Rumah-rumah yang hancur menjadi abu, bisnis habis terbakar, dan penduduk yang lelah menghadapi kehancuran: itu jadi pemandangan di Altadena, salah satu kota di California yang diserang oleh kebakaran dahsyat pada Rabu (8/1/2025).
Kawasan ini terkesan menyerupai sebuah zona yang baru saja्षक terkena serangan bom.
Sedangkan menunjuk ke reruntuhan yang masih bergejolak dengan asap, di mana hanya cerobong dan bara yang tersisa.
“Hanya sekedar hilang. Api telah habis memadamkan semua keinginan kita,” katanya dengan nada putus asa.
Kebakaran dahsyat telah melanda wilayah Los Angeles sejak pada Senin, menewaskan lebih dari lima orang dan memaksa lebih dari seratus ribu orang untuk meninggalkan tempat tinggal mereka.
Angin kencang yang berhembus dengan kecepatan hingga 160 kilometer per jam menyulitkan upaya pemadamannya.
Di Altadena, yaitu daerah di utara Los Angeles, sekitar 500 bangunan, termasuk banyak bangunan rumah, telah mengalami kerusakan akibat kebakaran tersebut. Jalan-jalan terasa dicemari abu, serta bangunan-bangunan terbakar yang berada di sekitar.
Seorang pemilik toko bir berusia 60-an tahun menangis di depan sisa-sisa kedainya.
“Ini adalah seluruh hidup saya,” katanya dengan sedih.
Petugas keamanan Jose Luis Martinez mengatakan Jesus Hernandez, seorang pemilik tanah, sedang membantu mereka untuk membersihkan tanah mereka setelah kebakaran pada tahun 2011.
“Saya berharap asuransi dapat menanggung sebagian besar kerugian tersebut. Jika tidak, kami hampir dipaksa tinggal dengan teman atau orang lain,” ungkapnya.
Sementara itu, angin Santa Ana yang biasanya terjadi pada musim gugur dan musim dingin di California kini mencapai intensitas tertinggi sejak tahun 2011. Angin ini menyebarkan bara hingga 4 kilometer, menciptakan kebakaran baru lebih cepat daripada yang bisa dikendalikan oleh petugas pemadam.
Di Pacific Palisades, kebakaran semakin sulit dikendalikan karena pompa penyiram tidak dapat beroperasi karena tangki penyimpanan air telah kosong.
David Stewart, seorang penduduk setempat, memutuskan untuk melawan api meskipun tanpa bantuan air.
“Mereka (pemerintah) mengemasi air kami, jadi kami menggunakan sekop untuk membuang tanah ke api,” ujarnya.
“Kami berhasil menyelamatkan tiga rumah tetangga sejauh ini, tapi api masih mendekat ke rumah kami,” katanya.