Presiden Prabowo Subianto melakukan lawatan diplomatik ke Eropa baru-baru ini yang menghasilkan terobosan signifikan, yaitu finalisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (I-EU CEPA). Kesepakatan ini membuka gerbang pasar dengan tarif nol persen dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Produk unggulan Indonesia seperti alas kaki, tekstil, garmen, kelapa sawit, dan hasil perikanan kini tidak akan lagi terbebani bea masuk.

Dampak ekonominya diproyeksikan sangat masif dengan target peningkatan volume perdagangan bilateral dari $30 miliar menjadi $60 miliar. Indonesia akan mendapat peluang pasar lebih luas di Eropa yang berpenduduk lebih dari 450 juta jiwa. Selain itu, I-EU CEPA diharapkan menarik investasi asing langsung dari Eropa ke Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong industrialisasi.

Lawatan Presiden Prabowo juga menegaskan posisi strategis Indonesia di mata dunia. Ia bertemu dengan pemimpin kunci Eropa seperti Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa António Costa. Presiden RI juga diundang sebagai tamu kehormatan Presiden Emmanuel Macron dalam parade Hari Bastille di Paris, mencetak sejarah bagi Indonesia.

Selain kesepakatan dagang, Uni Eropa juga menerapkan kebijakan visa cascade Schengen yang memudahkan WNI yang berkunjung ke Eropa. Presiden Prabowo menegaskan posisi Indonesia sebagai kekuatan moderat yang berkomitmen menjembatani perbedaan antara peradaban Timur dan Barat. Finalisasi I-EU CEPA dan pengakuan diplomatik yang semakin kuat membuat Indonesia berdiri lebih tegak di kancah global.

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang baru dengan Indonesia. Tarif impor produk Indonesia yang masuk ke AS dipangkas menjadi 19%, namun Indonesia harus menghapuskan tarif atas produk AS dan membeli produk energi dan pertanian AS senilai miliaran dolar. Meski ada penurunan tarif, kesepakatan ini menimbulkan perdebatan sengit di kalangan pengamat.

Kesepakatan dagang dengan Eropa dan AS membawa Indonesia ke era baru perdagangan, di mana kemandirian dan keberanian mengambil risiko terukur menjadi kunci utama. Semua ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi ekonomi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global.