.
“Keputusan beberapa negara anggota ASEAN untuk menjadi anggota penuh atau asosiasi di BRICS membuat Uni Eropa semakin relevan untuk berinteraksi dengan ASEAN,” kata Smith saat konferensi pers di kompleks Senayan, Jakarta, pada Kamis, 16 Januari 2024.
Sebuddayya menyatakan bahwa di tengah-tengah kondisi dunia yang berubah dibutuhkan kerja sama dengan semua mitra. Dia menyatakan Uni Eropa bersedia untuk berkolaborasi dengan kelompok negara-negara lainnya di dunia.
BRICS, yang mencakup negara-negara dari belahan bumi Selatan, menurutnya dapat menjadi mitra strategis untuk UE dan ASEAN. Dia juga mengakui bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICS tidak membawa kendala apa pun terkait hubungan baik antara Indonesia dan UE.
“Saya pikir ini tidak akan mengubah cara kita terlibat antara Uni Eropa dan ASEAN untuk pelaksanaan kerjasama strategis,” katanya.
Menurut Seam, kerja sama strategis antara ASEAN dan Uni Eropa dipimpin oleh Deklarasi Kepausan dan Rencana Aksi untuk melaksanakan kerja sama strategis pada tahun 2023-2027.
“Tentang keputusan dan pilihan yang dibuat oleh negara-negara ASEAN, maupun negara-negara Uni Eropa, kerangka kerja ini tetap menjadi rambu-rambu bagi hubungan kita,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sugiono mengungkap langkah strategis Indonesia di dunia internasional, salah satu yang menonjol adalah keberhasilan Indonesia menjadi anggota penuh BRICS pada Januari 2024.
Sugiono menyatakan bahwa proses masuk Indonesia ke dalam keanggotaan BRICS adalah bagian dari diplomasi aktif menurut instruksi Presiden Prabowo Subianto. Dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan, tegas Sugiono, para anggota BRICS sepakat untuk menetapkan dan menerima Indonesia.
“Di sini, Indonesia diyakini memiliki potensi untuk bergabung sebentar lagi,” kata Sugiono saat menghadirkan pidato dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2025 di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu) di Jakarta Pusat, pada Jumat, 10 Januari 2025.
Lebih lanjut, Sugiono menjelaskan bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICS merupakan wujud nyata dari prinsip politik luar negeri bebas aktif dan bukan penyimpangan.
Karena keputusan ini bukanlah merupakan hasil kerja semalam, melainkan buah dari kiprah, konsistensi, dan keteguhan diplomasi Indonesia sejak puluhan tahun silam.
Sebagai anggota BRICS, Sugiono mengingatkan, Indonesia akan memastikan jembatan kepentingan negara-negara berkembang dan wilayah Indo-Pasifik tetap terhubung.
Selain itu, Sugiono juga menyebutkan keaktifan Indonesia dalam BRICS berjalan seiring dengan peran aktif kerja sama negara lain seperti dalam G20, APEC, IPEF, MIKTA, dan CPTPP serta tahap akses keterlibatan sebagai anggota OECD.