Menteri BUMN Erick Thohir pernah menyebut Stasiun Karet akan ditutup tahun ini. Keputusan itu merupakan upaya meningkatkan konektivitas di antara stasiun kereta api yang berdekatan.
“Apa pun, bagaimana kita membangun ekosistem stasiun ini. Kemungkinan stasiun ini ditutup di lokasi ponton Karet,” ujar Erick kepada wartawan di Stasiun BNI City, Jakarta, Rabu (1/1).
Meski begitu, Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Risal Wasal menyatakan Stasiun Karet belum dapat ditutup tahun ini. Sebab, katanya, proses evaluasi masih berlangsung.
“Sudah (pasti ditutup). Masih diperiksa. Definisi tutup itu kita belum jelas,” kata Risal ketika ditemui di Kantor Kemenko Infrastruktur, Jakarta Pusat pada Rabu (8/1).
Ya, diskusi ini mendapatkan penolakan dari masyarakat pengguna Stasiun Karet. Mereka mengatakan penutupan stasiun tersebut akan membuat waktu tempuh menuju angkot atau halte TransJakarta di sekitar Stasiun Karet menjadi lebih jauh.
Pertanyaannya, seberapa jauh jarak yang harus ditempuh bila Stasiun Karet tidak ada lagi? Lalu, seberapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk berjalan kaki dari Stasiun BNI City ke angkot ataupun halte TransJakarta yang ada di Stasiun Karet? Apakah benar akses pejalan kaki di Stasiun Karet semrawut?
Mencoba melakukan eksperimen dan melakukan perhitungan jika kami adalah pengguna KRL Cikarang Line yang setiap hari menaiki Stasiun Karet dan melewati Stasiun BNI City. Tujuan adalah untuk mendapatkan sudut pandang langsung sebagai pengguna KRL Cikarang Line jika nanti Stasiun Karet tidak ada lagi.
Tahun Lalu, Jurusan Masuk Sangat Kompetitif
Ada sejumlah orang masih memilih Stasiun Karet. Hal ini dikarenakan mudahnya akses antar Stasiun KRL dengan Jaklingko dan TransJakarta. Ditambah, lokasi Stasiun Karet yang strategis dan tepat di persimpangan Jl. K. H. Mas Mansyur yang menghubungkan kota ke arah utara dan selatan Jakarta, serta Jl. R. M. Margono Djojohadikoesoemo yang menghubungkan ke area barat dan timur Jakarta.
Dari hasil pengamatan di lapangan, terdapat halte Jaklingko dan TransJakarta di sebelah selatan Stasiun Karet. Jaraknya sekitar 300 meter dari pintu keluar Stasiun Karet ke halte Jl. Karet Pasar Baru II dapat ditempuh dalam waktu sekitar 6 menit.
Untuk sampai ke titik ini, kami terpaksa menyeberangi Jl. R. M. Margono Djojohadikoesoemo dengan sangat hati-hati. Hal ini karena sangat padatnya kendaraan bermotor yang melewati persimpangan ini.
Susukses menyeberang jalan, kami harus berjalan di trotoar sempit sekitar 10 meter panjangnya. Di samping itu, kami harus sangat berhati-hati karena lebar trotoar semakin sempit karena ada tiang listrik dan banyaknya kabel yang berantakan.
Dari hasil pengamatan, halte Karet Pasar Baru II adalah salah satu halte terkenal di sekitar Stasiun Karet yang banyak dijadikan titik transfer pengguna transportasi umum oleh pengguna yang akan melanjutkan perjalanan ke Stasiun Tebet ke Rusun Karet Tengsin dengan menggunakan Mikrotrans trayek JAK.48A.
Tersedia juga TransJakarta trayek 5F dan 6K yang masing-masing menghubungkan Kampung Melayu-Tanah Abang dan Departemen Kesehatan-Karet.
Di samping halte di Jln. Karet Pasar Baru II di selatan Stasiun Karet, ada juga halte Stasiun Karet di utara stasiun. Untuk mencapai halte ini dari Stasiun Karet, pengguna harus berjalan sekitar 50 meter dari pintu keluar Stasiun Karet. Jarak yang dekat, tetapi tidak tersedia berjalan kaki yang memadai.
Berbeda dengan halte Jalan Karet Pasar Baru II, halte ini biasanya menjadi tempat pengguna turun yang akan naik KRL Jalur Cikarang. Di halte ini, tersedia layanan Jaklingko JAK.09 yang melayani rute Roxy Mas-Karet, Jaklingko JAK.08 dengan rute Roxy – Bendungan Hilir via Tanah Abang, dan juga Transjakarta 8C yang melintasi Kebayoran Lama-Jati Baru.
Di seberang Stasiun Karet, ada halte TPU Karet yang melayani penumpang yang akan berangkat ke arah Slipi dan juga halte Stasiun Kasablanka. TPU Karet Bivak juga ada untuk menemani penumpang yang akan bergerak ke arah Thamrin.
Kedua halte ini relatif lebih sepi dari dua halte sebelumnya. Kedua halte ini melayani Jaklingko trayek JAK.08 dan JAK.48A serta Transjakarta trayek 8C. Selain itu, di halte TPU Karet Bivak juga tersedia angkot JP03 yang melayani rute Bendungan Hilir-Roxy.
Dari keempat halte yang berada dekat Stasiun Karet ini, kami menilai fasilitas pejalan kaki seperti trotoar dan lalu lintas berhenti (zerba cross) tidak ada yang bisa dikatakan layak. Kecuali trotoar yang berada di pinggir TPU Karet Bivak.
Namun,_plugins pembaca, mari kita mulai membayangkan sebuah skenario yang menarik dan keras kepala di mana Stasiun Gambir, ikon transportasi pusat ibukota, menghilang dari peta. Di bawah pandangan yang ileh cerdas ini, marilah kita melihat seperti apa seorang pengguna KLINIK_PADAN dalam situasi yang fantastis ini. Dengan hati-hati asked_plugin Asisten,Napa apa yang terjadi pada stasiun kereta api pulang ke depan?
Jika semua SVL berhenti beroperasi, penumpang akan turun di Stasiun BNI City atau seringkali disebut Stasiun Sudirman yang baru. Saat ini, PT KAI belum mengumumkan rute yang dapat dilalui pejalan kaki untuk mencapai Stasiun Karet. Oleh karena itu, kami memulai mencari rute tersebut.
Menurut Google Maps, pengembara disarankan melalui jalan di tepi Sungai Ciliwung untuk menjadi akses penghubung antara stasiun. Rute yang disarankan oleh Google Maps inilah yang kami tetapkan sebagai pilihan alternatif 1.
Namun, kami sempat ragu-ragu dengan instruksi dari Google Maps ini. Sebab, sebelumnya kami mendapat jawaban dari petugas Stasiun BNI City, bahwa tidak ada jalan yang menghubungkan Stasiun BNI City dengan Stasiun Karet, atau sebaliknya.
Petugas Stasiun BNI City pada masa itu menjelaskan rute alternatif untuk sampai di Stasiun Karet adalah melalui perumahan penduduk. Katanya, rute ini pun dipersulit karena adanya pagar. Kami tidak memahami persepsi yang tepat dari petugas ini, namun kami menyusun rute ini sebagai salah satu referensi.
Kami menetapkan rute kampung ini sebagai alternatif 2. Menurut Google Maps, rute ini seharusnya lebih singkat daripada rute yang direkomendasikan oleh Google Maps untuk pejalan kaki.
Alternatif 1: Melintas Tepi Sungai Ciliwung
Strava untuk mendapatkan data jarak dan waktu tempuh yang akurat.
Pada awal perjalanan, kami menyimpulkan bahwa jalan ini cocok untuk disebut jalur cepat, karena lebar jalan cukup aman untuk dilewati oleh pengguna jalan dari kedua arah. Namun, ketika kami terus melanjutkan perjalanan menuju Stasiun BNI City, kami menemukan ranting pohon yang ratusan berserakan jalan sehingga kami terjatuh dan menemukan kabel yang menjuntai terlalu rendah, sehingga ada perangkap bahaya jika kepala pejalan kaki terlanggar oleh kabel.
Yang masih belum rapi struktur isinya. Kami duga ini adalah bagian dari JXB, singkatan dari Jakarta Experience Board, yang merupakan Badan Usaha Milik Provinsi DKI Jakarta.
Dengan restoran yang beroperasi juga.
Kami menemukan tempat umum yang agak macet karena ada banyak orang di sana karena dekat dengan Jl. Jenderal Sudirman. Kami perlu naik escalator untuk sampai ke Jl. Jenderal Sudirman. Namun, kami bingung ketika naik escalator karena awalnya kami tidak melihat jalan keluar.
Kami kemudian bertanya kepada seorang pekerja yang sedang bekerja di pembangunan gerai es krim itu. Ternyata, jalan yang seharusnya bisa dilalui pejalan kaki itu sedang terblokir oleh alat-alat pembangunan. Akhirnya, kita bisa melewati jalan tersebut dan sampai di trotoar Jl. Jenderal Sudirman.
Kami berjalan kira-kira 50 meter di trotoar, lalu turun ke sekitar Terowongan Kendal tempat pertemuan berbagai transportasi umum dan kedai makanan dan minuman. Fasilitas publik di area ini dapat kami anggap cocok karena area pejalan kaki cukup luas dan juga tersedia fasilitas untuk orang dengan disabilitas. Di dekat kedai-kedai ini tersedia sepeda yang dapat dipinjam pengguna.
Dari sini, Stasiun BNI City sudah terlihat. Kami tinggal belok kanan lalu menyeberang Jl. Tanjung Karang menuju pintu masuk Stasiun BNI City. Jika mengacu Google Maps, perjalanan jalan kaki dari Stasiun Karet ke Stasiun BNI City hanya sejauh 450 meter dengan waktu tempuh 6 menit. Namun, pada kenyataannya, mengacu pada data dari Strava, jarak yang kami tempuh dari pintu keluar Stasiun Karet hingga pintu masuk BNI City adalah 1,09 km dengan waktu tempuh 17 menit 43 detik.
Pilihan 2: Melalui Akses Perkampungan, namun Dilakukan Obat Pahit.
Di Google Maps, rute ini tampak lezat untuk dilewati dengan berjalan kaki. Namun, di lapangan sebenarnya terhalang oleh gerbang waduk. Berikut latus dia.
Di awal rute ini, kami keluar dari Stasiun BNI City melalui pintu keluar kendaraan bermotor karena pintu keluar ini tidak dapat digunakan oleh pejalan kaki.
Akses yang kami identifikasi dapat dilalui pejalan kaki dari Stasiun BNI CIty ke Stasiun Karet, atau sebaliknya
Ketika kami jelajahi lingkungan perkampungan, seorang anak perempuan berusia Sekolah Dasar* menghampiri kami dan bertanya kepada kami.
“Kamu, mau ke mana?” ia bertanya.
Kami menjawab sekenanya.
“Bosan,” mereka menjawab sambil menunjuk jalan di depan.
“Ah, ya, kalau melanjutkan lurus dan belok kanan, ada lapangan disana,” jawabnya.
Kami bertanya-tanya seharian. “Di kota ini sederhana ya, jarang orang lewat sambil jalan kaki kecuali ada anak kecil yang bertanya kami kemanastdliberved_POSITION Uhr
Kami kemudian melanjutkan jalan sambil terus menggunakan Google Maps. Setelah berjalan lurus sekitar 200 meter, kami menemukan jalan yang kami duga bisa dilalui terhalang pagar. “Oh mungkin ini yang dimaksud petugas Stasiun BNI City, ya,” kami berpikir.
Kami curiga bahwa jalan ini tidak bisa dilalui, sehingga kami berjalan lebih maju untuk melihat apa gedung yang dilindungi oleh pagar ini.
Kami tidak memeriksa apakah jalanan ini bisa dilewati oleh pejalan kaki atau tidak, tetapi karena ini adalah infrastruktur, kami berpikir mungkin tidak ada alternatif lain yang melalui jalur ini. Kami pun belok kanan berpikir ada jalan berbelok terdekat.
Ternyata, tidak ada jalan memutar yang dekat. Kami pun mengikuti jalan melalui permukiman dan jalan setapak yang sempit. Di sini, kami hanya mengikuti petunjuk yang terlihat dari Google Maps.
Dari rute yang sempit dan membingungkan ini, kami akhirnya menemukan titik terang. Yakni, kami akhirnya menemukan jalan kecil yang dapat dilalui motor dan mobil, tepatnya di belakang gedung Fifty Seven Promenade.
Dari perjalanan melewati rute tersebut, jarak yang ditempuh adalah 2,86 km dengan waktu tempuh selama 42 menit 36 detik sebagaimana data aplikasi Strava menyatakan.
Pada saat kami menulis laporan ini, kami baru saja menemukan jalur alternatif lain untuk menuju ke Stasiun Karet dari Stasiun BNI City. Perjalanan ke sana pun lebih dekat dari jalur kedua yang telah kami temukan sebelumnya.
Kesimpulan
Dari percobaan mencari rute alternatif dari Stasiun BNI City ke halte di sekitar Stasiun Karet, dapat disimpulkan bahwa rute alternatif paling efektif adalah melewati tepi Kali Ciliwung karena jarak yang relatif dekat dan waktu tempuh yang paling singkat dibandingkan rute lain.
Rute | Jarak Tempuh | Waktu Tempuh | Langkah Kaki |
---|---|---|---|
Pinggir Kali Ciliwung | 1,09 km | 17 menit 48 detik | 1.476 |
Perkampungan | 2,86 km | 47 menit 24 detik | 3.914 |
Rute pinggir Kali Ciliwung memiliki jarak sekitar 1,09 km atau waktu tempuh 17 menit 48 detik. Dengan Stasiun Karet masih ada, jarak hingga halte hanya 300 meter dan waktu sekitar 6 menit, sehingga waktu tempuh meningkat tiga kali lipat.
Langkah berikutnya, jika Stasiun Karet dihapus, waktu perjalanan KRL dari BNI City ke Tanah Abang akan memakan waktu 4 menit. Namun, jika tidak diganggu, perjalanan membutuhkan waktu 4 menit 30 detik. Ini berarti, penghapusan Stasiun Karet akan menghilangkan durasi pemberhentian 30 detik.
Dari | Ke | Jarak | Durasi Perjalanan | Durasi pemberhentian | Total perjalanan |
---|---|---|---|---|---|
Stasiun Sudirman | BNI City | 390 m | 1 menit 42 detik | 30 detik | 2 menit 12 detik |
BNI City | Karet | 450 m | 51 detik | 30 detik | 1 menit 22 detik |
Karet | Tanah Abang | 2,05 km | 3 menit 9 detik | 30 detik | 3 menit 39 detik |
Reporter: Aliya R Putri