Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) Azhar memberikan klarifikasi terkait status Pacu Jalur sebagai “Event Nasional” dan ambisinya untuk “Mendunia”. Klarifikasi ini disampaikan menyusul pertanyaan publik mengenai cakupan peserta yang masih didominasi dari wilayah Kuansing dan Indragiri Hulu. Menurut Kepala Dinas, predikat “Event Nasional” bagi Pacu Jalur lebih mengacu pada status kepariwisataannya.

“Pacu Jalur termasuk dalam 110 kalender pariwisata nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata setiap tahun,” ujarnya. Pacu Jalur dipromosikan secara nasional oleh kementerian, bukan karena pesertanya berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Status ini menekankan pengakuan dan dukungan pemerintah pusat terhadap nilai promosi pariwisata yang dimiliki Pacu Jalur.

Menanggapi anggapan “Pacu Jalur Mendunia”, Kepala Dinas menjelaskan bahwa hal tersebut bermakna festival ini telah diketahui oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia. Untuk mencapai tujuan ini, berbagai upaya telah dilakukan. “Kami telah memperkenalkan Pacu Jalur kepada 15 Duta Besar atau perwakilan Kedutaan di Anjungan Riau TMII beberapa waktu lalu,” ungkapnya.

Selain itu, Pacu Jalur juga mendapat kesempatan untuk dipromosikan pada Forum Air Sedunia di Bali yang dihadiri oleh 172 negara. Siaran langsung oleh Kominfo dan para penggiat pada setiap perhelatan Pacu Jalur juga merupakan langkah strategis untuk memperluas jangkauan informasi tentang tradisi ini ke seluruh dunia. Kepala Dinas juga menegaskan pentingnya Pacu Jalur Tradisional yang diikuti oleh perwakilan desa, dengan anak pacu yang mayoritas berasal dari desa bersangkutan.

“Alasan Pacu Jalur Tradisional masuk dalam Kalender Pariwisata Nasional, yang kini disebut Kharisma Event Nusantara 2025, adalah karena festival ini sangat sarat dengan tradisi budaya lokalnya, bukan semata-mata aspek olahraganya,” jelasnya. Ia juga membedakan dengan Pacu Jalur Eksebisi, yang diikuti oleh perwakilan organisasi pemerintah, swasta, atau olahraga.

“Pacu eksebisi ini biasanya tidak menggunakan pawang jalur, berbeda dengan pacu tradisional yang didahului dengan mantra tetua jalur,” pungkasnya. Klarifikasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai posisi dan tujuan Pacu Jalur dalam kancah pariwisata nasional dan global.