Seorang murid kelas dua SD Negeri 12 Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, berinisial KB (8), meninggal dunia diduga akibat dianiaya oleh lima orang kakak kelasnya. Korban merupakan anak sulung dari pasangan Gimson Beni Butarbutar (38) dan Siska Yusniati Sibarani (30).
Ayah korban, Gimson, mengungkapkan bahwa sebelum meninggal dunia, anaknya sempat mengeluh sakit di bagian perut, mengalami demam tinggi, dan muntah darah. Ia juga menceritakan bahwa anaknya kerap menjadi korban perundungan di sekolah. “Seminggu sebelum sakit, dia sering dibully. Dibilang soal suku, soal agama. Itu sering terjadi, tapi kami anggap biasa saja karena namanya juga anak-anak,” kata Gimson, Rabu (28/5/2025).
Menurut Gimson, pada Senin (19/5/2025), korban pulang lebih awal dari sekolah dengan kondisi tidak biasa. Ketika ditanya, korban mengaku ban sepedanya dikempiskan oleh kakak kelasnya. Keesokan harinya, KB kembali pulang cepat dengan alasan ada acara di sekolah. Namun setelah dikonfirmasi, istri Gimson mengatakan bahwa anak mereka dipulangkan lebih awal karena kurang sehat.
Malam harinya, kondisi korban memburuk. Ia mengalami demam tinggi, sakit pinggang, dan bengkak di bagian perut bawah. Gimson pun menyelidiki penyebab kondisi anaknya dan mendatangi teman sekolah korban, Rio. Dari keterangan Rio, diketahui bahwa KB dipukul oleh lima orang kakak kelasnya. “Ia bilang, ‘Om, itu kemarin KB dipukul lima orang kakak kelasnya.’ Dari situ saya langsung curiga dan hubungi wali kelas anak saya,” terang Gimson.
Pihak sekolah sempat berjanji akan mempertemukan orangtua pelaku, namun menurut Gimson hal itu tidak dilakukan. Gimson kemudian mendatangi sekolah dan meminta bertemu langsung dengan salah satu pelaku berinisial DR. Dari pengakuan DR, korban dipukul di bagian perut. Namun DR menyebut pelaku lain, HM, sebagai yang menendang korban. Gimson pun mendatangi satu per satu rumah orangtua siswa yang disebut-sebut sebagai pelaku, termasuk HM dan MJ. Saat ditanya langsung, korban menyebut MJ yang menendangnya di bagian perut.
Kondisi korban semakin memburuk. Ia sempat dibawa ke rumah sakit, namun dokter spesialis tidak tersedia karena hari libur. KB sempat muntah lendir bercampur darah dan kemudian dirujuk ke RSUD Pematang Reba. “Anak saya sempat dikasih oksigen, tapi kondisinya makin parah. Di ulu hatinya bengkak dan dia kesulitan bernapas. Dalam perjalanan dia kejang-kejang. Setelah itu, sempat keluar darah dari mulutnya,” beber Gimson.
Korban sempat akan dirujuk ke rumah sakit di Pekanbaru, namun kondisinya terus menurun. Sekitar pukul 02.10 WIB, Senin (26/5/2025), KB dinyatakan meninggal dunia. Keluarga korban kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Seberida. Polisi telah melakukan penyelidikan dan membawa jenazah korban untuk diotopsi guna mengetahui penyebab pasti kematiannya.
Kapolres Indragiri Hulu, AKBP Fahrian Saleh Siregar, membenarkan bahwa pihaknya sedang mendalami kasus tersebut. “Otopsi sudah dilakukan tadi malam. Kami masih menunggu hasilnya untuk memastikan penyebab kematian korban,” ungkap Fahrian, Selasa (27/5/2025).
Menurut Fahrian, hasil pemeriksaan medis sementara menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Adapun lima terduga pelaku diketahui masing-masing berinisial HM (12), RK (13), MJ (11), DR (11), dan NN (13), yang merupakan siswa kelas 5 dan 6 di sekolah yang sama. Gimson berharap keadilan ditegakkan atas kematian anaknya. “Saya minta pelaku diproses secara hukum. Anak saya sudah tidak ada, jangan sampai ada korban lain,” tegas Gimson.