak bisa berharap bertemu kembali dengan Amad.

lama bergulir, tak berita seorangpun mengenai Amad sejak pergi meninggalkan rumah, keluarga jadi menyangka Amad telah meninggal waktu berjuang mengusir penjajah.

Sunimah, adik sulung Supiah, menceritakan, saat ibu tinggal kongregasi, Supiah kerap bercerita tentang suaminya yang sedang bertugas ke Sulawesi.

Tapi sampai adiknya Supiah meninggal, Amad belum kembali.

“Kakak saya itu waktu itu tidurnya sering bersamaku jadi sering bercerita tentang pria itu yang bekerja di Sulawesi. Dia ingin menemukannya tapi sebenarnya dia tidak punya alamatnya, makanya psikisnya sangat pasrah, tapi sekarang ketemu juga dia akhirnya sangat gembira dan terharu seperti mimpi,” cetus Sunimah.


Penghormatan untuk Supiah

Singkat pertama dengan keluarga, Amad segera menuju tempat peristirahatan akhir istri yang telah puluhan tahun ia cari.

Sambil membawa kelompok bunga, Amad mengangkat tangannya sebagai bentuk penghormatan kepada Supiah.

Mata Amad membasah air mata dan menetesnya hingga tersepasang tepat di kuburan Supiah.

“Saya menghormati istriku yang bernama Supiah, sapaannya Suci, meninggal tahun 1954, waktu saya lagi bertugas. Saya tidak punya kesempatan untuk beristirahat sejenak, dia sudah meninggal. Baru tahun 2025 ini saya datang ke makam istrinya yang saya cintai, namanya Supiah,” ucap Amad di samping makam istrinya.

TribunJabar.id

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *