banner 728x250

Dedi Mulyadi Kaget Empan Supandi Guru Viral Digaji Rp200 Ribu Bukan Lulusan Sarjana,Beri Rp100 Juta

banner 120x600
banner 468x60

Dedi Mulyadi terheran-heran dan terkejut ketika tahu bahwa Empan Supandi, guru tersebut yang terkenal karena berlalu-lalang 11 km berjalan kaki ke sekolah sambil gaji sekitar Rp200.000 ternyata bukanlah seorang sarjana.

Ia disorot setelah menempuh perjalanan sejauh belasan kilometer, dan hanya mendapatkan bayaran Rp200 ribu di sekolahnya.

banner 325x300

Sekarang, nasibnya telah berubah setelah viral dan bertemu Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi atau Kang Dedi.

Betapa tidak Kang Dedi bersiap membangunkan rumah seharga Rp 100 juta hingga mencari dana untuk berdagang untuk Guru Empan Supandi.


“Tunjukkan hati yang bersih tanpa mengenal rasa takut. Kesucian adalah rahim dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang rapi di mulut orang-orang dibenarkan mereka tidak pernah menunjukkan rahim batinnya.”

Sebelumnya, Empan Supandi menggenapkan rute jalan kaki sejauh 11 km setiap hari untuk mengajar di MTs Thoriqul Hidayah.

Seorang pria asal Kampung Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, rela melakukan perjalanan bukit dan melewati hutan hingga sawah untuk memberikan ilmu pada anak bangsa.

14 tahun mengajar, Pak Empan termasuk hanya mendapatkan gaji sebesar Rp200 ribu per bulan.

Bahkan di tahun 2011 ketika pertama kali mengajar, Pak Empan hanya dibayar Rp250 ribu per tahun.

Pernah bertemu dengan Empan Supandi, Dedi Mulyadi tercengang melihat latar belakang pendidikan guru yang bersangkutan.

Bukannya Empan Supandi seorang sarjana.

“Dedi Mulyadi bertanya, “Saya menceritakan Anda siapa yang lulus dari bapak itu?” – tanya Dedi Mulyadi, disalin dari tayangan Youtube-nya, Selasa (21/1/2025) melalui TribunBogor.

“Rencana C,” ungkap Empan Supandi.

“Apa alasan ibu membuat paket C waktu itu?” tanya Dedi lagi.

“Karena kami ingin mengembangkan pengetahuan. Bayar sampai Rp1 juta,” jawab Pak Empan.

“Saya mengikutikan termasuk lurah, lurah langka, beli paket C jumlahnya,” jawab Dedi.

Pak Empan Supandi, yang berdasarkan gelar Paket C, kemudian dipercayakan untuk menjadi guru di MTS tersebut oleh majikannya sendiri langsung yang merupakan pemilik yayasan itu.

Suatu ketika Empan diminta mengajar pelajaran olahraga.

“Awalnya saya mengajar olahraga,” pungkas Empan.

“Bapak mengajar olahraga seperti apa ck?” tanya Kang Dedi.

“Ya mungkin secara lari-lari, yang penting anak sehat, diajar lari, voli, bermain bola,” ungkap Empan.

“Olahraga bukan hanya soal praktek, ada teori di baliknya. Nak, bukankah Bapak pernah mempelajari teori olahraga? Cara Bapak mengajar seperti apa?” tinjau Kang Dedi.

“Iya, secara mengembangkan aja. Misalnya tentang olahraga apa, saya sampaikan, saya jelaskan (dari buku),” jawab Empan.

Setelah berolahraga, Empan Supandi beralih mengajar mangalami mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Tahun berikutnya, Empan Supandi diminta mengajarkan mata pelajaran di bidang bahasa Inggris.

Pak Empan melihat seorang guru bahasa Inggris, Kang Dedi, tiba-tiba teringat sesuatu.

Terlebih Empan menjelaskan caranya bisa berbahasa Inggris meski cuma lulusan setara SMA.

“Buah Hati ngajar bahasa Inggris, Buah Hati belajar bahasa Inggris di mana?” tanya Kang Dedi.

Belum lama ini waktu kecil ada radio ukuran sekitar, suka hadir bahasa Inggris, BBC London, Rusia, saya suka walaupun tidak mengerti.

“ayah hanya bergantung pada pengetahuan yang belajarnya dari radio, kan harus ada tata bahasa?” tanya Kang Dedi.

“Sepanjang (saya pernah kerja di perusahaan pembuat pupuk) pernah ada pelajar dari Australia, Korea. Saya selalu berlatih bahasa Inggris dengannya,” kata Empan.

“Kemudian bunda ingin melanjutkan belajar bahasa Inggris?” tanya Kang Dedi lagi.

“Awalnya dia ditolak oleh Pak Empan, saya tidak memiliki gelar S1, saya belum lancar dalam berbicara, selama tiga bulan dia tidak bisa belajar, dan saya juga merasa kasihan atas hal ini,” ungkap Empan.

“Nggak ada bahasa Inggris, Pak ngajar bahasa Inggris,” jawab Kang Dedi.

Diceraikan istri

Belasan tahun berlua membantu guru sukarela, ternyata Empan menyimpan kisah hidup pilu.

Sejak tahun 2015, Empan mengaku sudah bercerai dengan istrinya.

Alasan perceraian itu kata Empan karena istrinya tidak tahan dengan penghasilannya yang terlalu rendah.

Meski tidak lagi memiliki istri, Empan tetap bertanggung jawab mengurus dan menyelesaikan pendidikan dua anaknya.

Ketika mendengar cerita Empan tentang keluarganya, Kang Dedi ikut terenyuh.

Dia terutama diakui Empan, ia memiliki pekerjaan sampingan karena membutuhkan uang untuk membiayai dua anaknya.

“Bisakah uang Rp200 ribu untuk beli beras, beli ikan, dan membayar listrik?” tanya Kang Dedi.

“Ada tambahan sumber pendapatan. Saya kalau pulang dari sekolah menjual sayuran, dipikul bapak, keliling, untuk anak,” mengaku Empan.

“Borongan tukang pikul kadangkala dikejutkan untuk berbuat seperti ini,” lanjutnya.

Dedi Mulyadi menaruh perhatian pada pengalaman dan kepribadian Empan Supandi yang gigih dalam mencari jadi guru.

Kang Dedi berikan Rp100 juta

Kang Dedi menyumbangkan ratusan juta untuk pembangunan rumah akuarium yang hampir roboh.

“Rumahku ini saya bangunkan sebesar Rp100 juta,” kata Dedi Mulyadi.

“Alhamdulillah bapak,” imbuh Empan.

“Tetap semangat, luar biasa bapak,” pungkas Dedi.

Kang Dedi tidak hanya untuk rumah, tapi juga memberikan uang sebagai modal untuk Empan yang menjual sayuran.

Saya tunangkan Rp5 juta sebagai modal dagang untuk para penjual sayur, itu rasa kuat kaena berdagang sayur.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *