Jerman mengatakan bahwa kapal tanker yang tingginya 274 meter dan membawa 100.000 ton minyak mentah ini berangkat dari Rusia dan akan menuju Mesir.
Jerman menyebut, tanker ini sebagai “armada bayangan” Rusia untuk menghindari masalah sanksi dari negara-negara Eropa.
Menurut laporan Komando Pusat Kedaruratan Maritim Jerman, pada Sabtu (11/1), kapal tanker sedang berlayar di perairan laut Jerman Utara. Pada Kamis dan Jumat, mesin kapal mogok dan mereka kehilangan kemampuan bermanuver.
Saat kapal terombang-ambing di laut, Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock menyalahkan Rusia yang mengirim kapal-kapal rusak untuk menghindari embargo minyak mentah. Mereka menyebut, langkah Rusia ini juga menjadi ancaman bagi keamanan di Eropa.
Dikirim untuk membantu kapal capai wilayah yang lebih aman dan luas.
Kepala berita Kelautan Jerman mengatakan, operasi untuk memindahkan kapal itu akan dilakukan pada Minggu (12/1), ketika ombak di wilayah itu mencapai ketinggian 4 meter.
Sebelumnya, kapal itu sedang menuju ke kepulauan Ruegen, yang berada di teluk Arkona. Tapi karena cuaca buruk, kapal kemudian berganti tujuan. Saat ini, kapal itu sedang menuju ke kota Sassnitz, yang terletak di kepulauan Ruegen.
Hingga saat ini, belum ada lapisan minyak yang mengering di laut.
Armada Bayangan Rusia: “Screening dan Identifikasi Keamanan”
Kapal Eventin memiliki bendera Panama, namun Departemen Luar Negeri Jerman menyebut, kapal ini terkait dengan ‘Armada Bayangan’ Rusia. Sebuah armada kapal tanker yang berupaya menghindari hukuman barat, terutama terkait ekspor minyol mentah, karena invasi ke Ukraina.
Dengan mengirim kapal-kapal yang lusuh dan rusak, Putin tidak hanya berusaha menghindari sanksi, melainkan juga menyadari bahwa pariwisata laut Baltik akan mengalami kemacetan.
Hukuman dari negara Barat ini jelas mempengaruhi industri minyak mentah Rusia. Karena, embargo membuat kapal-kapal Rusia tidak mendapatkan segala keperluan dan layanan untuk kapal-kapal mereka yang membawa minyak di laut.
Untuk mengatasinya, Rusia menggunakan kapal dengan hak milik yang tidak jelas atau tanpa asuransi yang jelas untuk meneruskan eksport bisnis yang menguntungkan ini.
Sejak perang di Ukraine, jumlah kapal-kapal yang bergabung dalam “Armada Bayangan” Rusia ini terus meningkat.
Sementara untuk menghadapi ‘Armada Bayangan’ ini, negara-negara barat juga menerapkan sanksi terhadap kapal-kapal yang milik pribadi, yang diduga termasuk dalam armada ini.
Sementara Amerika Serikat dan Inggris memberlakukan sanksi sekitar 180 kapal, yang diduga terlibat dalam “Armada Bayangan”.